08.08.2013 Views

Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh

Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh

Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Konsultasi Hukum Islam<br />

Diasuh oleh Drs. H. Ridwan Qari, M.Ag.<br />

Sampai Kapan Orang Tua Bertanggungjawab?<br />

Assalamu’alaikum.<br />

Bapak pengasuh yang terhormat.<br />

Adakah batas tanggung jawab orangtua<br />

terhadap anak-anaknya di dalam ajaran<br />

agama kita. Hal ini saya tanyakan sehubungan<br />

dengan adanya data pengikut<br />

aliran sesat dari kalangan mahasiswa.<br />

Dalam pikiran saya mahasiswa sudah<br />

dapat dikategorikan sebagai orang yang<br />

sudah mandiri sehingga kalau mereka<br />

melakukan tindakan yang bersifat keliru<br />

tidak semestinya ”mengganggu”<br />

nama baik orangtua mereka atau keluarga<br />

mereka. Demikian, atas jawaban<br />

bapak saya ucapkan terima kasih.<br />

Alkhairi, Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

Jawaban<br />

Wa‘laikumussalam wr. wb.<br />

Saudara Alkhairi yang terhormat.<br />

Terima kasih atas perhatian saudara<br />

yang saya pikir cukup serius untuk<br />

persoalan aliran sesat ini khususnya<br />

berkaitan dengan batas waktu tanggung<br />

jawab para orangtua mendidik, melatih<br />

dan mengajar anak-anak mereka.<br />

Saya sepakat dengan saudara agar<br />

tidak mengaitkan orangtua dalam hal<br />

kesalahan anaknya yang sudah dewasa.<br />

Tetapi hal tersebut harus melalui sebuah<br />

keyakinan bahwa orangtua sudah menjalankan<br />

tanggungjawabnya dengan<br />

benar sesuai dengan batas waktu dan<br />

kurikulum pendidikan dan pelatihan<br />

wajib seperti yang ditentukan oleh<br />

Nabi Muhammad saw. Batas waktu dan<br />

kurikulum pendidikan dan pelatihan<br />

Nabi adalah sebagai berikut:<br />

Pertama, selama 13 tahun, orangtua<br />

mengajarkan anaknya Syariat Islam.<br />

”Barang siapa yang lahir baginya anak<br />

maka hendaklah diazankan di telinga<br />

kanannya dan diiqamahkan di telinga<br />

kirinya. Anak itu tidak akan dapat<br />

dimudharatkan oleh syaithan” (HR Al-<br />

Baihaqiy).<br />

Azan dan iqamah adalah inti Syariat<br />

Islam (Allah Maha Besar, tidak ada<br />

yang patut diikuti, ditaati selain Allah).<br />

Orangtua harus dapat memastikan<br />

bahwa Syariat Islam ini sudah dididik,<br />

dilatih dan diajarkan kepada anak-anak<br />

mereka.<br />

Kedua, selama 13 tahun kurang 6<br />

hari, orangtua mengajar, mendidik dan<br />

melatih anak-anaknya bermasyarakat.<br />

”Seorang anak dilaksanakan aqiqahnya<br />

pada hari ketujuh, diberi nama dan<br />

disunat.” Pemberian daging aqiqah<br />

kepada handai taulan, tetangga, saudara<br />

dan keluarga adalah simbolisasi<br />

pendidikan kemasyarakatan dimulai.<br />

Seorang anak sudah mulai diperkenalkan<br />

kepada ”dunia”.<br />

Kegiatan masyarakat di masjid, di<br />

kampung, di kota dan di tempat lainnya<br />

sudah mulai diikuti oleh seorang<br />

anak sehingga lambat-laun dia mulai<br />

merekam kultur, tatakrama dan kegiatan<br />

masyarakatnya untuk dia cerdas<br />

bermasyarakat. Orangtua harus dapat<br />

memastikan bahwa ia telah mendidik,<br />

mengajar dan melatih anaknya ilmu<br />

kemasyarakatan.<br />

Ketiga, selama 7 tahun, orangtua<br />

mengajar, mendidik dan melatih anakanaknya<br />

ilmu pengetahuan dan keterampilan.<br />

”Kalau telah berusia 6 tahun<br />

dididik (keahlian)”. Pada usia ini seorang<br />

anak harus mulai mendapat kesempatan<br />

untuk menentukan profesionalisme<br />

yang akan dipilih sebagai ”jalan hidup”<br />

dunianya. Orang tua harus menjamin<br />

bahwa anak-anak mereka memiliki keterampilan<br />

atau lifeskill sehingga tidak<br />

menjadi pengangguran.<br />

Keempat, selama 4 tahun, orangtua<br />

mengajar, mendidik dan melatih anakanaknya<br />

berprilaku dan berekspresi<br />

seksual islami. ”Kalau telah berusia 9<br />

tahun dipisahkan dari tempat tidurnya”.<br />

Pelurusan prilaku dan ekspresi sesksual<br />

seorang anak dimulai sejak berusia<br />

9 tahun. Wawasan, pengalaman dan<br />

perhatian mereka dalam persoalan ini<br />

tidak terpengaruh budaya asing yang<br />

tidak sesuai dengan tata perilaku yang<br />

diatur oleh ajaran Islam. Orangtua harus<br />

menjamin bahwa anak-anak mereka<br />

memiliki wawasan, pengetahuan dan<br />

prilaku seksual Islami; tidak berprilaku<br />

seksual menyimpang dari syari’at.<br />

Kelima, selama 3 tahun, orangtua<br />

membimbing praktikum dan mengevaluasinya.<br />

”Kalau berusia 13 tahun<br />

dipukul sebab meninggalkan shalat dan<br />

46 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />

puasa”. Seorang anak sudah masuk pada<br />

tataran praktis dalam bidang Syariat Islam,<br />

kemasyarakatan, keahlian (keterampilan)<br />

dan kelurusan prilaku seksual.<br />

Masa 3 tahun ini juga digunakan untuk<br />

evaluasi penguasaan materi kurikulum<br />

pendidikan dan pelatihan yang sudah<br />

diberikan. Orangtua harus dapat menjamin<br />

praktikum ini berjalan dengan benar<br />

sebelum memastikan kedewasaan<br />

seorang anak melalui semacam bai’at.<br />

Keenam, pada saat 16 tahun, orangtua<br />

memastikan kedewasaan anak-anak<br />

mereka melalui semacam bai’at. ”Kalau<br />

telah berusia 16 tahun maka ayahnya<br />

menikahkannya. Kemudian ia memegang<br />

tangannya [jabat tangan] dan berkata:<br />

’Aku telah mendidikmu dan mengajarmu,<br />

memberimu keahlian, dan<br />

menikahkanmu. Aku berlindung kepada<br />

Allah dari azab-Nya di dunia dan di<br />

akhirat.” (HR Ibnu Hibban dari Anas).<br />

Menurut Nabi seorang anak dewasa<br />

pada saat usia 16 tahun dengan<br />

cara menyakini diri, baik anak maupun<br />

orangtua, bahwa anak-anak mereka<br />

telah memiliki wawasan syari’at, kemasyarakan,<br />

keahlian dan ilmu pengetahuan,<br />

prilaku dan ekspresi seksual tidak<br />

menyimpang yang kesemua itu terlihat<br />

dalam kehidupan sehari-hari.<br />

Perlu dicatat disini bahwa jika format<br />

yang telah ditetapkan ini berjalan dengan<br />

baik pada setiap keluarga muslim maka<br />

dapat dipastikan bahwa batas waktu<br />

tanggungjawab orangtua terhadap anaknya<br />

adalah 16 tahun. Seorang anak<br />

ketika itu sudah dapat dibebaskan dari<br />

bimbingan wajib orangtuanya menuju<br />

bimbingan wajib masyarakatnya dalam<br />

arti dakwah, yakni amar ma’ruf nahi<br />

munkar.<br />

Namun untuk seorang anak perempuan<br />

harus dipastikan berakhirnya<br />

tanggungjawab orangtua dengan<br />

perkawinan, meskipun mereka telah<br />

juga mengikuti format pendidikan<br />

dan pelatihan yang ditentukan tersebut<br />

sepanjang 16 tahun. Jika format<br />

ini tidak berjalan sebagaimana mestinya,<br />

menurut hemat kami, batas waktu<br />

tanggungjawab wajib tersebut mesti<br />

diperpanjang. nWallahua’lam.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!