2014_epi
2014_epi
2014_epi
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
membuat gagasan kebijakan publik atau ketokohan seseorang<br />
dalam kampanye elektoral jadi benar-benar memiliki legitimasi<br />
sebagai produk-produk yang layak dipasarkan.<br />
c.<br />
d.<br />
e.<br />
f.<br />
g.<br />
Tidak semua produk yang beriklan dapat mencapai sukses seperti<br />
yang diharapkan oleh pengiklannya. Kampanye periklanan yang<br />
keliru justru kian menghancurkan produk tersebut. Ini berarti<br />
ada risiko yang harus juga selalu diperhitungkan oleh pengiklan<br />
periklanan elektoral, sehingga mereka dapat lebih jujur dan<br />
berhati-hati dalam mengemukakan janji-janji kampanyenya.<br />
Risiko tersebut amat baik bagi kepentingan masyarakat.<br />
Sejalan dengan butir c. di atas, janji-janji pada pesan periklanan<br />
elektoral, di kemudian hari, akan dijadikan rujukan oleh<br />
masyarakat dalam menilai kinerja pihak yang memenangi<br />
Pemilu/Pilkada terkait.<br />
Produk yang beriklan membiayai kampanyenya dengan anggaran<br />
yang umumnya sebanding dengan nilai ekuitas produk tersebut.<br />
Ini berarti, besar-kecilnya anggaran periklanan elektoral dari<br />
sesuatu pihak akan dijadikan acuan oleh masyarakat untuk<br />
menilai pihak tersebut. Dalam hal periklanan elektoral, jumlah<br />
dan sumber anggaran yang tidak dipercaya masyarakat justru<br />
akan merusak reputasi dan citra peserta kampanye elektoral<br />
terkait. Ini berarti periklanan elektoral dapat pula menjadi alat<br />
kontrol sosial yang efektif.<br />
Yurisprudensi kasus-kasus periklanan menunjukkan masih<br />
adanya silang-tafsir atas perangkat hukum yang ada di Indonesia,<br />
utamanya dalam hal menentukan pihak yang paling bertanggung<br />
jawab atas suatu isi pesan periklanan. Memberi ketentuan<br />
etika pada periklanan Pemilu/Pilkada akan mengukuhkan<br />
posisi norma-norma etika periklanan sebagai pendukung dan<br />
pelengkap hukum positif, sekaligus dapat menjadi penentu atas<br />
tafsir hukum.<br />
Adalah kenyataan juga bahwa penyelenggaraan Pemilu/<br />
Pilkada langsung – yang kemudian dalam prosesnya melahirkan<br />
periklanan Pemilu/Pilkada – di Indonesia masih merupakan<br />
kebijakan dan praktik baru di bidang periklanan. Karena itu,<br />
kemungkinan terjadinya pelanggaran, kesimpangsiuran, hingga<br />
ketidaktahuan, masih amat besar. Ketentuan-ketentuan etika<br />
-67-