Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Kejujuran Sang Pencetak Uang<br />
“Kejujuran tak bisa ditawar<br />
lagi.” Kalimat itulah yang terlontar<br />
dari Lucky Fathul Aziz Hadibrata,<br />
Komisaris Bank BTN, ketika ditanya<br />
prinsip hidupnya. Berbekal<br />
kejujuran, karier sarjana peternakan Universitas<br />
Padjajaran ini terus melejit di dunia<br />
perbankan.<br />
“Saya masih harus terus belajar banyakbanyak<br />
selama enam bulan menjadi komisaris<br />
di Bank BTN ini,” begitu kalimat<br />
pertama Lucky, panggilan akrabnya, saat<br />
ditemui <strong>PARAS</strong>, di ruangannya, Lantai 20,<br />
Gedung Bank BTN, Jakarta Pusat, pada Selasa<br />
(12/1/<strong>2016</strong>).<br />
Menurut Lucky, masalah pembiayaan<br />
perumahan yang menjadi core bisnis Bank<br />
BTN sangat menarik. “Bagi saya, betulbetul<br />
menjadi pembelajaran yang menarik.<br />
Karena soal perumahan ini dari sisi<br />
demand tak akan pernah berhenti sampai<br />
kapan pun, sementara dari sisi supply sendiri<br />
ada keterbatasan,” ujar penyandang<br />
gelar MA dari Boston University ini.<br />
Apalagi saat ini, konsep Bank BTN sudah<br />
supply change bussines process. “Itu<br />
menarik. Nantinya mulai dari hulu sampai<br />
ke hilir, ada proses bisnis yang Bank BTN<br />
lakukan,” katanya.<br />
Lucky mulai menjadi Komisaris Bank<br />
BTN melalui Rapat Umum Pemegang Saham<br />
(RUPS), pada 24 <strong>Maret</strong> 2015. Dan<br />
mulai dinyatakan efektif oleh Otoritas Jasa<br />
Keuangan (OJK), per 27 Juli 2015.<br />
Pembicara di Perlemen Rusia<br />
Perjalanan karier Lucky di dunia perbankan<br />
memang melejit. Setelah malangmelintang<br />
di Bank Indonesia (BI) sejak<br />
tahun 1982, pada Desember 2012 ditugaskan<br />
untuk ikut merintis berdirinya OJK.<br />
Penugasan di OJK sangat berkesan<br />
baginya. “ Bayangkan, merintis organisasi<br />
dari tidak ada menjadi ada. Apalagi menggabungkan<br />
budaya yang beda, mulai dari<br />
Kementerian Keuangan, Bapepam LK<br />
dan BI,” ujar Lucky yang sempat menjabat<br />
Deputi Komisioner Manajemen Strategis<br />
OJK.<br />
Dan kini, Lucky boleh bernafas lega<br />
melihat OJK yang dibidaninya tumbuh<br />
menjadi lembaga yang kredibel. “Sekarang<br />
ini, hampir semua orang tahu, apa itu<br />
OJK,” ujarnya.<br />
Perjalanan karier di BI juga tak kalah<br />
mengilap. Lucky mulai memegang posisi<br />
penting, saat dipercaya menjabat Direktur<br />
Direktorat Pengedaran Uang, sejak<br />
Juli 2004 hingga Desember 2005. Sebelumnya,<br />
sejak 2001, dia sudah menjabat<br />
deputi direktur di direktorat yang juga<br />
bertugas mencetak rupiah tersebut.<br />
Setelah itu, ditugaskan menjadi Kepala<br />
Perwakilan BI di New York, Amerika<br />
Serikat, sejak 2007 hingga 2010. Saat<br />
ditarik kembali ke Indonesia pada Oktober<br />
2010, dipercaya menjadi Kepala Perwakilan<br />
bank Indonesia Wilayah VI yang<br />
berpusat di Bandung. Selanjutnya pada<br />
Desember 2012, Lucky ditugaskan oleh<br />
BI untuk ikut mempersiapkan kelahiran<br />
OJK.<br />
Bagi Lucky, pengalaman paling berkesan<br />
selama di BI, tak lain saat bertugas di<br />
Direktorat Pengedaran Uang. Bagaimana<br />
tidak, saat itu, dia sempat diundang ke<br />
Rusia untuk menjadi pembicara di depan<br />
anggota parlemen, di Gedung Parlemen<br />
Duma. Materi yang dibawakan “The<br />
Experience of Indonesia in using Polymer<br />
Banknotes” atau pengalaman Indonesia<br />
menggunakan uang dari plastik polimer.<br />
Pada awalnya, Lucky kaget menerima<br />
undangan dari Kementerian Keuangan<br />
Rusia yang memintanya untuk menjadi<br />
pembicara di depan parlemen Rusia tersebut.<br />
“Mengapa harus saya? Kan BI punya<br />
banyak ahli untuk bicara soal uang<br />
plastik,” katanya.<br />
Dia sempat mengusulkan nama lain<br />
penggantinya kepada Kementerian<br />
Keuangan Rusia, namun ditolak. Lucky<br />
pun akhirnya berangkat ke Rusia.<br />
Sesampai di Duma, tahulah Lucky<br />
bahwa sos<strong>ok</strong> pengundangnya tak lain,<br />
Vladimir, sahabatnya yang merupakan<br />
agen pemas<strong>ok</strong> kertas uang dari Goznak,<br />
perusahaan kertas uang milik pemerintah<br />
Rusia. “Apa kabar Lucky? Saya maunya<br />
hanya Anda yang bicara pada parlemen<br />
kami,” kata Vladimir saat itu.<br />
Lucky pun kemudian berbicara mengenai<br />
uang dari bahan polimer atau<br />
plastik yang pernah dipergunakan Indonesia<br />
untuk pecahan Rp 100 ribu, pada<br />
tahun 1999. Saat itu, persoalan yang dihadapi<br />
Indonesia, tak lain soal bahan<br />
baku polimer yang hanya bisa dicetak<br />
oleh Note Printing Australia, anak usaha<br />
Reserve Bank of Australia.<br />
Pada intinya, Lucky mengatakan bahwa<br />
uang dari bahan polimer lebih rentan<br />
terhadap pemalsuan jika dibandingkan<br />
menggunakan bahan baku kertas.<br />
Maklum, jika menggunakan bahan kertas,<br />
bisa dicantumkan benang pengaman dengan<br />
ramuan zat-zat kimia tertentu yang<br />
tak mudah dipalsu.<br />
Belakangan setelah kembali ke Tanah<br />
Air, tahulah Lucky bahwa materi pembicaraannya<br />
soal uang plastik, ternyata<br />
menjadi pijakan bagi parlemen Rusia<br />
untuk menolak tawaran pihak Australia<br />
untuk mencetak rubel dalam bentuk<br />
polimer.<br />
Apalagi kemudian, PM Australia John<br />
Howard sempat menelepon Presiden Megawati<br />
untuk menanyakan, siapa pejabat<br />
bank di Indonesia yang telah mempengaruhi<br />
parlemen Rusia sehingga menolak<br />
mencetak rubel dalam bentuk polimer.<br />
“Hahaha...., saya tidak tahu bahwa materi<br />
yang saya bawakan berdampak sejauh<br />
itu,” kata Lucky.<br />
Kini, Lucky telah siap mendukung Bank<br />
BTN agar sukses meraih visinya menjadi<br />
bank terdepan dalam hal pembiayaan perumahan.<br />
Berbekal kejujuran yang selalu<br />
dipegang teguh, dia optimis untuk itu. •<br />
Paras 23<br />
EDISI MARET <strong>2016</strong>