15.10.2019 Views

Suara - Edisi 20 - Majalah Komisi Pemilihan Umum

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

SUARA PEMILIHAN<br />

PEMILU ON TWITTER<br />

akan terjadi. Hal itu bisa dilihat dari<br />

pemilihan sebelumnya yang hanya satu<br />

paslon. Walaupun calonnya hanya satu,<br />

namun kondisi politik sangat panas.<br />

Dua kubu, pendukung paslon dan kotak<br />

kosong berkali-kali bersitegang.<br />

Bahkan, yang perlu disesalkan ada lah<br />

terjadi pelarangan terhadap media yang<br />

hendak meliput rekapitulasi suara di<br />

tingkat kecamatan, “Jangan sampai pada<br />

pemilihan ulang nanti terjadi hal yang<br />

serupa. Itu menjadi pelajaran bersama,”<br />

terang Emrus kepada SUARA KPU.<br />

Dalam negara demokrasi, kebe bas an<br />

pers harus dijunjung tinggi. Tidak boleh<br />

ada pihak yang melarang. Sebab, pers<br />

punya kebebasan untuk memberitakan.<br />

Apalagi, sesuai aturan yang ada proses<br />

rekapitulasi itu dila ku kan secara terbuka.<br />

Dengan adanya pelarangan, maka tim ­<br />

bul kecurigaan, kenapa proses rekapitulasi<br />

tidak boleh diliput, kenapa media dilarang<br />

meliput. Dugaan kecu rangan pun muncul.<br />

Yang paling parah jika pe la rangan itu<br />

dilakukan dengan cara yang ka sar sampai<br />

berujung keke rasan. “Da lam berdemokrasi<br />

tidak boleh ada tin dak ke kerasan. Apa lagi<br />

kepada media. Me re ka bekerja dilin dungi<br />

undang-undang,” tuturnya.<br />

Direktur Eksekutif Voxpol Center<br />

Research Pangi Syarwi Chaniago mengata<br />

kan, pemilihan ulang menjadi eva luasi<br />

ter hadap pesta demokrasi yang sudah<br />

dilak sanakan. Kenapa hanya muncul satu<br />

paslon, dan bagai mana kotak kosong<br />

menang dalam pemi lihan. “Ini men jadi<br />

evaluasi dalam demokrasi kita,” paparnya.<br />

Se benarnya, kalahnya Appi–Cicu<br />

deng an kotak kosong merupakan kekalah<br />

an ter ha dap dirinya sendiri. Rakyat<br />

tidak ing in me mi lih calon itu sebagai<br />

pemimpin me re ka.<br />

Analisis politik itu menerangkan,<br />

pada pemilihan ulang yang akan digelar<br />

pada <strong>20</strong><strong>20</strong> nanti harus lahir pemimpin<br />

baru yang dicintai rakyat. Pemimpin<br />

yang mempunyai track record jelas,<br />

berintegritas, kredibel, dan mampu<br />

memahami apa yang diinginkan dan<br />

diharapkan masyarakat. “Bukan politisi<br />

busuk yang tidak memahami keinginan<br />

rakyat,” ungkapnya.<br />

Yang terpenting pemilihan ulang<br />

menjadi ajang melaksanakan demokrasi<br />

subtansial, yaitu demokrasi yang jujur,<br />

adil, objektif, dan tidak memihak, dan<br />

tidak terjadi pelanggaran. Bukan demokrasi<br />

prosedural yang hanya rutinitas<br />

teknis. Hanya pesta yang meng habiskan<br />

anggaran besar tanpa mampu melahirkan<br />

pemimpin yang diha rapkan rakyat. Tapi,<br />

malah mela hir kan pemimpin yang tidak<br />

amanah. Tidak mampu mendengar<br />

aspirasi masyarakat.<br />

Pangi berharap, pada pemilihan ulang<br />

Makassar akan muncul calon-calon yang<br />

berkualitas, visioner, dan peduli kepada<br />

rakyat. “Jangan sampai kotak kosong lagi<br />

yang menang,” jelas dia.<br />

Dalam waktu dua tahun, para putra<br />

pu tri terbaik Makassar harus menyi ap ­<br />

kan diri untuk maju berlaga pada pemilihan<br />

ulang. Anak muda juga bi sa menunjukkan<br />

kemampuan mere ka da lam<br />

menjadi pemimpin. Kota Ma kas sar ten tu<br />

membutuhkan pemimpin yang mengerti<br />

apa yang dibutuhkan rakyat. (kafi)<br />

Aturan <strong>Pemilihan</strong> Ulang<br />

<strong>Pemilihan</strong> ulang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10/<strong>20</strong>16 tentang <strong>Pemilihan</strong>.<br />

Pasal 25 ayat (1 – 3) PKPU Nomor 13/<strong>20</strong>18 tentang <strong>Pemilihan</strong>.<br />

Ayat (1) diterangkan, apabila perolehan suara pada<br />

kolom kosong lebih banyak dari perolehan suara<br />

pada kolom foto pasangan calon, KPU Provinsi/KIP<br />

Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota menetapkan<br />

penyelenggaraan pemilihan kembali pada pemilihan<br />

serentak periode berikutnya.<br />

Ayat (2) menyatakan, pemilihan serentak berikutnya<br />

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat<br />

diselenggarakan pada tahun berikutnya atau<br />

dilaksanakan sebagaimana jadwal sesuai dengan<br />

ketentuan peraturan perundang-undangan.<br />

Ayat (3) dijelaskan, dalam hal terjadi penetapan<br />

penyelenggaraan pemilihan serentak periode<br />

berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat<br />

(1), KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP<br />

Kabupaten/Kota melalui KPU berkoordinasi dengan<br />

kementerian yang membidangi urusan dalam negeri<br />

untuk penugasan penjabat Gubernur dan Wakil<br />

Gubernur, penjabat Bupati dan Wakil Bupati, atau<br />

penjabat Wali Kota dan Wakil Wali Kota.<br />

<strong>Pemilihan</strong> Ulang Kota Makassar<br />

<strong>Pemilihan</strong> ulang dilakukan karena pasangan<br />

calon tunggal Munafri Arifuddin-Andi Rahmatika<br />

Dewi (Appi-Cicu) kalah dengan kotak kosong.<br />

Muhammad Ramdhan Pomanto alias Danny<br />

Pomanto diaktifkan kembali sebagai Wali Kota<br />

Makassar sampai Mei <strong>20</strong>19.<br />

Selanjutnya pada Juni <strong>20</strong>19 akan ditunjuk<br />

penjabat (Pj) Wali Kota yang akan menjabat<br />

sampai Wali Kota terpilih dilantik.<br />

<strong>Pemilihan</strong> Makassar <strong>20</strong>18<br />

Kotak kosong : 300.795 suara/53,23 persen<br />

Appi-Cicu : 264.245 suara/ 46,77 persen<br />

Total pemilih : 565.040 suara.<br />

Batas ambang selisih: 2,825 suara / 0,5 persen<br />

Selisih Kotak <strong>Suara</strong> v Appi-Cicu : 36.550 suara<br />

64<br />

SUARA KPU September-Oktober <strong>20</strong>18<br />

September-Oktober <strong>20</strong>18 SUARA KPU 65

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!