13.07.2015 Views

Analisis Perilaku Konsumsi Pangan Sumber Protein Hewani dan

Analisis Perilaku Konsumsi Pangan Sumber Protein Hewani dan

Analisis Perilaku Konsumsi Pangan Sumber Protein Hewani dan

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

komoditas tersebut merupakan barang normal. Susu yang juga dihipotesiskanbersifat barang normal, dalam penelitian ini ternyata mempunyai tanda elastisitaspendapatan yang negatif (inferior). Tanda negatif tersebut dapat disebabkan karenamahalnya komoditas tersebut, sehingga karena terbatasnya pendapatan, khususnyabagi penduduk berpendapatan rendah <strong>dan</strong> se<strong>dan</strong>g, a<strong>dan</strong>ya peningkatan pendapatandialokasikan untuk konsumsi pangan yang lain yang lebih pokok. Selain itu, menurutKhomsan (2002), budaya minum susu belum tertanam di kalangan masyarakatIndonesia. Hasil studi Sumarno et al. (1997) menunjukkan bahwa susu hampir tidakpernah dikonsumsi oleh sebagian besar rumah tangga di Indonesia, kecuali susukental manis, itupun dalam frekuensi yang sangat jarang. Bahkan rumah tanggadengan desil pengeluaran tertinggi pun hanya mengkonsumsi susu kental manis 1-3kali sebulan.Secara agregat wilayah Jawa, respon permintaan semua kelompok pangansumber protein hewani <strong>dan</strong> nabati yang dianalisis bersifat inelastis terhadapperubahan pendapatan. Jika dipilah menurut wilayah, elastisitas pendapatan untukikan segar, daging unggas, <strong>dan</strong> serealia lebih tinggi di daerah pedesaan daripada diperkotaan, <strong>dan</strong> sebaliknya untuk ikan awetan, telur, <strong>dan</strong> kacang-kacangan. Haltersebut menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan pengeluaran, maka rumahtangga di perkotaan akan lebih memprioritaskan alokasi peningkatanpengeluarannya untuk ikan awetan, telur, <strong>dan</strong> kacang-kacangan (yang harganyarelatif murah) dengan besaran yang lebih elastis dari-pada rumah tangga dipedesaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dampak krisis bagi rumahtangga di perkotaan lebih nyata daripada di pedesaan.Jika dipilah antar kelompok pendapatan, terlihat bahwa nilai elastisitaspendapatan ikan segar, daging ternak, <strong>dan</strong> serealia paling tinggi pada kelompokpendapatan rendah, <strong>dan</strong> menurun pada kelompok pendapatan yang lebih tinggi.Temuan itu dapat diinterpretasikan bahwa permintaan komoditas-komoditas tersebutpada rumah tangga berpendapatan rendah lebih responsif terhadap perubahanpendapatan dibanding kelompok pendapatan tinggi. Implikasi dari temuan tersebutadalah perlunya prioritas kebijakan yang mendorong peningkatan pendapatan (<strong>dan</strong>atau stabilisasi harga pangan) bagi kelompok penduduk berpendapatan rendah.11

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!