Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
SUARA SOSOK<br />
SUARA PEMILIHAN<br />
Melalui Keluarga Penggiat<br />
Pemilu, ini sosialisasi di<br />
tingkat pemula akan lebih mengena,<br />
karena setiap ada acara kumpul<br />
keluarga akan ada diskusi tentang<br />
pemilu. Apa itu pemilu, mengapa pemilu<br />
perlu dilaksanakan. Bisa dibilang ini<br />
sebagai pendidikan politik sejak dini.<br />
Nina beserta seluruh jajaran komisioner<br />
KPU memahami akan potensi dari<br />
para pemilih pemula dan juga kurangnya<br />
pendidikan politik dan pemahaman<br />
pentingnya Pemilu <strong>20</strong>19. Karena itu<br />
sangat penting bagi KPU Jabar untuk<br />
terus menyosialisasikan Pileg dan Pilpres<br />
untuk menghindari praktik-praktik ilegal<br />
seperti money politic atau politik uang.<br />
Selain menggandeng kampus dan<br />
sekolah, menyongsong Pileg dan Pilpres<br />
<strong>20</strong>19, KPU Jabar juga melakukan aspek<br />
sosialisasi berbasis keluarga dengan<br />
membentuk Keluarga Penggiat Pemilu/<br />
Demokrasi.<br />
“Melalui Keluarga Penggiat Pemilu<br />
ini, sosialisasi di tingkat pemula<br />
akan lebih mengena, karena setiap<br />
ada acara kumpul keluarga akan ada<br />
diskusi tentang pemilu. Apa itu pemilu,<br />
mengapa pemilu perlu dilaksanakan<br />
Bisa dibilang ini sebagai pendidikan<br />
politik sejak dini,” kata Nina.<br />
Pembentukan Keluarga Penggiat<br />
Pemilu ini, kata Nina, dimulai dari lingkungan<br />
internal KPU Jabar. Internal<br />
KPU ini dianjurkan mem bentuk Keluar<br />
ga Penggiat Pemilu sebagai per contohan<br />
kepada keluarga lainnya dalam<br />
lingkup yang lebih luas.<br />
“Pendidikan politik sejak dini<br />
penting dilakukan agar dapat menyadarkan<br />
anggota keluarga yang apatis<br />
terhadap pemilu, sehingga mereka<br />
memiliki kesadaran terhadap hak dan<br />
kewajibannya sebagai Warga Negara<br />
Indonesia,” tegas Nina.<br />
Dari KPU Kab Sumedang<br />
Sebelum mengabdikan diri sebagai<br />
<strong>Komisi</strong>oner di KPU Provinsi Jawa Barat,<br />
Nina Yuningsih merupakan komis ioner<br />
KPU Kabupaten Sume dang, kabupaten<br />
dengan jumlah pemi lih tertinggi di Jawa<br />
Barat. Masih rendah nya angka partisipan<br />
pemilih di Jawa Barat menjadi tantangan<br />
tersen diri bagi Nina saat memutuskan<br />
meng abdi di KPU tingkat provinsi.<br />
“Bisa dibilang angka partisipasi<br />
pemilih di Jabar sangat rendah,<br />
dan paling menurun biasanya di<br />
pemilihan kepala daerah. Makanya<br />
saya tertantang untuk ikut andil<br />
dalam upaya menggenjot partisipan<br />
di provinsi. Ini yang memotivasi saya<br />
selama menjalankan tugas di KPU<br />
Provinsi Jabar,” ungkapnya. (rur)<br />
KALAH: Pasangan Munafri Arifuddin-Andi Rahmatika Dewi (264.245 suara) kalah melawan kotak kosong (300.795 suara)<br />
dalam <strong>Pemilihan</strong> Wali Kota Makassar <strong>20</strong>18. KPU Makassar memutuskan kotak kosong menang karena selisihnya tidak<br />
memenuhi ambang batas yaitu 0,5 persen atau sebesar 2.825 suara.<br />
<strong>Pemilihan</strong> Gubernur dan Wakil<br />
Gu ber nur, Bupati dan Wakil Bupati,<br />
atau Wali Kota dan Wakil<br />
Wali Kota <strong>20</strong>18 atau <strong>Pemilihan</strong> <strong>20</strong>18<br />
sudah rampung. Gugatan sengketa di<br />
Mah kamah Konstitusi (MK) juga telah<br />
selesai disidangkan. Para pasangan calon<br />
(Paslon) sudah banyak yang dilantik.<br />
Namun, dari 171 daerah yang menggelar<br />
pesta demokrasi lima tahunan itu.<br />
Ada satu daerah yang masih menyisakan<br />
persoalan, yaitu kota Makassar. <strong>Pemilihan</strong><br />
Wali Kota Makassar (Pilwalkot) Makassar<br />
dimenangkan kotak kosong.<br />
Pada 6 Juli lalu KPU Makassar me netap<br />
kan kotak kosong sebagai pe me nang<br />
dalam <strong>Pemilihan</strong> Makassar <strong>20</strong>18. Kotak<br />
kosong mengalahkan calon tunggal Munafri<br />
Arifuddin-Andi Rah matika Dewi<br />
(Appi-Cicu) dalam perolehan sua ra.<br />
Dalam rekapitulasi suara, kotak ko song<br />
menang di 13 Keca matan di Kota Makassar.<br />
Sedang kan calon tunggal Appi-<br />
Cicu hanya menang di 2 Kecamatan.<br />
Kotak kosong memperoleh 300.795<br />
suara, sedangkan calon tunggal meraih<br />
264.245 suara. Total perolehan suara<br />
Pemi lihan Wali Kota dan Wakil Wali<br />
Kota Makassar mencapai 565.040 sua ra.<br />
Selisih suara antara kotak kosong dengan<br />
calon tunggal sebanyak 36.550 suara.<br />
Jika dipersentasekan, kotak kosong<br />
meraih suara sebanyak 53,23 persen<br />
dan calon tunggal Appi-Cicu yang<br />
diu sung 10 partai besar memperoleh<br />
suara 46,77 persen. Akhirnya KPU<br />
Makassar memutuskan kotak kosong<br />
yang menang karena selisihnya tidak<br />
memenuhi ambang batas yaitu 0,5<br />
persen atau sebesar 2.825 suara.<br />
“KPU menetapkan hasil peng hitungan<br />
suara. Yaitu, pasangan calon tunggal<br />
Appi-Cicu perolehan suara 264.245.<br />
Kotak kosong memperoleh suara<br />
sebanyak 300.795,” terang Ko misioner<br />
KPU Makassar Abdullah Mansur.<br />
Pasangan tunggal Appi–Cicu pun<br />
menerima penetapan yang dilakukan<br />
60<br />
SUARA KPU September-Oktober <strong>20</strong>18<br />
September-Oktober <strong>20</strong>18 SUARA KPU 61