11.07.2015 Views

6YFD2ctlz

6YFD2ctlz

6YFD2ctlz

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Saat itu, tanduk dari Solo mulai menandak di tengah-tengah pendopo denganlagu Srikaton. Sudah barang tentu, semua mata yang ada di pendopoKabupaten tertuju ke arah tanduk itu. Juga telinga sama-sama mendengarkansuara klonengan dan tanduk yang amat merdu yang membikin dinginnya hati.Kira-kira setengah jam lamanya tanduk dari Solo itu menunjukkankebolehannya di hadapan berpuluh-puluh orang itu, lalu berhenti sebentar.Barangkali ia tidak tahu jika waktu itu banyak anak-anak muda yang sedanggelisah pikirannya karena mendengarkan suara-suara yang merdu dan wajahwajahyang elok itu.Raden Ajeng Biru, Wungu dan R.M. Wardoyo, hati mereka semakin hancurmendengarkan suara tanduk dan klonengan itu. Sebab semua itu bisamembuat pikirannya gelisah, mempertanyakan nasib dirinya pada masa-masayang akan datang.Raden Ajeng Wungu pikirannya selalu ngelantur tertuju kepada Hidjo yangsedang berada di Negeri Belanda. Raden Ajeng Biru hatinya selalu bingungsebab separo memikirkan Hidjo dan yang separonya lagi tergoda olehbayang-bayang R.M. Wardoyo yang tidak bisa lenyap dari angan-angannya.“Sayang, dalam keadaan yang sangat menyenangkan hati begini, tidak dudukberjejer dengan Hidjo!” kata Wungu dalam hati.“Betapa senangnya hatiku, jika kelak saya bisa melihat suasana begini rupadan di sisiku ada seorang pemuda, suamiku. Hidjo atau Wardoyo?” begitulahR.A. Biru bertanya dalam hati sambil sekejap menatap wajah Wardoyo yangduduk di depannya.“Barangkali tidak aneh, jika pada hari perkawinanku nanti, saya akanmendapatkan kehormatan semacam ini. Tetapi kalau istriku, wajahnya tidakpersis seperti Biru, tentu saya tidak merasa hidup,” begitulah angan-anganWardoyo berkata sambil melihat wajah Biru dengan tajam.Seorang Controleur yang ikut dan ngobrol di situ merasa senang sekalimelihat keelokan Wungu dan Biru. Meskipun di sisi Controleur itu dudukseorang Onderwijzeres, bangsanya yang masih gadis. Tetapi Controleur itumerasa lebih senang kalau bisa duduk di sebelah salah seorang dari duaRaden Ajeng itu.“Saya lebih suka melihat tandak daripada melihat orang berdansa,” kataControleur kepada R.M. Wardoyo sambil matanya melihat kedua RadenAjeng dan Onderwijzeres.“Apakah Tuan bisa menandak seperti orang Jawa?” tanya R.M. Wardoyokepada Controleur yang masih muda itu sambil tertawa.STUDENT HIJO 51

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!