566 Zulfahmi Bustami ARGUMENTASI POSITIFIKASI HUKUM ...
566 Zulfahmi Bustami ARGUMENTASI POSITIFIKASI HUKUM ...
566 Zulfahmi Bustami ARGUMENTASI POSITIFIKASI HUKUM ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
586<br />
<strong>Zulfahmi</strong> <strong>Bustami</strong><br />
28<br />
Ketentuan nisab 94 gram emas tersebut berbeda dengan ketentuan yang<br />
dicantumkan dalam buku Pedoman Zakat, Jilid II, yang dikeluarkan oleh<br />
Departeman Agama Tahun 1978, seluruh harta benda selain tanaman dan<br />
binatang ternak ditetapkan nisabnya dengan 96 gram emas murni. Sementara itu<br />
Didin Hafiduddin menetapkan 85 gram emas sebagai nisab. Didin Hafiduddin.,<br />
Tentang Zakat, Infak dan shadaqah , (Jakarta : Gema Insani Press,1998), hlm.<br />
39-40. perbendaan ketentuan tersebut kerena berbenda dalam mengukur nilai 20<br />
dinar emas sebgai ukuran nisab.<br />
29<br />
Lihat lebih lanjut Fakhri Ali dan Bakhtiar Effendi, Merambah Jalan Baru<br />
Islam, (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 94-95.<br />
30<br />
Piagam ini menurut Abdul Haris Nasution, terwujudnya tidak terlepas dari<br />
pemikiran ulama yang disampaikan melalui 52 ribu surat kepada PPKI. Endang<br />
Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, (Jakarta; Rajawali Press,<br />
1986), hlm. 34. Piagam ini juga dikenal dengan istilah The Jakarta Charter.<br />
Menurut Ismail Sunny, dalam periode ini hukum Islam menjadi sumber<br />
persuasif, yaitu sumber orang yang harus diyakinkan untuk menerimanya.<br />
Ismail Sunny, “Kedudukan hukum Islam Dalam Sistem Ketatanegaraan<br />
Indonesia”, dalam Tjun Surjaman (ed.), Hukum Islam di Indonesia, (Bandung:<br />
Remaja Rosdakarya, 1994), h.75.<br />
31<br />
Kedua hal tersebut menurut Hukum Tata Negara Indonesia mempunyai<br />
kedudukan yang sama. Lebih lanjut dapat dibaca pada Ismail Sunny,<br />
“Kedudukan Hukum Islam Dalam Ketatanegaraan Indonesia”, dalam Tjun<br />
Surjaman (ed.), Hukum Islam…, Op.cit., hlm. 77.<br />
32<br />
Lihat Noto Negoro, Pancasila Secara Ilmiah Populer, (Jakarta: Bumi Aksara,<br />
1995), hlm. 68.<br />
33<br />
Pancasila mendudukkan agama pada kedudukan yang fundamental. Lihat<br />
Ichtianto, Kontribusi Hukum Islam terhadap hukum Nasional, sebuah gambaran<br />
posisi, dalam Jurnal Mimbar Agama, (Jakarta: Edisi No. 13 tahun V/1994),<br />
hlm. 18.<br />
34<br />
Selain itu, hukum agama memperoleh tempat untuk dijadikan sebagai salah satu<br />
sumber hukum yang berlaku bagi penganut agama yang bersangkutan. Dalam<br />
konteks umat Islam, Syari’at Islam yang di dasarkan pada Al-Qur’an dan Al-<br />
Hadits dapat dijadikan sebagai peraturan perundang-undangan di Indonesia.<br />
Dengan demikian umat Islam dapat mengimplementasikan Syari’at Islam yang<br />
cocok dengan kondisi Indonesia. Dapat dibaca pada Mohammad Hatta, Memoir,<br />
(Jakarta: Tinta Emas, 1982) hlm. 460. Anwar Harjono menegaskan, bahwa<br />
Indonesia menganut faham kebutuhan. Oleh karenanya sumber hukum yang<br />
utama adalah Tuhan. Anwar Harjono, “Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum<br />
Nasional”, dalam Jurnal Mimbar Hukum, (Jakarta: Edisi No. IV/Tahun 1995),<br />
hlm. 8.<br />
Hukum Islam. Vol. VII No. 5. Juli 2007