Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
SUARA PEMILIHAN<br />
PEMILU ON TWITTER<br />
akan terjadi. Hal itu bisa dilihat dari<br />
pemilihan sebelumnya yang hanya satu<br />
paslon. Walaupun calonnya hanya satu,<br />
namun kondisi politik sangat panas.<br />
Dua kubu, pendukung paslon dan kotak<br />
kosong berkali-kali bersitegang.<br />
Bahkan, yang perlu disesalkan ada lah<br />
terjadi pelarangan terhadap media yang<br />
hendak meliput rekapitulasi suara di<br />
tingkat kecamatan, “Jangan sampai pada<br />
pemilihan ulang nanti terjadi hal yang<br />
serupa. Itu menjadi pelajaran bersama,”<br />
terang Emrus kepada SUARA KPU.<br />
Dalam negara demokrasi, kebe bas an<br />
pers harus dijunjung tinggi. Tidak boleh<br />
ada pihak yang melarang. Sebab, pers<br />
punya kebebasan untuk memberitakan.<br />
Apalagi, sesuai aturan yang ada proses<br />
rekapitulasi itu dila ku kan secara terbuka.<br />
Dengan adanya pelarangan, maka tim <br />
bul kecurigaan, kenapa proses rekapitulasi<br />
tidak boleh diliput, kenapa media dilarang<br />
meliput. Dugaan kecu rangan pun muncul.<br />
Yang paling parah jika pe la rangan itu<br />
dilakukan dengan cara yang ka sar sampai<br />
berujung keke rasan. “Da lam berdemokrasi<br />
tidak boleh ada tin dak ke kerasan. Apa lagi<br />
kepada media. Me re ka bekerja dilin dungi<br />
undang-undang,” tuturnya.<br />
Direktur Eksekutif Voxpol Center<br />
Research Pangi Syarwi Chaniago mengata<br />
kan, pemilihan ulang menjadi eva luasi<br />
ter hadap pesta demokrasi yang sudah<br />
dilak sanakan. Kenapa hanya muncul satu<br />
paslon, dan bagai mana kotak kosong<br />
menang dalam pemi lihan. “Ini men jadi<br />
evaluasi dalam demokrasi kita,” paparnya.<br />
Se benarnya, kalahnya Appi–Cicu<br />
deng an kotak kosong merupakan kekalah<br />
an ter ha dap dirinya sendiri. Rakyat<br />
tidak ing in me mi lih calon itu sebagai<br />
pemimpin me re ka.<br />
Analisis politik itu menerangkan,<br />
pada pemilihan ulang yang akan digelar<br />
pada <strong>20</strong><strong>20</strong> nanti harus lahir pemimpin<br />
baru yang dicintai rakyat. Pemimpin<br />
yang mempunyai track record jelas,<br />
berintegritas, kredibel, dan mampu<br />
memahami apa yang diinginkan dan<br />
diharapkan masyarakat. “Bukan politisi<br />
busuk yang tidak memahami keinginan<br />
rakyat,” ungkapnya.<br />
Yang terpenting pemilihan ulang<br />
menjadi ajang melaksanakan demokrasi<br />
subtansial, yaitu demokrasi yang jujur,<br />
adil, objektif, dan tidak memihak, dan<br />
tidak terjadi pelanggaran. Bukan demokrasi<br />
prosedural yang hanya rutinitas<br />
teknis. Hanya pesta yang meng habiskan<br />
anggaran besar tanpa mampu melahirkan<br />
pemimpin yang diha rapkan rakyat. Tapi,<br />
malah mela hir kan pemimpin yang tidak<br />
amanah. Tidak mampu mendengar<br />
aspirasi masyarakat.<br />
Pangi berharap, pada pemilihan ulang<br />
Makassar akan muncul calon-calon yang<br />
berkualitas, visioner, dan peduli kepada<br />
rakyat. “Jangan sampai kotak kosong lagi<br />
yang menang,” jelas dia.<br />
Dalam waktu dua tahun, para putra<br />
pu tri terbaik Makassar harus menyi ap <br />
kan diri untuk maju berlaga pada pemilihan<br />
ulang. Anak muda juga bi sa menunjukkan<br />
kemampuan mere ka da lam<br />
menjadi pemimpin. Kota Ma kas sar ten tu<br />
membutuhkan pemimpin yang mengerti<br />
apa yang dibutuhkan rakyat. (kafi)<br />
Aturan <strong>Pemilihan</strong> Ulang<br />
<strong>Pemilihan</strong> ulang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10/<strong>20</strong>16 tentang <strong>Pemilihan</strong>.<br />
Pasal 25 ayat (1 – 3) PKPU Nomor 13/<strong>20</strong>18 tentang <strong>Pemilihan</strong>.<br />
Ayat (1) diterangkan, apabila perolehan suara pada<br />
kolom kosong lebih banyak dari perolehan suara<br />
pada kolom foto pasangan calon, KPU Provinsi/KIP<br />
Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota menetapkan<br />
penyelenggaraan pemilihan kembali pada pemilihan<br />
serentak periode berikutnya.<br />
Ayat (2) menyatakan, pemilihan serentak berikutnya<br />
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat<br />
diselenggarakan pada tahun berikutnya atau<br />
dilaksanakan sebagaimana jadwal sesuai dengan<br />
ketentuan peraturan perundang-undangan.<br />
Ayat (3) dijelaskan, dalam hal terjadi penetapan<br />
penyelenggaraan pemilihan serentak periode<br />
berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat<br />
(1), KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP<br />
Kabupaten/Kota melalui KPU berkoordinasi dengan<br />
kementerian yang membidangi urusan dalam negeri<br />
untuk penugasan penjabat Gubernur dan Wakil<br />
Gubernur, penjabat Bupati dan Wakil Bupati, atau<br />
penjabat Wali Kota dan Wakil Wali Kota.<br />
<strong>Pemilihan</strong> Ulang Kota Makassar<br />
<strong>Pemilihan</strong> ulang dilakukan karena pasangan<br />
calon tunggal Munafri Arifuddin-Andi Rahmatika<br />
Dewi (Appi-Cicu) kalah dengan kotak kosong.<br />
Muhammad Ramdhan Pomanto alias Danny<br />
Pomanto diaktifkan kembali sebagai Wali Kota<br />
Makassar sampai Mei <strong>20</strong>19.<br />
Selanjutnya pada Juni <strong>20</strong>19 akan ditunjuk<br />
penjabat (Pj) Wali Kota yang akan menjabat<br />
sampai Wali Kota terpilih dilantik.<br />
<strong>Pemilihan</strong> Makassar <strong>20</strong>18<br />
Kotak kosong : 300.795 suara/53,23 persen<br />
Appi-Cicu : 264.245 suara/ 46,77 persen<br />
Total pemilih : 565.040 suara.<br />
Batas ambang selisih: 2,825 suara / 0,5 persen<br />
Selisih Kotak <strong>Suara</strong> v Appi-Cicu : 36.550 suara<br />
64<br />
SUARA KPU September-Oktober <strong>20</strong>18<br />
September-Oktober <strong>20</strong>18 SUARA KPU 65