Di sini Djepris tidak bisa berbicara sepatah kata pun. Dan Controleur diasebentar lalu berkata lagi. “Tuan berkata, ’Orang Jawa kotor’, tetapi Tuan tohmengerti juga bila ada orang Belanda yang lebih kotor daripada orang Jawa?”“Orang Jawa bodoh, kata Tuan. Sudah tentu saja, karena memang pemerintahsengaja membikin bodoh kepadanya. Mengapa Regeering tidak membuatsekolahan yang secukupnya untuk orang Jawa atau orang Hindia. Sedangsemua orang tahu, jika tanah Hindia itu yang membikin kaya tanah kita,Nederland.”“Orang Jawa malas, kata Tuan pula. Tuan toh mengerti ada beribu-ribu orangJawa yang seharian masuk kerja sampai mandi keringat sekadar mencarisesuap nasi. Apakah memang sudah semestinya dia bekerja terlalu berat?Sedang tanahnya adalah tanah yang kaya-raya. Adakah di Negeri Belandaorang bekerja seberat itu hanya mendapat bayaran 25 ct atau 30 ct sepertiorang Jawa? Tidak ada kan?”“Dan lagi Tuan berkata bahwa orang Jawa itu tidak beschaafd. Sesungguhnyasaya kurang mengerti, apa yang Tuan maksud dengan kata-kata beschaafitu?”“Apakah karena orang Jawa tidak mendapatkan pelajaran dari sekolah sepertiorang Eropa, lalu Tuan berkata tidak beschaafd? Saya tahu betul, bahwaorang Jawa adatnya lebih halus, pikirannya lebih dalam daripada orang Eropakebanyakan.”“Tetapi Tuan juga mengerti bahwa kebanyakan orang Jawa itu tidak bolehdipercaya?” tanya Sergeant Djepris kepada Controleur. “Seperti babu,jongos, koki dan lain-lain, mereka itu sering suka mencuri barang-barangmilik majikannya. Jadi, pendeknya orang Jawa kebanyakan itu tidak bolehdipercaya!”“Hal serupa itu terjadi bukan pada orang Jawa saja. Meski di Negeri Belandasekalipun, banyak babu-babu, jongos-jongos yang suka mencuri kepunyaanmajikannya,” kata Controleur lalu dia memberikan semua buku selebaran(brosur) berbahasa Melayu yang berjudul “Bangsa Belanda di Hindia” kepadaSergeant Djepris, yang isinya seperti di bawah ini:IV.BANGSA BELANDA DI HINDIABila kita membicarakan Belanda di Hindia ini, maksud saya adalahkebanyakan Belanda. Pembaca jangan lupa bahwa ada beberapa Belandayang dikecualikan. Ketika saya hendak menulis karangan ini, saya membacasebuah tooneel yang dimainkan di Amsterdam baru-baru ini. Yaitu yang biasaSTUDENT HIJO 11
disebut orang dengan sebutan “Tropenadel”. Artinya bangsa asal (tinggi) ditanah panas (yakni di Hindia). Adapun ceritanya boleh diringkas demikian:Seorang serdadu dari Nederland yang tadinya tinggal di kampung yangmiskin di Amsterdam, dan yang pergi menjadi kolonial (serdadu kolonie). DiHindia, ia telah mendapat pensiun. Dan karena saking rajinnya ia bekerja, iamenjadi amat kaya. Karena kekayaannya, ia sering menjadi besar kepala.Demikian orang itu disebut saja namanya A. Si A itu mempunyai istri dantelah beranak dinamakan saja E. Di tempat kediamannya itu, saya dapati jugasaudara istrinya yang bernama G. Nonik E, ditunangkan dengan bangsa Indo.Pada waktu itu (m.i. rumahnya di desa yang bergunung-gunung) di desa itu,ada juga seorang Inggris yang bernama J. Si E menaruh cinta kepada J, danorangtuanya pun suka kepada J sebab ia bisa berbahasa Inggris, Jerman,Prancis dan sebagainya. Dan telah pergi ke mana-mana. Apalagi menurutkabarnya, ia juga berduwitl.Layar Tonil dibuka untuk yang kedua kalinya. Suami istri m.i. tinggal diBatavia. Tuan A, itu pikirannya seperti orang yang berasal dari keluargabangsawan, dan telah lupa pada asal mulanya dahulu. Iparnya seringmengingatkan kepada dirinya. Dan ipar itu tidak percaya kepada J. Tuan Atidak mau mendengarkannya. Pada suatu hari, ketika hari pertunangan itudirayakan, datanglah seorang perempuan tua yang sangat miskin dariKettenberg, sebuah kampung di Amsterdam. Di rumah itu, J kebetulanbertemu sendiri dengan bibinya. Jadi, J itu orang Inggris palsu. Pendek kata, Jdiusir dan bibinya tinggal di tempat A. Pada suatu saat ketika m.i. sedangngobrol, maka datanglah seorang perempuan tetangganya. Ia mula-mulamenyombongkan diri. Serta ia mau pulang. Si bibi berkata bahwa tetanggatadi tidak lain adalah si Leentje dari Kattenberg, anak seorang tukang babi.Untuk orang yang pernah tinggal di Hindia, permainan itu hanya sebagaibahan humor. Tetapi bagi kita, sangat besar sekali guna artinya. Jadi, banyakorang Belanda yang mengaku, yang tinggal di Hindia ini, pada mulanyaadalah bekas kuli dan orang-orang rendahan. Sementara di sini main gila,menyombongkan diri, menghina kita, sepertinya kita ini budak belian. Lebihketerlaluan lagi, seperti binatang! Orang-orang bumiputera yang tak pernahtinggal di Negeri Belanda, menyangka bahwa ia benar-benar dari keluargabangsawan, atau klas terhormat. Sekarang masalah lain, pembaca sekaliantentu tahu. Berhati-hatilah dengan m.i. Kita sering bertanya pada diri sendiri:“Mengapa orang Belanda yang telah lama tinggal di Hindia lalu berubahperangainya.” Yang berpikiran demikian bukan hanya orang bumiputera saja.Orang Belanda totok yang belum pernah datang ke Hindia juga berpikirandemikian.STUDENT HIJO 12
- Page 1 and 2: STUDENT HIJO
- Page 3 and 4: Menuruti cerita itu, Faust itu suda
- Page 5 and 6: “Sama saya natuurlijk,” kata Be
- Page 7 and 8: “Saya juga!” sahut gadis manis
- Page 9 and 10: “Goede Morgan!” kata Betje yang
- Page 11: “Rupanya Tuan amat benci kepada o
- Page 16 and 17: Anak-anak bumiputera kebanyakan tak
- Page 18 and 19: “Kom nou!” [Ayo lekas!] kata Ra
- Page 21 and 22: Kata-kata itu tidak dibalas oleh Ra
- Page 23 and 24: Mereka semuanya menginap di Hotel J
- Page 25 and 26: Kedatangannya itu tidak membikin se
- Page 27 and 28: “Hai, ini dia!” kata nyonya itu
- Page 29 and 30: “Apakah Tuan bodoh?” tanya Anna
- Page 31 and 32: “Hidjo dari Solo?”“Ya!” kat
- Page 34 and 35: “Barangkali Tuan Hidjo kalau kemb
- Page 36 and 37: itu orang yang halus budinya, tentu
- Page 38 and 39: “Ach, masalah tempat tidur itu, p
- Page 40 and 41: Leerar H.B.S berjalan berjejer deng
- Page 42 and 43: “Ne, tidak! Saya lebih senang mak
- Page 44 and 45: Waktu itu telah pukul tujuh sore, t
- Page 46 and 47: kembali ke depan pintu kantor distr
- Page 48 and 49: “Kita waktu itu berangkat ke Nege
- Page 50 and 51: “Wungu!” kata Regent Jarak yang
- Page 52 and 53: Saat itu, tanduk dari Solo mulai me
- Page 54 and 55: Sesudah para tamu-tamu itu dijamu m
- Page 56 and 57: Sekarang lain perkara.Kemaren malam
- Page 58 and 59: Saat itu dengan senang hati, Wardoy
- Page 60 and 61: Sesudah kedua orangtua Betje menguc
- Page 62 and 63:
Karena hal itu, pergaulan Controleu
- Page 64 and 65:
molek itu, dia bisa paham betul, ap
- Page 66 and 67:
“Bagaimana pertimbanganmu?” tan
- Page 68 and 69:
Sesudah surat tersebut dimasukkan k
- Page 70 and 71:
Suratmu telah kuterima. Memang Mas
- Page 72 and 73:
Sehabis makan, kira-kira pukul 8 ma
- Page 74 and 75:
orang particulier, mereka itu semua
- Page 76 and 77:
lagi memikirkan Wungu. Maka dari it
- Page 78 and 79:
Pada saat itu Raden Nganten mulai b
- Page 80 and 81:
dan kaum kebanyakan) sama-sama sali
- Page 82 and 83:
R.M. Tumenggung lalu memberikan sur
- Page 84 and 85:
“Dengan senang hati!” kata Dire
- Page 86 and 87:
ahwa pohon yang bagus dan di belaka
- Page 88 and 89:
Pegawai kereta api berjalan mondar-