25.12.2013 Views

keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, tingkat depresi dan ...

keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, tingkat depresi dan ...

keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, tingkat depresi dan ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

susunan zat gizi jenis makanan yang lain sehingga diperoleh asupan yang<br />

seimbang. Selain itu, <strong>konsumsi</strong> makanan yang lebih beragam dapat memperbaiki<br />

kecukupan akan zat-zat gizi <strong>dan</strong> menunjukkan perlindungan terhadap serangan<br />

berbagai penyakit kronik yang berhubungan dengan proses penuaan<br />

(Wirakusumah 2001).<br />

Metode Food Frequency Questionnaire (FFQ)<br />

Food Frequency Questionnaire (FFQ) bertujuan untuk menilai frekuensi<br />

<strong>pangan</strong> atau kelompok <strong>pangan</strong> yang di<strong>konsumsi</strong> pada selang waktu tertentu.<br />

Sebenarnya FFQ didisain untuk menyediakan data mengenai pola <strong>konsumsi</strong><br />

<strong>pangan</strong> secara deskriptif kualitatif. Akan tetapi dengan menambahkan perkiraan<br />

jumlah porsi yang di<strong>konsumsi</strong>, metode menjadi semi-kuantitatif sehingga<br />

memungkinkan penghitungan energi <strong>dan</strong> zat gizi terpilih (Gibson 2005). Metode<br />

ini terdiri dari dua komponen dasar yaitu daftar makanan <strong>dan</strong> frekuensi <strong>konsumsi</strong><br />

untuk melaporkan seberapa sering suatu makanan di<strong>konsumsi</strong>.<br />

Keuntungan FFQ terletak pada beban kerja yang relatif rendah bagi<br />

responden disamping analisis kuesioner ini yang cukup sederhana <strong>dan</strong> murah<br />

karena dapat dilakukan sendiri serta dapat dipindai dengan mesin. Kerugian FFQ<br />

terdapat pada keharusan responden melakukan tugas kognitif yang levelnya<br />

cukup tinggi untuk memperkirakan frekuensi <strong>dan</strong> ukuran takaran saji yang lazim<br />

(Pietinen & Patterson 2009).<br />

Pengukuran asupan makanan pada lansia secara retrospektif yang<br />

memerlukan konfirmasi kurang tepat dilakukan. Tidak satupun metode dietary<br />

assessment menghasilkan estimasi kebutuhan energi umum yang akurat pada<br />

lansia karena a<strong>dan</strong>ya defisit memori atau gangguan lainnya. Dietary history <strong>dan</strong><br />

dietary record tampaknya menghasilkan nilai under-estimate pada makanan yang<br />

di<strong>konsumsi</strong> lansia. Penggunaan FFQ lebih tepat digunakan bagi lansia untuk<br />

menilai rata-rata asupan zat gizi daripada metode food weighing yang<br />

memerlukan waktu lama <strong>dan</strong> biaya yang mahal. Metode FFQ yang<br />

menggunakan ukuran porsi (semi-kuantitatif) dapat memberikan estimasi jumlah<br />

makanan atau zat gizi yang di<strong>konsumsi</strong> pada masa lampau (Sanjur & Maria 1997<br />

dalam Fatmah 2010).<br />

Perhitungan asupan zat gizi secara keseluruhan pada metode FFQ semi<br />

kuantitatif diperoleh dengan jalan menjumlahkan kandungan zat gizi masingmasing<br />

<strong>pangan</strong>. Sebagian kuesioner frekuensi justru memasukan pertanyaan<br />

tentang bagaimana makanan biasanya diolah, penggunaan makanan suplemen,

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!