Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh
Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh
Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Tafsir<br />
terdahulu, dan Allah mengabulkan.<br />
(Kedua) aku memohon agar kita tidak<br />
dikuasai oleh musuh di luar kita, Allah<br />
juga mengabulkannya. (Ketiga) aku<br />
meminta agar kita tidak dicampurkan<br />
dalam pertikaian kelompok-kelompok,<br />
permintaan ini ditolak.” (H.R. Tirmizi,<br />
dan Nasa’i).<br />
Hadis ini dinyatakan sahih oleh<br />
al-Albani, jadi dapat dipegang sebagai<br />
penafsiran atas ayat 65 surat al-An‘am.<br />
Terlihat di sini betapa Rasulullah<br />
sangat risau dengan turunnya ayat itu.<br />
Perspektif yang berbeda diriwayatkan<br />
oleh al-Bukhari sebagai berikut:<br />
Dari Jabir ra., ia berkata: “Manakala ayat<br />
ini diturunkan (Qul… min fawqikum),<br />
Rasulullah saw. berkata; Aku berlindung<br />
kepada wajah-Mu. Lalu lanjutan ayat<br />
(aw min tahti arjulikum) Rasul saw<br />
berkata; Aku berlindung kepada wajah-<br />
Mu. Lalu (aw yalbisakum…ba‘dhin),<br />
Rasul saw. berkata; ini lebih ringan,<br />
atau lebih mudah.”<br />
Hadis ini memperlihatkan pandangan<br />
Rasulullah yang melihat azab dalam<br />
bentuk ketiga itu lebih ringan dari<br />
dua bentuk sebelumnya. Anggapan<br />
lebih ringan ini mungkin dari perspektif<br />
tidak melenyapkan semua umatnya,<br />
sebab azab serupa yang pernah terjadi<br />
telah memusnahkan bangsa-bangsa itu<br />
selamanya. Tapi dari perspektif lain,<br />
bentuk azab yang telah menimpa umat<br />
terdahulu itu kalah dahsyat dari azab<br />
yang ketiga ini, sebab ini merupakan<br />
azab secara psikologis:<br />
...atau Dia mencampurkan kamu dalam<br />
golongan-golongan (yang saling<br />
bertentangan) dan merasakan kepada<br />
sebahagian kamu keganasan sebahagian<br />
yang lain...<br />
Bisa dibayangkan bagaimana manusia<br />
akan menjadi stres dan frustasi<br />
menghadapi pertikaian sesama. Apa<br />
yang akan dirasakan seseorang, jika<br />
orang yang dicintainya justru harus dihadapi<br />
sebagai musuh, Masya Allah!<br />
Dalam hal ini Ibn Katsir menafsirkan<br />
ayat di atas dengan mengutip hadis<br />
tentang terpecahnya umat Islam dalam<br />
tujuh puluh tiga golongan. Namun ia<br />
mengutip matan hadis yang ada tambahan<br />
kalimat: “semuanya dalam neraka,<br />
kecuali satu golongan,” padahal riwayat<br />
yang dinilai hasan-sahih tidak demikian.<br />
Imam al-Tirmizi dalam Sunan-nya<br />
pada Kitab Iman; bab ma ja’a fi iftiraqi<br />
hazihil ummah meriwayatkan:<br />
Dari Abu Hurayrah, bahwa Nabi saw.<br />
bersabda: Yahudi terpecah menjadi tu-<br />
Pada dasarnya<br />
ancaman di atas<br />
hanya akan<br />
menjadi azab jika<br />
kita tidak mampu<br />
memahami fitrah<br />
perbedaan.<br />
juh puluh satu atau tujuh puluh dua<br />
golongan, demikian pula Nasrani, dan<br />
umatku akan terpecah menjadi tujuh<br />
puluh tiga golongan. (H.R. al-Tirmizi).<br />
Al-Tirmizi menilai Hadis ini<br />
hasan-sahih, Ibn Hibban dan Hakim<br />
menilainya sahih. Menurut Yusuf al-<br />
Qaradhawi, dalam sanad Hadis ini<br />
terdapat al-Laytsi yang mutu hafalannya<br />
diragukan, dan tidak dinilai tsiqah.<br />
Adapun al-Tirmizi, Ibn Hibban, dan<br />
al-Hakim cenderung mempermudah<br />
standar penilaian sahihnya suatu<br />
Hadis. Maka sangat disayangkan sikap<br />
Ibn Katsir yang memasukkan Hadis<br />
ini dalam penafsiran ayat di atas tanpa<br />
memberi komentar.<br />
Di sisi lain, riwayat yang ada tambahan<br />
matan: “semuanya dalam neraka,<br />
kecuali satu golongan,” sanadnya ber-<br />
32 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
nilai lemah. Hadis ini dikuatkan karena<br />
semakna dengan riwayat al-Tirmizi di<br />
atas, tapi tambahan matan itu tidak<br />
bisa dianggap kuat, sebab bertentangan<br />
dengan nas yang lain. Sebagaimana<br />
diketahui, Alquran mengajak umat<br />
untuk bersatu, sedangkan matan tambahan<br />
ini menyebabkan perpecahan<br />
umat.<br />
Harus diakui, keberadaan Hadis ini<br />
semakin memperburuk perpecahan di<br />
tengah umat, sebab sebagian muslim<br />
menjadikan hadis ini sebagai dasar<br />
mengafirkan muslim lainnya. Menurut<br />
Yusuf al-Qaradhawi, ketujuhpuluhtiga<br />
golongan dalam Hadis itu masih merupakan<br />
muslim yang beriman. Sebab<br />
seorang muslim akan dimasukkan ke<br />
dalam neraka karena kesalahan dan<br />
dosanya, tapi tidak berarti kekal di dalamnya.<br />
Dari itu, hendaknya hadis ini<br />
disikapi secara arif, agar tidak mengafirkan<br />
sesama muslim, bukankah standar<br />
kufur hanya pada hal-hal yang jelasjelas<br />
syirik?<br />
Terkait dengan penafsiran ayat 65<br />
surat al-An‘am, perpecahan dalam tujuh<br />
puluh tiga golongan ini merupakan<br />
azab, jika golongan-golongan ini saling<br />
berseteru, apalagi saling bunuh. Maka<br />
masalah sebenarnya terletak pada sikap<br />
eksklusif golongan tertentu yang hanya<br />
melihat kebenaran dari perspektifnya<br />
saja. Ketika klaim kebenaran meningkat<br />
menjadi tuduhan salah terhadap pihak<br />
lain, maka konflik pun muncul,<br />
ukhuwah islamiyyah berganti menjadi<br />
perang saudara.<br />
Dari itu, mari mendulang hikmah<br />
pada ayat 65 surat al-An‘am ini. Kenapa<br />
ayat ini ditutup dengan kalimat:<br />
“Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan<br />
tanda-tanda kebesaran kami<br />
silih berganti agar mereka memahami<br />
(nya).” Kata kunci di sini adalah kalimat<br />
“la‘allahum tafaqqahun“ (mudahmudahan<br />
mereka memahaminya).<br />
Pada dasarnya ancaman di atas<br />
hanya akan menjadi azab jika kita<br />
tidak mampu memahami fitrah perbedaan.<br />
Dan Islam memang tidak hendak<br />
menghilangkan perbedaan, sebab itu<br />
merupakan fitrah alam. Yang hendak<br />
diwujudkan Islam adalah penataan terhadap<br />
berbagai perbedaan itu, sehingga<br />
tercipta iklim yang harmoni, indah,<br />
dan menyejukkan. n<br />
Penulis adalah kandidat doktor PPs<br />
IAIN Ar-Raniry