Program Insentif Riaet - KM Ristek - Kementerian Riset dan Teknologi

·,ILapo ran Pe n e Iitia n - Progra m I nse n tl f Riset Te ra pan 20 10Gambar 5. Tahapan perkecambahan biji gewang (Foto. E. Windyarini)Ada tigabelas perlakuan skarifikasi yang dicobakan terhadap biji gewang(Tabel 4.1) sebelum ditabur di dalam bak tabur dan polybag . Biji gewang yangdigunakan dalam skarifikasi merupakan biji gewang masak (ripe) dari Polo danMotadik. Hasil rata-rata presentase biji berkecambah, busuk, dan tetap kerashingga akhir pengamatan (18 minggu) tersaji pada Tabel 5.2.Tabel 5.2. Rata'-'rata Persentase Biji Berkecambah, Busuk dan Tetap KerasAsal BijiBerkecambah (%) Busuk (%) Tetap Keras (%)Bak Polybag Bak Polybag Bak PolybagPolo 22,30a 15,33a 31 ,59 37,13 46,11 47,53Motadik 14,87a 6,73b 32 ,07 37,72 53,06 55,56Persen kecambah adalah gambaran daya atau kemampuan biji untuk berkecambah Dari Tabel di atas diketahui bahwa biji dari Polo memiliki persen kecambah rata-rata lebih tinggi dibanding biji dari Motadik, yaitu sebesar 22,30% pada bak dan 15,33% pad a polybag meskipun perbedaan tersebut tidak signigikan. Dari pengamatan sebelumnya diketahui bahwa biji dari Polo dan Motadik memiliki persentase yang sama terhadap keberadaan embrio dalam biji meski ukuran biji kedua lokasi cukup berbeda. Biji dari Polo berasal dari tegakan gewang yang rapat di hutan alam, sedangkan biji dari Motadik berasal dari tegakan gewang yang jarang di lahan/kebun masyarakat. Dengan demikian meski persentase keberadaan embrio sama, namun kemampuan em brio biji dari Balai Penelitian Kehutanan Kupang)1. Untullg Surapatl No. 7 B Air Nona, Kupang - NTT ernal : aI5Uh@yah(Jo .c0r1123