You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
SUARA PAKAR<br />
Semua energi akan tercurah kepada<br />
kampanye negatif itu, sehingga yang<br />
terjadi ialah saling curiga. Perpecahan<br />
pun akan terjadi. Maka, setiap paslon<br />
mempunyai kewajiban untuk<br />
mengim bau kepada tim kampanye, dan<br />
relawan untuk menggunakan cara-cara<br />
yang baik dalam berkampanye sesuai<br />
yang sudah diatur di undang-undang<br />
maupun Peraturan KPU (PKPU).<br />
Jika kedua pihak sudah berkomitmen<br />
meninggalkan kampanye hitam,<br />
tapi masih ada yang menebar hoax<br />
dan fitnah, bisa diduga bahwa itu<br />
berasal dari pihak lain yang ingin<br />
menganggu pemilu dan merusak<br />
demokrasi Indonesia. Kedua paslon<br />
harus berhati-hati jika ada pihak yang<br />
berupaya mengadu domba. Pihak<br />
tidak bertanggungjawab itu hanya<br />
menginginkan agar demokrasi di<br />
Indonesia rusak, dan menjadi bangsa<br />
yang lemah, serta mudah diadu domba.<br />
Pemilu bukanlah medan pertempuran,<br />
tapi ajang bersaing sesama<br />
teman. Para kandidat teman bersaing,<br />
bukan musuh atau lawan. Alangkah<br />
baiknya jika satu sama lain saling<br />
membela dan menguatkan. Misalnya,<br />
salah satu paslon diserang dan didowngrade,<br />
maka paslon lain harus<br />
membela. Begitu sebaliknya. Kalau itu<br />
yang terjadi, pada pemilu tahun depan<br />
tidak akan ada permusuhan. Pemilu<br />
akan berjalan lancar, damai, dan aman.<br />
Siapa pun yang menang akan dihormati.<br />
Yang menang tetap merang kul<br />
yang kalah. Menang dan kalah samasama<br />
untuk Indonesia. Menjadi oposisi<br />
Pemilu bukanlah medan<br />
pertempuran, tapi ajang bersaing<br />
sesama teman. Para kandidat teman<br />
bersaing, bukan musuh atau lawan.<br />
Alangkah baiknya jika satu sama lain<br />
saling membela dan menguatkan.<br />
tidak kalah mulianya dari kubu yang<br />
menang. Menjadi oposisi merupakan<br />
tugas mulia, karena bisa mengontrol<br />
jalannya pemerintahan, sehingga terjadi<br />
check and balance. Pemerintah tentu<br />
mem butuhkan kritikan dan masukan<br />
untuk melayani masyarakat dengan baik.<br />
Menjalankan program yang sudah dijanjikan<br />
dan dicanangkan. Janji dalam kampanye<br />
bisa ditagih, sehingga paslon yang<br />
menang tidak lupa dengan janji yang<br />
sudah disampaikan.<br />
Rutin Bertemu Dinginkan<br />
Suasana Politik<br />
Masa kampanye Pemilu <strong>20</strong>19 akan<br />
berlangsung cukup lama, ham pir 8<br />
bulan. Mulai 23 September <strong>20</strong>18 hingga<br />
13 April <strong>20</strong>19. Dalam kurun waktu begitu<br />
panjang, setiap paslon presiden dan wakil<br />
presiden mem punyai kesempatan yang<br />
sama dalam melakukan pendekatan<br />
kepada masyarakat. Baik melakukan<br />
kampanye terbuka, maupun terbatas.<br />
Aturan main sudah dijelaskan<br />
dalam Undang-Undang<br />
Nomor 7/<strong>20</strong>17 ten tang<br />
Pemilu, dan PKPU Nomor<br />
23/<strong>20</strong>18 tentang Kampanye<br />
Pemilu. Semua kandidat<br />
harus merujuk terhadap aturan<br />
yang sudah disahkan dan melalui<br />
pembahasan cukup panjang itu. Jika<br />
rule of game dipatuhi, pemilu akan<br />
berlangsung dengan aman dan tertib.<br />
Selain mematuhi semua ramburambu<br />
yang diberikan, kedua paslon,<br />
Jokowi–Ma’ruf dan Prabowo–Sandi<br />
hendaknya selalu membangun dan<br />
menjaga keakraban. Jokowi dan Prabowo<br />
pada ajang Asian Games ketika<br />
Indonesia meraih emas pada ajang<br />
pencak silat bisa menjadi contoh.<br />
Keduanya berpelukan di depan publik.<br />
Menunjukkan keakraban keduanya,<br />
walaupun mereka akan bersaing memperebutkan<br />
suara rakyat.<br />
Kemesraan dan keakraban antar<br />
kedua tokoh itu harus dipertahankan.<br />
Untuk mempertahankannya, keduanya<br />
bisa mengelar pertemuan bersama. Bisa<br />
di rumah salah satu paslon sembari<br />
minum kopi atau mendengarkan<br />
musik tanpa berbicara tentang politik,<br />
sehingga kondisi politik tidak selalu<br />
memanas. Para pendukung juga tidak<br />
tegang dalam menghadapi pemilihan.<br />
Jika kedua pemimpin mereka akrab<br />
dan mesra, tidak ada alasan bagi pendukungnya<br />
untuk saling bermu suhan.<br />
Bersaing tetap, tapi tidak ber mu suhan.<br />
Berkompetisi secara sehat dengan caracara<br />
yang benar. Keakraban kedua<br />
paslon akan menularkan energi positif<br />
tidak hanya bagi relawan, tapi juga bagi<br />
masyarakat secara umum.<br />
Masyarakat akan tenang melihat<br />
kedua calon pemimpin bergandengan<br />
tangan membangun Indonesia. Jika<br />
kedua kandidat akrab, maka akan<br />
sulit bagi pihak-pihak yang ingin<br />
menganggu pesta demokrasi. Upaya<br />
untuk memecah belah akan kandas,<br />
karena tidak ada pihak yang terpancing.<br />
Pihak kepolisian juga bisa bergerak<br />
cepat jika ada pihak yang ingin merusak<br />
suasana politik yang aman. Polisi<br />
mempunyai andil besar dalam mengawal<br />
pelaksanaan pemilu. Mereka dituntut<br />
responsif dalam melaksanakan<br />
pengamanan. Baik polisi maupun TNI<br />
haram hukumnya untuk memihak<br />
salah satu calon. Mereka berada di<br />
tengah menjaga pemilu agar tetap<br />
aman dan lancar.<br />
Jika aparat memihak, pemilu akan<br />
berjalan tidak demokratis. Setiap<br />
paslon juga tidak boleh memanfaatkan<br />
aparat untuk kemenangan mereka.<br />
Biarlah aparat kepolisian dan TNI<br />
melaksanakan tugas mulai menjaga<br />
pemilu yang demokratis.<br />
Pemilu <strong>20</strong>19 menjadi ujian bagi<br />
Indonesia. Apakah bangsa ini akan<br />
semakin maju atau mundur ke<br />
belakang. Jika pemilu berjalan dengan<br />
baik dan terpilih pemimpin yang<br />
amanah, bangsa ini akan semakin maju.<br />
Pemilu <strong>20</strong>09, dan Pemilu <strong>20</strong>14 bisa<br />
menjadi contoh dalam pelaksanaan<br />
pesta demokrasi. (kafi)<br />
Nama<br />
Dr Emrus Sihombing<br />
Pekerjaan<br />
Dosen pascasarjana<br />
Universitas Pelita<br />
Harapan (UPH) Jakarta<br />
Tempat tanggal lahir<br />
Lawe Sigalagala,<br />
9 November 1961<br />
Riwayat Pendidikan<br />
Pengalaman Jabatan<br />
• Sekretaris jurusan ilmu komunikasi IISIP Jakarta<br />
(1990 – 1993)<br />
• Ketua dan sekretaris jurusan periklanan<br />
Universitas Mercu Buana (1997 – 1999)<br />
• Koordinator program studi periklanan BM-PTSI<br />
Wilayah III DKI Jakarta (1997 – 1999)<br />
• Penguji ujian negara Kopertis Wilayah III Jakarta<br />
(1998 – 1999)<br />
• Anggota panitia pengawas pemilihan umum<br />
Jakarta Barat (1999- 1999)<br />
• Sekretaris juruan ilmu komunikasi<br />
Universitas Pelita Harapan (UPH) (<strong>20</strong>00 – <strong>20</strong>02)<br />
• Pembantu dekan bidang kemahasiswaan<br />
Universitas Pelita Harapan (UPH) (<strong>20</strong>02 – <strong>20</strong>03)<br />
• Dewan redaksi <strong>Majalah</strong> Infide<br />
Universitas Pelita Harapan (UPH) (<strong>20</strong>02 – <strong>20</strong>03)<br />
• Anggota redaksi <strong>Majalah</strong> Pelita Harapan<br />
(<strong>20</strong>03 – <strong>20</strong>05)<br />
• Wakil redaktur pelaksana <strong>Majalah</strong> Pelita Harapan<br />
(<strong>20</strong>05 – <strong>20</strong>07)<br />
• Dewan redaksi <strong>Majalah</strong> Ilmiah Communique Fisip<br />
Universitas Pelita Harapan (UPH)<br />
(<strong>20</strong>08 – sekarang)<br />
• Sarjana komunikasi (S1) Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta (1987)<br />
• Magister komunikasi (S2) Institut Pertanian Bogor (1993)<br />
• Doktor (S3) Universitas Padjajaran Bandung (<strong>20</strong>09)<br />
<strong>20</strong><br />
SUARA KPU September-Oktober <strong>20</strong>18<br />
September-Oktober <strong>20</strong>18 SUARA KPU 21