Persiapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah Kasus: Kabupaten ...
Persiapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah Kasus: Kabupaten ...
Persiapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah Kasus: Kabupaten ...
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
obatan <strong>dan</strong> vaksin yang selama ini disubsidi pusat, jika pembiayaan untuk obat <strong>dan</strong><br />
vaksin tersebut diserahkan ke daerah, tentunya daerah tidak akan mampu.<br />
3. TINGKAT MASYARAKAT<br />
Persepsi <strong>dan</strong> Prospek Pelaksanaan <strong>Otonomi</strong> <strong>Daerah</strong><br />
Persepsi tentang konsep otonomi daerah masih belum sama di kalangan pejabat<br />
daerah. Oleh karena itu, pers (Surabaya pos, Jawa pos <strong>dan</strong> Surya) mengharap agar<br />
semua pihak bisa menyamakan persepsinya terhadap otonomi daerah. Selama ini<br />
persepsi pusat <strong>dan</strong> persepsi daerah belum sama. Kalangan akademisi (Pusat Studi<br />
<strong>Otonomi</strong> <strong>Daerah</strong> Untag), misalnya, menilai bahwa pemerintah pusat masih belum<br />
serius menyerahkan wewenang yang harus diterima daerah, terutama yang<br />
menyangkut kewenangan politik <strong>dan</strong> ekonomi (sumber pendapatan). Padahal kedua<br />
aspek tersebut terkait dengan proses perwuju<strong>dan</strong> demokratisasi politik <strong>dan</strong> ekonomi<br />
di tingkat daerah sebagai salah satu yang di harapkan dapat dicapai dalam<br />
pelaksanaan otonomi daerah. Seiring dengan itu di daerah muncul pemahaman yang<br />
menganggap otonomi sebagai wadah untuk mendapatkan kekuasaan (secara politis<br />
<strong>dan</strong> ekonomi).<br />
Menurut pengamatan pers, pemda propinsi kelihatan se<strong>dan</strong>g dalam keadaan bingung<br />
karena di satu sisi batas waktu penyelesaian struktur organisasi sudah mendekat,<br />
tetapi di sisi lain petunjuk (PP) pusat masih belum lengkap diterima oleh daerah.<br />
Pers meragukan pelaksanaan otonomi dapat berjalan dengan baik karena masih<br />
setumpuk persoalan yang belum bisa diselesaikan di tingkat propinsi. Beberapa di<br />
antara permasalahan tersebut menyangkut pertanggungjawaban <strong>dan</strong>a PON serta<br />
biaya renovasi kantor gubernur yang belum disetujui oleh DPRD. Oleh karena itu<br />
tidak heran kalau inventarisasi aset hingga bulan September 2000 baru terealisasi<br />
35%. Padahal menurut juklak, pekerjaan itu seharusnya sudah diselesaikan.<br />
Dalam pelaksanaan inventasisari, nampaknya banyak juga yang kurang beres<br />
sehingga timbul dugaan bahwa telah terjadi penyelewengan yang dilakukan oleh<br />
instansi yang bersangkutan atau oleh Biro Perlengkapan. Sehubungan dengan itu,<br />
komisi A DPRD mengancam untuk tidak mensahkan raperda struktur organisasi<br />
kalau semua masalah itu belum diselesaikan.<br />
Bagi responden anggota masyarakat, bagaimanapun otonomi tetap harus diwujudkan,<br />
hanya saja menurut kalangan akademisi, antusiasme masyarakat belum dibarengi<br />
dengan kesiapan yang matang dari pemda. Hingga kini masih ada sejumlah masalah,<br />
seperti: a) alokasi <strong>dan</strong>a belum jelas akan seperti apa; b) belum jelas pola otonomi<br />
yang bagaimana yang paling tepat diterapkan; c) bagaimana mekanisme<br />
pelaksanaanya; d) apakah daerah mampu membuat perencanaannya sendiri, <strong>dan</strong> e)<br />
apakah sudah ada kesamaan visi mengenai otonomi daerah. Kalangan akademisi melihat<br />
banyak hal rawan yang potensial akan menjadi sumber konflik, terutama menyangkut<br />
pembagian kewenangan antara pusat <strong>dan</strong> daerah <strong>dan</strong> di antara daerah sendiri.<br />
Hal yang relatif sama juga terjadi di tingkat kabupaten, kalangan politisi (pengurus<br />
partai) di <strong>Kabupaten</strong> Magetan menilai bahwa persiapan yang dilakukan Pemda<br />
<strong>Kabupaten</strong> Magetan belum sesuai dengan yang seharunya. Hal ini terjadi karena<br />
kapasitas yang dimiliki masing-masing bi<strong>dan</strong>g di pemda masih rendah. Perlu ada<br />
peningkatan kemampuan SDM di pemda. Dalam kaitan ini, yang paling penting<br />
adalah perobahan semangat kerja yang disertai dengan sikap mental yang jujur.<br />
34<br />
Lembaga Penelitian SMERU, Juli 2001