You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
WAWANCARA<br />
Arief Budiman<br />
Ketua KPU RI<br />
Pemilu serentak <strong>20</strong>19 men jadi<br />
problem sendiri bagi ma syarakat.<br />
Banyak calon legislatif<br />
(Caleg) yang ikut ber kom petisi. Masya<br />
rakat diharapkan memilih calon<br />
ber kualitas. Bagaimana panduan KPU<br />
dalam menentukan pilihan? Berikut<br />
wawancara SUARA KPU dengan Ketua<br />
KPU RI Arief Budiman.<br />
Bagaimana masyarakat mengetahui<br />
dan memilih caleg yang berkualitas?<br />
KPU sudah menyosialisasikan kepada<br />
masyarakat bagaimana mengetahui<br />
dan kemudian memilih caleg<br />
pada pemilu mendatang. Pertama,<br />
masyarakat harus mengikuti kampanye<br />
yang dilakukan caleg, sehingga mengetahui<br />
mana caleg yang mampu mewujudkan<br />
harapan-harapan mereka. Ikuti<br />
kampanye, jangan berdiam diri.<br />
Kedua, ketahui profil dan rekam<br />
jejak caleg. Masyarakat bisa membuka<br />
website KPU, di sana ada profil caleg<br />
secara lengkap. Teliti satu-persatu<br />
sesuai dengan dapil masing-masing.<br />
Ketiga, pastikan nama tercantum<br />
dalam daftar pemilih tetap (DPT).<br />
Jangan hanya ingin memilih orang<br />
yang baik, tapi tidak mengecek apakah<br />
sudah masuk daftar pemilih atau<br />
belum. Jika tidak masuk, maka tidak<br />
bisa menggunakan hak pilih.<br />
Kalau sudah terdaftar, pastikan<br />
meng gunakan hak pilih<br />
di TPS. Jika sudah<br />
masuk daftar pemilih, dan menggunakan<br />
hak pilih di TPS, selanjutnya<br />
pastikan meng gu nakan hak pilih<br />
dengan benar.<br />
Apakah ada panduan dari KPU<br />
tentang kriteria caleg ideal?<br />
Ada beberapa poin yang bisa menjadi<br />
panduan masyarakat. Pertama,<br />
calon tersebut harus transparan. Mau<br />
membuka dirinya kepada masyarakat,<br />
sehingga betul-betul dikenal oleh<br />
masyarakat. Kedua, mempunyai visimisi<br />
dan program yang jelas<br />
sesuai kebutuhan pemilih.<br />
Misalnya, masyarakat<br />
membutuhkan<br />
kesehatan. Jelas,<br />
visi-misi, dan<br />
program mereka<br />
tidak lepas dari<br />
kesehatan. Begitu<br />
juga terkait dengan<br />
pendidikan. Maka, visi-misi<br />
dan program kerja<br />
me reka akan berkait dengan<br />
pe layanan pendidikan yang<br />
mu rah dan berkualitas. Terakhir<br />
pastikan punya kemampuan<br />
melaksanakan dan<br />
mewujudkan program yang<br />
menjadi harapan masyarakat.<br />
Apakah daftar caleg nantinya dipasang<br />
di kantor ke lu rahan dan<br />
kecamatan?<br />
Iya. Namun, yang dipasang bukan<br />
informasi detail. Yang lebih detail<br />
ada di website KPU. Jika tidak bisa<br />
mengakses internet, bisa meminta<br />
tolong ke perangkat desa atau anakanak<br />
muda yang melek teknologi.<br />
Selama ini pertimbangan masya rakat<br />
memilih caleg adalah karena sudah kenal,<br />
walaupun calon itu mantan napi korupsi.<br />
Bagaimana tanggapan Anda?<br />
KPU sudah menyerukan ada tiga<br />
kriteria mantan napi tidak dicalonkan<br />
kembali. Yaitu, mantan napi korupsi,<br />
bandar narkoba, dan mantan napi<br />
kejahatan seksual anak. Hal itu<br />
untuk memastikan agar masyarakat<br />
mendapatkan calon yang bersih. Tapi,<br />
MA akhirnya membatalkan pasal itu.<br />
Karena dibatalkan, maka tidak ada<br />
larangan lagi. Ya, silahkan saja ma syarakat<br />
memilih. Saya hanya me nyampaikan<br />
agar hati-hati dalam memilih.<br />
Sebab, calon yang mereka pilih akan<br />
menjadi pemimpin. Mereka yang akan<br />
mem buat kebijakan untuk kita. Lima<br />
tahun mendatang banyak hal yang bergantung<br />
peran-peran mereka.<br />
Selain memilih tokoh yang sudah<br />
dikenal, banyak masyarakat yang<br />
memilih karena uang?<br />
Sudah tidak boleh lagi. Makanya,<br />
dalam kampanye dan sosialisasi ke pada<br />
masyarakat, KPU selalu meng kampanyekan<br />
tiga hal. Yaitu, anti-hoax. Jika<br />
ada yang sebar hoax, jangan dipilih.<br />
Kemudian, anti-SARA. Tidak boleh<br />
menggunakan isu SARA. Selanjutnya,<br />
jangan menggunakan politik uang.<br />
Jika calon itu menang dengan cara<br />
politik uang, ketika menjabat mereka<br />
akan berupaya mencari cara untuk<br />
mengembalikan uang yang sudah<br />
dikeluarkan.<br />
Bagaimana mengubah pandangan<br />
sebagian masyarakat yang memilih<br />
karena uang?<br />
Masyarakat harus disadarkan bersama.<br />
Kalau seseorang menge luarkan<br />
biaya cukup besar, sementara pendapatan<br />
yang diterima tidak sebesar<br />
yang dikeluarkan, pertanyaannya, apakah<br />
dia mampu melaksanakan tugasnya<br />
dengan baik dan tidak men dapatkan<br />
uang sesuai dengan yang sudah<br />
dikeluarkan?<br />
Kedua, masyarakat harus sadar<br />
keputusan yang mereka ambil akan<br />
sangat menentukan kondisi untuk<br />
lima tahun ke depan. Jika ada uang<br />
yang seharusnya digunakan untuk<br />
membangun, tapi malah dimanfaatkan<br />
untuk kepentingan pribadi, maka<br />
pembangunan terganggu.<br />
Maka kami mengimbau jangan<br />
memilih orang yang menggunakan<br />
money politic, agar anggaran pembangunan<br />
tidak dikorupsi. Jika anggaran<br />
tidak dikorupsi, pem bangunan<br />
bisa berjalan baik. Daripada selama lima<br />
tahun hanya diberi yang Rp 50 ribu atau<br />
Rp 100 ribu, lebih baik jika ang garan<br />
negara aman. Layanan masya rakat dan<br />
pembangunan akan lebih baik.<br />
Apakah ada perbedaan kualitas<br />
caleg <strong>20</strong>19 dengan caleg pemilu sebelumnya?<br />
Tidak bisa diukur dan sulit mem <br />
ban dingkannya, karena jumlahnya<br />
ribuan. Caleg DPR RI, DPRD Provinsi,<br />
DPRD Kota/Kabupaten dan DPD<br />
itu jumlahnya <strong>20</strong>0<br />
r ibu<br />
lebih. Mem ban dingkan dulu dan sekarang<br />
agak susah. Tapi dengan perbaikan<br />
sistem pemilu, masyarakat semakin terdidik,<br />
dan dengan cara kerja KPU yang<br />
semakin trans paran, mudah-mudahan<br />
pemilu ini menghasilkan orang-orang<br />
yang jauh lebih baik.<br />
Pemilu serentak <strong>20</strong>19 cukup<br />
kompleks, apa imbauan KPU agar<br />
masyarakat tidak salah pilih?<br />
Pertama, ikuti terus berita-berita<br />
pemilu, baik dari KPU, Bawaslu, dan<br />
NGO. Mereka akan terus menyebar<br />
teknis dan tata cara pemilu. Pemilu <strong>20</strong>19<br />
agak merepotkan, karena ada lima jenis<br />
surat suara. Harus digunakan semua.<br />
Jangan tidak peduli terhadap beritaberita<br />
pemilu, dan sosialisasi KPU.<br />
Pemilih harus berdaulat. Artinya,<br />
sejak awal terlibat proses pemilu. Jika<br />
pemilih sudah berdaulat, negara akan<br />
kuat. Tapi kalau tidak berdaulat, tidak<br />
masuk daftar pemilih, tidak memilih,<br />
atau mau memilih tapi tidak benar,<br />
dampaknya negara tidak akan kuat. Jika<br />
ingin negara menjadi kuat, maka harus<br />
diawali dengan pemilih yang berdaulat.<br />
Pemilih berdaulat harus memilih calon<br />
berkualitas.<br />
Saya mengimbau, masyarakat harus<br />
peduli dengan bangsa ini. Salah satu<br />
kepedulian adalah menggunakan hak<br />
pilih. Pilihlah pemimpin yang terbaik,<br />
karena di situ awal mula kebijakan yang<br />
baik akan dihasilkan para pemimpin<br />
yang baik.<br />
Seperti apa persiapan yang sudah<br />
dilakukan KPU untuk menyambut<br />
Pemilu <strong>20</strong>19?<br />
KPU siap untuk menggelar pemilu.<br />
Tapi, tentu ada yang di luar kemampuan<br />
KPU. Apa itu? Yaitu, hal-hal yang di<br />
luar perkiraan. Misalnya, bencana<br />
alam, banjir, gempa bumi, dan tsunami.<br />
Itu menjadi tantangan berat, dan di<br />
luar kemampuan kita. Siapa yang bisa<br />
menolak bencana alam? KPU tidak<br />
bisa menolak. KPU butuh bantuan<br />
dari berbagai pihak. Dukungan tenaga,<br />
dana, dan sarana transportasi. Kita<br />
semua harus peduli. (kafi)<br />
14<br />
SUARA KPU September-Oktober <strong>20</strong>18<br />
September-Oktober <strong>20</strong>18 SUARA KPU 15