20.01.2017 Views

PARAS Maret 2016 ok

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

wisata<br />

ombak laut yang cukup menantang.<br />

Selain kegiatan air, di antaranya diving<br />

dan snorkeling, wisata alam Papua<br />

ini juga sangat menarik bagi para pecinta<br />

flora dan fauna darat. Pasalnya, l<strong>ok</strong>asi<br />

ini memiliki hutan yang lebat, gugusan<br />

batu kapur yang berwarna-warni, aneka<br />

spesies tumbuhan langka, serta sarang<br />

penyu di tepi pantai.<br />

Jika Anda ingin melihat burung Cendrawasih<br />

yang menjadi satwa khas Papua,<br />

misalnya, dapat langsung mengunjungi<br />

Kepulauan Gam. Di sana, terdapat 4 jenis<br />

burung cendrawasih yang hidup di Kepulauan<br />

Gam tersebut, yaitu cendrawasih<br />

merah, cendrawasih besar, cendrawasih<br />

kecil, dan cendrawasih belah rotan.<br />

Jika merasa tertantang untuk mendaki<br />

karang, pilihannya dapat pergi<br />

menuju Pulau Karang. Di pulau ini pendakian<br />

karang dapat dilakukan bahkan<br />

dengan kemiringan mencapai 90<br />

derajat. Dan jika berhasil sampai di atas,<br />

Anda akan terpukau dengan keindahan<br />

panorama laut Raja Ampat. Di puncak<br />

karang tersebut, Anda bahkan dapat<br />

melihat keselurahan pulau hijau yang dikelilingi<br />

birunya air laut.<br />

Beberapa pulau di Raja Ampat yang<br />

paling sering dikunjungi adalah Pulau<br />

Wayag, Pulau Waiwo, Pulau Karang, Kepulauan<br />

Gam, dan Pulau Arborek.<br />

DIINCAR, TAPI…<br />

Sebagian orang menyebutkan wisata<br />

Raja Ampat di Papua sebagai surga<br />

wisata tersembunyi yang dimiliki oleh<br />

Indonesia. Selain wisata yang terdapat<br />

di ujung barat Indonesia, khususnya di<br />

Pulau Weh Sabang, Aceh.<br />

Kekayaan alam yang memukau tak<br />

pelak telah memancing ketertarikan<br />

wisatawan mancanegara untuk datang.<br />

Terbukti, jumlah kunjungan wisatawan<br />

mancanegara ke Raja Ampat terus menunjukkan<br />

tren peningkatan dari waktu<br />

ke waktu.<br />

Namun, tingginya minat wisman ke<br />

Raja Ampat nyatanya tidak berbanding<br />

lurus dengan kedatangan wisatawan domestik.<br />

Boleh jadi, salah satu sebabnya<br />

adalah tingginya biaya untuk bisa mencapai<br />

kawasan kepulauan tersebut.<br />

Selain itu, kondisi infrastruktur di Papua<br />

juga belum memadai dan besarnya<br />

biaya transportasi ke/dari Papua membuat<br />

sebuah tempat menarik di Papua<br />

ini belum ramai dikunjungi wisatawan<br />

Indonesia. Belum lagi tentang biaya<br />

akomodasi dan logistik yang harus dikeluarkan<br />

selama menikmati wisata di Raja<br />

Ampat tersebut. •<br />

LEGENDA EMPAT RAJA<br />

Ada sejumlah kisah tentang asal muasal nama Raja<br />

Ampat. Beberapa di antaranya disiarkan secara turuntemurun<br />

di kalangan masyarakat adat yang mendiami<br />

kepulauan Raja Ampat, Sorong, Papua.<br />

Pada abad ke-15, Kepulauan Raja<br />

Ampat merupakan bagian dari<br />

kekuasaan Kesultanan Tidore, yang<br />

berpusat di Kepulauan Maluku. Diketahui,<br />

untuk menjalankan pemerintahannya<br />

di kawasan tersebut, Kesultanan<br />

Tidore menunjuk 4 orang raja<br />

l<strong>ok</strong>al untuk berkuasa di pulau Waigeo,<br />

Batanta, Salawati, dan Misool.<br />

Oleh sebagian kalangan, penunjukan<br />

keempat raja untuk berkuasa<br />

di empat pulau terbesar dalam jajaran<br />

kepulauan Raja Ampat itulah<br />

yang membuat kawasan tersebut<br />

kini dikenal dengan nama Kepulauan<br />

Raja Ampat.<br />

Namun masyarakat sekitar nyatanya<br />

memiliki beberapa keyakinan<br />

lain tentang asal-muasal penamaan<br />

kepulauan yang terletak di sebelah<br />

barat paruh burung Pulau Papua tersebut.<br />

Salah satunya merujuk pada kisah<br />

tentang sepasang suami istri yang tinggal<br />

di Teluk Kabui, Kampung Wawiyai.<br />

Syahdan, sehari-harinya pasangan<br />

suami istri itu itu mencari makan di dalam<br />

hutan sebagai perambah hutan.<br />

Sampai pada suatu hari, keduanya melakukan<br />

perjalanan ke dalam hutan dan<br />

tibalah di tepi Sungai Waikeo (wai artinya<br />

air, kew artinya teluk).<br />

Di sana, dikisahkan pasangan tersebut<br />

menemukan enam butir telur<br />

naga. Oleh keduanya, telur-telur itu<br />

dimasukkan ke dalam n<strong>ok</strong>en (kantong)<br />

dan dibawa pulang. Sesampainya di rumah,<br />

telur-telur tersebut diletakkan di<br />

kamar.<br />

Namun ketika malam tiba, mereka<br />

mendengar ada suara-suara aneh dari<br />

36 Paras<br />

EDISI MARET <strong>2016</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!