KISAH PENCIPTAAN - Democracy Project
KISAH PENCIPTAAN - Democracy Project
KISAH PENCIPTAAN - Democracy Project
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Ioanes Rakhmat<br />
<strong>KISAH</strong><br />
<strong>PENCIPTAAN</strong><br />
LANGIT DAN BUMI<br />
jewishvoice.wordpress.com<br />
Dalam kitab Kejadian<br />
1:1-2:4a, ditulis bahwa<br />
langit dan Bumi<br />
diciptakan oleh Allah<br />
dalam enam hari. Apakah<br />
pernyataan teks kitab suci<br />
ini sejalan dengan<br />
sains modern?<br />
Jika analisis internal atas kisah penciptaan<br />
langit dan Bumi selama 6 hari dalam<br />
Kejadian 1:1-2:4a dilakukan, kita akan<br />
temukan informasi-informasi yang tak<br />
sesuai dengan fakta-fakta sains, sehingga<br />
kita harus menyimpulkan kisah ini bukan<br />
kisah sejarah. Beberapa kejanggalan yang<br />
menonjol dapat disebutkan. Dalam kisah<br />
itu (sampai ayat 13), “hari pertama”, “hari<br />
kedua” dan “hari ketiga”, yang ditetapkan<br />
berdasarkan tibanya “petang” dan tibanya<br />
“pagi”, sudah ada kendatipun Matahari baru<br />
1
diciptakan pada “hari keempat” (ay. 14-19).<br />
Kejanggalan lainnya ada pada penyataan<br />
bahwa tetumbuhan sudah ada dan hidup,<br />
tumbuh, bertunas dan berbuah, pada “hari<br />
ketiga” (ay. 11-12), sementara Matahari<br />
yang cahayanya dibutuhkan untuk proses<br />
fotosintesis baru ada pada “hari keempat”<br />
(ay. 14-18).<br />
Jika bukan kisah sejarah, apa jenis sastra<br />
Kejadian 1:1-2:4a ini? Ada beberapa<br />
petunjuk pada teks. Pada ay. 14 ditulis bahwa<br />
“benda-benda penerang pada cakrawala”<br />
berguna untuk “memisahkan siang dari<br />
malam”, untuk “menunjukkan masa-masa<br />
yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun”<br />
(ayat 14). Jadi, harus disimpulkan, kisah<br />
ini ditulis dalam suatu kebudayaan yang<br />
sudah mengenal sistem penanggalan yang<br />
membagi 1 minggu ke dalam 7 hari, yang<br />
dipakai sebagai bingkai kisah tentang Allah<br />
menciptakan langit dan Bumi selama 6<br />
hari, dengan “hari ketujuh” (Ibrani: Sabat)<br />
sebagai saat Allah “berhenti” dari segala<br />
kegiatannya (2:2-3). Selain itu, dalam kisah<br />
ini muncul enam pernyataan bahwa segala<br />
hal yang Allah telah kerjakan dalam hari-hari<br />
penciptaan, “semuanya baik adanya” (ay. 10,<br />
12, 18, 21, 25, 31). Pernyataan pada ay. 31<br />
berbunyi, “segala yang telah dijadikannya,<br />
sungguh amat baik”; dus, ayat ini menjadi<br />
suatu kesimpulan menyeluruh bahwa semua<br />
hari yang Allah telah ciptakan, semua hal<br />
yang telah dikerjakannya dalam 6 hari itu,<br />
adalah “baik”, tidak ada yang tidak baik.<br />
Nah, petunjuk-petunjuk dalam teks ini<br />
mengharuskan kita menempatkan kisah<br />
Kej. 1:1-2:4a dalam konteks pembuangan<br />
bangsa Israel di negeri Babilonia (sekarang:<br />
Irak) (587 SM-538 SM), suatu negeri yang<br />
sudah mengenal sistem penanggalan<br />
dan rakyatnya mempercayai astrologi dan<br />
menyembah benda-benda langit, khususnya<br />
Matahari dan Bulan, sebagai dewa-dewi.<br />
Untuk mencegah bangsa Israel ikut-ikutan<br />
menganut agama dan astrologi Babilonia,<br />
para iman Yahudi tampil sebagai “penjaga<br />
kemurnian agama” lewat kisah penciptaan<br />
ini, yang disusun sebagai pengakuan bahwa<br />
semua hari adalah baik (dus, melawan<br />
astrologi) dan Matahari dan Bulan serta<br />
bintang-bintang di angkasa hanya makhluk,<br />
harus disimpulkan, kisah ini<br />
ditulis dalam suatu kebudayaan<br />
yang sudah mengenal sistem<br />
penanggalan yang membagi 1<br />
minggu ke dalam 7 hari,<br />
hdwallpapers.in<br />
2
http://magicofawakening.files.wordpress.com<br />
bukan khalik, sehingga mereka harus tidak<br />
ikut-ikutan menyembah benda-benda<br />
langit ini (dus, melawan agama Babilonia).<br />
Pernyataan pada pasal 2:2-3 bahwa “hari<br />
ketujuh” (Sabat) adalah hari yang diberkati<br />
Allah dan hari yang kudus makin memperkuat<br />
ciri Yahudi kisah ini. Jadi, harus disimpulkan<br />
bahwa Kej. 1:1-2:4a adalah syahadat<br />
Yahudi yang dibangun para imam Yahudi<br />
untuk mempertahankan Tawhid Yahudi dan<br />
melawan astrologi Babilonia, dan sama<br />
sekali bukan sebuah kisah sejarah.<br />
Orang terpelajar, yang tak mau<br />
disesatkan, akan memandang<br />
teks suci Kej. 1:1-2:4a hanya<br />
sebagai syahadat Yahudi, bukan<br />
sebagai teks ilmu pengetahuan<br />
Dari sains modern kita tahu<br />
bahwa jagat raya kita terbentuk<br />
13,72 milyar tahun lalu lewat<br />
apa yang dinamakan big bang,<br />
“dentuman besar”<br />
Dari sains modern kita tahu bahwa jagat raya<br />
kita terbentuk 13,72 milyar tahun lalu lewat<br />
apa yang dinamakan big bang, “dentuman<br />
besar”, dan hingga kini jagat raya kita belum<br />
selesai terbentuk, masih mengalami evolusi<br />
kosmik dalam bingkai waktu kosmik, dan<br />
hingga kini masih mengembang dengan<br />
makin cepat. Galaksi-galaksi sudah terbentuk<br />
dalam kurun waktu kurang lebih 500 juta<br />
tahun setelah big bang, dan galaksi-galaksi<br />
baru terus-menerus terbentuk, selain ada<br />
sangat banyak galaksi yang bertabrakan dan<br />
dari tabrakan ini dihasilkan galaksi-galaksi<br />
baru. Juga ada sangat banyak bintang<br />
yang meledak, dan zat-zat kimawi tersebar<br />
ke dalam jagat raya lewat debu-debu<br />
supernovae. Selain itu, dalam jagat raya kita<br />
ada banyak sistem Matahari yang bintang<br />
Mataharinya ada lebih dari satu (2, 3, 4, dst)<br />
dalam galaksi-galaksi yang tak terhitung<br />
banyaknya, dan kita berdiam di salah satu<br />
planet di dalam salah satu sistem Matahari<br />
dalam galaksi kita, galaksi Bima Sakti.<br />
Pengetahuan semacam ini tidak diketahui<br />
sama sekali oleh para penyusun teks Kej.<br />
1:1-2:4a. Orang terpelajar, yang tak mau<br />
disesatkan, akan memandang teks suci Kej.<br />
1:1-2:4a hanya sebagai syahadat Yahudi,<br />
bukan sebagai teks ilmu pengetahuan.***<br />
Ioanes Rakhmat<br />
Ia mendefinisikan dirinya sebagai pemikir bebas, freethinker. Menggeluti kajian Yesus sejarah (the historical Jesus) di Belanda, disertasinya telah<br />
diterbitkan dengan judul The Trial of Jesus in John Dominic Crossan’s Theory: A Critical and Comprehensive Evaluation (Jakarta: IPU-JTS, 2005).<br />
Sempat menjalani kehidupan sebagai seorang pendeta lebih dari dua dekade, dua tahun belakangan ini ia berkonsentrasi mendalami dunia sains.<br />
Ia menulis dan menerjemahkan banyak buku, antara lain Sokrates dalam Tetralogi Plato: Sebuah Pengantar dan Terjemahan Teks (Gramedia<br />
Pustaka Utama, 2009), dan Menguak Kekristenan Yahudi Perdana: Sebuah Pengantar (JRC, 2009), dan terakhir adalah Memandang Wajah Yesus<br />
(Pustaka Surya Daun, Maret 2012)<br />
Diterbitkan oleh:<br />
<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong> - Yayasan Abad Demokrasi<br />
www.abad-demokrasi.com<br />
3