Persiapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah Kasus: Kabupaten ...
Persiapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah Kasus: Kabupaten ...
Persiapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah Kasus: Kabupaten ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
sengaja memperlambat urusan masyarakat seperti yang dilakukan di masa<br />
sebelumnya. Urusan KTP, misalnya, sudah mulai lancar <strong>dan</strong> lebih mudah.<br />
Kadin <strong>dan</strong> Gapensi mengakui bahwa pengurusan TDP (tanda daftar perusahaan) di<br />
Kandep Perindag berlangsung lebih cepat <strong>dan</strong> tanpa biaya. Pembuatan IMB sudah<br />
melalui unit pelayanan terpadu walaupun belum berjalan sesuai dengan aturan. Di<br />
<strong>Kabupaten</strong> Madiun masih terjadi pungutan di KPKN. Setiap pencairan <strong>dan</strong>a proyek<br />
senilai Rp100 juta, pengusaha harus memberikan imbalan kepada petugas sebesar<br />
Rp200 ribu. Tetapi, jumlah ini sudah lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Dalam<br />
tender proyek, Bupati Magetan telah mengumumkan bahwa tidak akan ada lagi<br />
pemberian komisi proyek, tetapi di tingkat aparat masih ada yang suka meminta<br />
komisi. Di tingkat propinsi, ada upaya untuk menyerahkan kewenangan pembuatan<br />
TDR (tanda daftar rekanan) kepada pihak swasta bekerjasama dengan Kadin <strong>dan</strong><br />
biaya pengurusannya akan diturunkan hingga sebesar 75%.<br />
Untuk memperbaiki pelayanan, Kadin/Gapensi menyarankan perlu ada penyesuaian<br />
dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya, perlu a<strong>dan</strong>ya penegasan dari bupati bahwa<br />
setiap urusan harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Proses perizinan perlu<br />
disederhanakan. Dari segi biaya memang sudah ada perobahan, dulu biaya<br />
pengurusan izin bisa mencapai jutaan rupiah, tetapi sekarang hanya ratusan ribu<br />
rupiah. Disadari pula bahwa dalam era reformasi, masyarakat sudah harus lebih aktif<br />
menjadi pelopor dalam mencari peluang usaha, sementara peran pemerintah<br />
hanyalah sebagai fasilitator.<br />
Dalam hal keterbukaan, pers menilai masih banyak aparat pemda yang tidak mau<br />
memberikan keterangan kepada pers, <strong>dan</strong> selalu menunjuk kepada Bagian Humas<br />
untuk menjelaskan setiap masalah yang ditanyakan oleh pers. Untungnya Bagian<br />
Humas sendiri sekarang sudah lebih terbuka, mereka menyadari bahwa dengan<br />
keterbukaan akan ada feedback dari masyarakat lewat pemberitaan pers.<br />
Kinerja DPRD<br />
Selain terhadap eksekutif, masyarakat juga mengkritisi kinerja anggota dewan yang<br />
umumnya masih dinilai rendah. Pers berpendapat bahwa DPRD sulit diharapkan<br />
dalam melakukan pengawasan karena telah terjadi penurunan kualitas anggota<br />
dewan. Kalau dua pilar, eksekutif <strong>dan</strong> legislatif, memiliki banyak kelemahan,<br />
dipertanyakan bagaimana kondisi daerah nantinya setelah otonomi. Menurut para<br />
akademisi, hal ini terjadi akibat DPRD terbentuk tidak sepenuhnya atas dasar<br />
demokrasi, tetapi lebih disebabkan a<strong>dan</strong>ya reformasi (perobahan) di tingkat<br />
kepemimpinan nasional.<br />
Pers selanjutnya menyoroti kelemahan lembaga DPRD yang disebabkan a<strong>dan</strong>ya<br />
dominasi oleh satu partai. Implikasinya proses demokratisasi kurang berkembang.<br />
Ada kecenderungan anggota dewan lainnya hanya mengikuti kemauan partai yang<br />
dominan. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena bisa terulang pengalaman Orde<br />
Baru dimana Partai Golkar adalah “penguasa mutlak” di DPRD. 17<br />
Oleh karena itu,<br />
17<br />
Beberapa contoh tentang a<strong>dan</strong>ya kekuasaan partai yang dominan ini adalah: Pertama, ketika bupati<br />
mengeluarkan SK untuk menertibkan lokalisasi WTS di Kabupeten Magetan yang dilakukan karena<br />
a<strong>dan</strong>ya gugatan masyarakat sekitar lokasi itu, SK ini tidak ditindaklanjuti oleh DPRD karena alasan<br />
yang tidak jelas. Akibatnya masyarakat marah <strong>dan</strong> merusak area lokalisasi tersebut. Pers kemudian<br />
mengetahui alasannya, yaitu bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sumber suara PDI-P.<br />
Pemberitaan tentang ini membuat pers diancam oleh anggota dewan tertentu. Kedua, terdapat kesan<br />
bahwa PDI-P se<strong>dan</strong>g menjalin hubungan ‘mesra’ dengan pemda. Ada sinyalemen bahwa kader PDI-P<br />
38<br />
Lembaga Penelitian SMERU, Juli 2001