[BULETIN PEREMPUAN]
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
37 <strong>BULETIN</strong> ORANGE SURAT KALENG<br />
perkembangan zaman dan kreatifitas manusia<br />
itu sendiri, yaitu dengan ditemukannua tembikar<br />
dan per-api-an yang dibuktikan dengan<br />
kehidupan manusia yang lebih banyak tinggal di<br />
pinggir sungai.<br />
Tetapi ada yang perlu diketahui yaitu<br />
pada zaman barbar tahap tengah, ketika beternak<br />
sebagai pengganti alat produksi demi kehidupan<br />
sehari-harinya, terjadi PENDOMES-<br />
TIKASIAN yaitu pembagian kerja pada kaum<br />
laki-laki dan perempuan.<br />
Biasanya perempuan dan laki-laki sama-sama<br />
terlibat langsung dalam aktivitas produksinya,<br />
pada babak ini terdapat pembagian<br />
kerja; yaitu laki-laki yang terlibat langsung dengan<br />
aktivitas produksinya (bertemu langsung<br />
dengan alat produksi) sedangkan perempuan<br />
mengerjakan hal yang bersifat domestik (menyiapkan<br />
masakan untuk laki-laki di rumah, merawat<br />
anak, dan lain lain).<br />
Pada saat inilah terbentuknya keluarga<br />
inti yang muncul dan terwariskan hingga kini<br />
yaitu; ayah, ibu dan anak.<br />
Beriringan dengan terbentuknya keluarga<br />
dan pedomestikasian terbentuklah budaya<br />
patriarki yang kita kenal sampai hari ini, karena<br />
pada awalnya ketergantungan kaum perempuan<br />
pada laki-laki atas basis perekonomiannya hingga<br />
merembet kepada basis budaya serta politik.<br />
Sampai pada titik akhir di zaman barbar<br />
manusia telah mengenal nilai surplus dan<br />
kepemilikan pribadi sehingga membutuhkan<br />
pasar untuk restribusi dan menghasilkan keuntungan<br />
dan mengembalikan modal mereka.<br />
Pada zaman peradaban pun penindasan<br />
perempuan semakin tak terelakan dengan<br />
masuknya tatanan kehidupan dan corak produksi<br />
yang sudah berbeda<br />
yang semakin maju Negara pun turut hadir untuk<br />
mengamankan surplus yang ada.<br />
Perempuan semakin bergantung<br />
terhadap kaum laki-laki, karena kebutuhan<br />
ekonominya hanya bisa dipenuhi atas laki-laki<br />
yaitu efek sudah terbiasa untuk tidak melakukan<br />
aktivitas produksi seperti dahulu; sehingga ada<br />
stigma perempuan itu lemah, tidak percaya diri<br />
untuk tampil dalam hal layak publik (minder).<br />
Tak kalah massivnya sistem Imperialisme-Kapitalisme<br />
memanfaatkan budaya patriarki<br />
untuk menjadikan perempuan sebagai komoditas<br />
dari mulai kepala sampai kakinya.<br />
Maka dari itu perjuangan perempuan<br />
adalah perjuangan kebudayaan melawan budaya<br />
patriarki, dan pembebasan nasional dari<br />
belenggu Imperialisme-Kapitalisme, dapat saya<br />
katakan disini bahwa penindasan kaum perempuan<br />
berarti berlipat ganda.<br />
Perempuan harus kembali melakukan<br />
aktivitas produksinya dengan merebut alat produksi<br />
dengan arti pembebasan nasional, ataupun<br />
pekerjaan domestiknya menjadi sebuah hal<br />
yang diperhitungkan sebagai aktivitas produksi<br />
karena hari ini negara menganggap pekerjaan<br />
domestik sebagai hal yang remeh dan tidak perlu<br />
diperhitungkan sehingga menjadi celah untuk<br />
Imperialisme-Kapitalisme untuk mengambil<br />
surplus kembali.<br />
Perempuan bersama laki-laki turut<br />
melaksanakan pembebasan nasional dengan<br />
watak yang demokratis untuk menghancurkan<br />
budaya patriarki yang terus menggerogoti kebebasan<br />
kaum perempuan,<br />
karena menurut Lenin “syarat dari<br />
revolusi adalah pembebasan perempuan”<br />
Devy