06.12.2019 Views

Majalah SCG Edisi Desember 2019

Ikon Kota Kita

Ikon Kota Kita

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Konon, diceritakan Purwantono,<br />

Sekretaris Pokdarwis (Kelompok Sadar<br />

Wisata) Lawang Seketeng, lantai bawah dulu<br />

pernah dipakai Bung Karno (Ir. H. Soekarno,<br />

Presiden RI pertama) dan juga Bung Tomo<br />

(Sutomo, pembangkit semangat perlawanan<br />

rakyat terhadap penjajah hingga pecahnya<br />

perang 10 November 1945).<br />

“Mereka merumuskan strategi merebut<br />

kemerdekaan di situ. Seusai rapat mereka ke<br />

atas lalu mendirikan shalat,” katanya.<br />

Bangunan Langgar Dukur Kayu seluas<br />

39 meter persegi itu juga menjadi tempat<br />

tinggal salah seorang warga. Sehingga, kalau<br />

hendak berkunjung dan memasuki langgar,<br />

mesti kulo nuwun dulu kepada si penghuni<br />

sebagai alasan etis.<br />

“Awitipun jumeneng puniko langgar<br />

tahun 1893 sasi setunggal.” Itulah antara lain<br />

yang bisa Anda saksikan di langgar. Tulisan<br />

berbahasa Jawa itu menunjukkan bahwa<br />

pembangunan langgar dimulai pada Januari<br />

1893. Itu artinya, bangunan Langgar Dukur<br />

kini sudah mencapai usia 126 tahun.<br />

Selain itu, ada beberapa lagi yang unik<br />

seperti adanya plakat Partai NU, prasasti<br />

mimbar, daun pintu berengsel kuno, grendel<br />

kuno, kentongan, dan dinding kayu sisik. Ada<br />

pula Al Qur’an kuno yang ditulis tangan dan<br />

bersampul kulit yang usianya bisa jadi seusia<br />

Langgar Dukur. Pada tiap halaman tertera<br />

watermark Kerajaan Belanda. Watermark itu<br />

sekilas tak tampak, baru terlihat kalau disorot<br />

oleh cahaya.<br />

Ada pula Jadwal Sholat yang ditulis<br />

oleh seorang syekh dari Pasuruan. Termasuk<br />

Rumus Hitungan Falak yang lengkap dari<br />

tahun 1303 hijriyah. Dan juga tombak<br />

berujung lancip sebagai tongkat yang biasa<br />

digunakan seorang Khatib di mimbar.<br />

Di bagian lain, ada rumah kayu yang<br />

tetap dalam bentuknya yang asli hingga<br />

sekarang. Rumah itu beratapkan seng<br />

dan terdapat bekas tembakan peluru.<br />

Diperkirakan rumah didirikan sekitar 1930-an.<br />

Situs Tersebar<br />

Di bagian lain masih banyak situs yang bisa<br />

disaksikan. Di Gang II ada Makam Syekh Zen<br />

Zaini Assegaf. Tak ada catatan resmi siapakah<br />

dia. Mungkin ia perantau yang tinggal di<br />

kampung ini, mungkin pula tokoh agama yang<br />

sempat mewarnai kegiatan spiritual di Langgar<br />

Dukur. Di area makam terdapat lumpang batu<br />

besar dan beberapa batu fosil. Salah satu batu<br />

itu, konon, bisa menyala jika diberi sinar.<br />

Sementara di Gang III, terdapat Makam<br />

Mbah Pitono yang dipercaya masyarakat ia<br />

<strong>SCG</strong> <strong>Desember</strong> <strong>2019</strong><br />

55

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!