Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh
Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh
Majalah Santunan edisi Juni 2011 - Kementerian Agama Prov Aceh
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Opini<br />
oregon, USA, IMS, Australia dan<br />
Bambang Warsita dalam bukunya<br />
teknologi pembelajaran, landasan dan<br />
aplikasinya, antara lain menyebutkan,<br />
dengan segala potensinya teknologi<br />
bergerak , khususnya telepon selular<br />
sangat mungkin dioptimalkan dalam<br />
pembelajaran karena menawarkan<br />
banyak peluang.<br />
Sementara Clark Quinn seorang<br />
pakar e-learning lainnya, menyebutkan<br />
Mobile Learning merupakan model<br />
pembelajaran yang paling efektif dalam<br />
model TIK. Karena telepon selular dapat<br />
menyediakan materi pembelajaran yang<br />
dapat diakses oleh peserta didik pada<br />
setiap saat, sekaligus diberikan materi<br />
visualisasi yang menarik. Mobile Learning<br />
juga suatu model pembelajaran yang<br />
melibatkan perangkat (device) bergerak<br />
sehingga peserta didik dapat mengakses<br />
materi pembelajaran, petunjuk belajar<br />
dan aplikasi pembelajaran tanpa dibatasi<br />
oleh ruang dan waktu, di mana pun dan<br />
kapan pun mereka berada.<br />
Di bagian lain, HP dengan ukuran<br />
fisik yang sangat portable, perangkatnya<br />
yang ada saat ini telah memiliki<br />
kemampuan yang sangat handal dalam<br />
hal ”multi media” akses internet, akses<br />
perangkat lunak komersial, maupun<br />
kemampuan lainnya yang sangat<br />
kondusif dengan kegiatan pembelajaran.<br />
Koneksitas dengan kemampuan dan<br />
kemudahan akses instant ke sumber<br />
sumber internet, email, forum virtual,<br />
peralatan selular ini semakin mampu<br />
memfasilitasi kegiatan pembelajaran<br />
peserta didik, mahasiswa, guru, dosen<br />
instruktur maupun fasilitator lainnya.<br />
Semua itu yang penting kita<br />
tinggal bagaimana mengemas model<br />
pembelajaran yang inovatif secara lebih<br />
efektif dan produktif. Begitupun dalam<br />
implementasinya tidaklah semudah<br />
membalik telapak tangan. Mengubah<br />
budaya masyarakat, kondisi ekonomi,<br />
infrastruktur koneksitas dan kemampuan<br />
pengoperasian perangkatnya, justru<br />
selalu menjadi kendala di lapangan,<br />
sekaligus dapat meningkatkan harkat<br />
dan martabat bangsa khususnya daerah<br />
yang kita cintai ini, sebagai tanah<br />
Serambi Mekkah. Agaknya ini menjadi<br />
bahan renungan bagi kita. n<br />
Penulis ialah praktisi pendidikan dan<br />
Tenaga Pengajar Ilmu Komunikasi<br />
Universitas Iskandar Muda Banda<br />
<strong>Aceh</strong>.<br />
Pengawas (Supervisor) adalah<br />
salah satu tenaga kependidikan<br />
yang bertugas memberikan<br />
pengawasan agar tenaga kependidikan<br />
(guru, kepala sekolah, dan personil<br />
lainnya di sekolah) dapat menjalankan<br />
tugasnya dengan baik. Kalau dilihat<br />
dari keputusan Menteri Negara Pendayagunaan<br />
aparatur Negara Nomor<br />
118/1996, pengawas adalah Pegawai<br />
Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung<br />
jawab dan wewenang secara<br />
penuh oleh pejabat yang berwenang<br />
untuk melakukan pengawasan dengan<br />
melaksanakan penilaian dan pembinaan<br />
dari segi teknis pendidikan dan<br />
administrasi pada satuan pendidikan<br />
prasekolah dasar dan menengah.<br />
Dilihat dari keputusan Menteri<br />
Pendayagunaan Aparatur Negara<br />
tersebut, maka kedudukan pengawas<br />
sangat strategis dan akan sangat mempengaruhi<br />
mutu pendidikan secara keseluruhan.<br />
Dipungkiri atau tidak, guru<br />
sangat membutuhkan bantuan tenaga<br />
pengawas, karena guru merupakan<br />
personil sekolah yang selalu berhadapan<br />
dengan masalah dan tidak dapat<br />
memecahkannya tanpa mendapatkan<br />
bantuan dari pihak lain, terutama dari<br />
pengawas.<br />
Ada asumsi salah dalam masyarakat<br />
hari ini, terutama masyarakat kependidikan.<br />
Jabatan pengawas sekolah<br />
diterjemahkan dengan jabatan bangku<br />
panjang sebelum menuju masa pensiun.<br />
Sehingga terkesan pengawas sekolah/madrasah<br />
adalah PNS yang tidak<br />
produktif lagi. Penilaian seperti ini<br />
bukanlah hal yang muncul begitu saja,<br />
tapi inilah yang sering dipraktekkan di<br />
lembaga <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> yang kita<br />
cintai dan juga di Dinas Pendidikan.<br />
Karena masih ada pejabat kita yang<br />
sudah masuk masa pensiun, dan tanpa<br />
ada latar belakang pendidik (guru),<br />
di-SK-kan kembali menjadi pengawas<br />
42 <strong>Santunan</strong> JUNI <strong>2011</strong><br />
“Kacamata<br />
dilingkungan sekolah/madrasah. Ironis<br />
bukan?<br />
Para pengawas yang semacam ini<br />
tidak mengetahui dan memahami peranan<br />
yang harus dimainkannya serta<br />
fungsi yang mesti diembannya. Terlebih<br />
lagi saat melaksanakan peranan<br />
dan fungsi sebagai pengawas.<br />
Permasalahan ini muncul sudah<br />
sejak dulu, namun saat diberlakukannya<br />
otonomi daerah sekarang ini, praktik<br />
semacam ini justru malah menjadijadi.<br />
bupati/walikota yang terpilih<br />
dalam Pilkada, ada yang mengangkat<br />
pengawas sekolah bukan berasal dari<br />
guru dan atau kepala sekolah. Ada<br />
pengawas sekolah yang diangkat dari<br />
mantan pejabat atau staf dinas dengan<br />
maksud untuk bisa aktif lima tahun lagi,<br />
padahal mereka belum pernah menjadi<br />
guru atau kepala sekolah. Bahkan ada<br />
pula yang diangkat sebagai balas budi<br />
bagi “tim sukses” bupati/walikota<br />
terpilih. Ironisnya lagi, setelah mereka<br />
dilantik sebagai pengawas sekolah,<br />
mereka tidak pernah mendapatkan<br />
pelatihan pengawas sekolah.<br />
Sekedar untuk penulis ingatkan<br />
untuk kita bersama, sebenarnya<br />
pengawas dan kepala sekolah/madrasah<br />
memiliki persyaratan yang hampir<br />
dapat dikatakan tidak boleh tidak<br />
adalah harus berawal dari seorang<br />
guru. Kepala sekolah adalah seorang<br />
guru yang mendapatkan tugas sebagai<br />
manajer sekolah. Terpilihnya seseorang<br />
menjadi kepala sekolah, secara<br />
normatif karena guru itu memiliki<br />
keunggulan, kapasitas dan komitmen<br />
diantara guru-guru yang lain dan telah<br />
teruji kredibilitasnya. Kenapa tidak<br />
kalau misalnya pengawas yang diangkat<br />
adalah berasal dari kepala sekolah yang<br />
baik dan bagus serta berprestasi agar<br />
mutu pendidikan dan guru juga akan<br />
lebih baik.<br />
Oleh karena itu, menurut hemat