12.07.2015 Views

Fatawa Vol.3 No.04

Fatawa Vol.3 No.04

Fatawa Vol.3 No.04

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Janganlah kalian berlebih-lebihan(memuji)ku, sebagaimana orangorangNasrani berlebih-lebihan(memuji) ‘Isa putera Maryam, tetapikatakanlah: Hamba Allah danrasul-Nya.” 1Barangsiapa yang memperhatikangolongan-golongan tersebutniscaya akan mendapatkan padanyabanyak bid’ah dalam cabangcabangsyariat, karena jika bid’ahtelah masuk ke dalam perkarapokok (ushul) maka akan mudahmasuk ke dalam cabang-cabangnya(furu’).8Berhujah dengan mimpi.Yang paling lemah hujahnyaadalah kaum yang dalammenetapkan amalan-amalan menyandarkankepada mimpi-mimpi,melaksanakan dan meninggalkansuatu amalan karenanya. Merekaberkata: “Kami bermimpi bertemusi fulan –seorang yang semasahidupnya dikenal shalih. Orang ituberpesan kepada kami, “Tinggalkanini, lakukan itu. Sebagian lain adayang berkata, “Aku bermimpi(berjumpa) Nabi dalam tidurku,lalu beliau berkata begini danmemerintahkan begitu. Orangyang bermimpi tersebut kemudianberamal dan meninggalkan sesuatukarenanya, bahkan berpaling daribatasan-batasan syariat. Ini adalahsuatu kesalahan.Menurut syariat mimpi dariselain para nabi itu tidaklah bisadiambil sebagai hukum, kecualisetelah diuji berdasar hukum syariatyang ada. Kalau hukum syariatmenyetujuinya, maka bolehdiamalkan berdasarkan kandungannya,jika tidak, maka wajibmeninggalkannya dan berpalingdarinya. Faedah dari itu hanyalahsebagai kabar gembira atauperingatan secara khusus, adapunfaedah berupa hukum (tasyri’)maka tidak ada.Bukan berarti kita berpendapatbahwa mimpi, sebagai satu bagiandari kenabian, diabaikan begitusaja. Karena memang bisa jadi yangmengabarkan dalam mimpi adalahNabi . Beliau bersabda,“Barangsiapa melihatku di waktutidur maka dia benar-benar telahmelihatku, karena setan tidak dapatmenyerupaiku.” 2Kemudian ada yang menyimpulkanbahwa pengabaran beliaupada saat tidur (mimpi) sama sepertipengabaran beliau pada saatterjaga.(Tidak bisa dikatakan demikian),kita berpendapat bahwa:1. Jika mimpi adalah salah satubagian dari kenabian, maka menurutkita mimpi tersebut bukan merupakankesempurnaan wahyu,melainkan hanya sebagian dariwahyu tersebut. Sedangkan satubagian itu tidak bisa mendudukitempat keseluruhan dalam segalasisi, melainkan hanya mendudukinyapada beberapa sisinya saja.Dan itu telah diarahkan kepada sisikabar gembira (bisyarah) danperingatan (nidzarah), -bukankepada sisi hukum.2. Mimpi yang merupakanbagian dari kenabian, di antarasyaratnya adalah harus merupakanmimpi yang benar (shalihah) dariseorang yang shalih, dan terpenuhinyasyarat-syarat tersebut butuhsebuah penelitian, sehingga bisajadi terpenuhi dan bisa pula tidakterpenuhi.3. Mimpi tersebut dibagi pulamenjadi mimpi biasa yang datangnyadari setan, dan menjadi khayalanhati, dan bisa juga karenagejolak (pengaruh) dari sebagianpergaulan (mengigau). Makakapan bisa ditentukan mimpi yangbenar sehingga bisa diambilMimpi yang merupakan bagian dari kenabian, diantara syaratnya adalah harus merupakan mimpiyang benar (shalihah) dari seorang yang shalih, danterpenuhinya syarat-syarat tersebut butuh sebuahpenelitian, sehingga bisa jadi terpenuhi dan bisa pulatidak terpenuhi.darinya hukum dan ditinggalkanyang tidak benar?Adapun mimpi yang di dalamnyaRasulullah mengabarkantentang suatu hukum kepadaorang yang bermimpi tersebut,maka itu pun butuh penilitian.Karena bila beliau mengabarkantentang suatu hukum yang sesuaidengan syariatnya, maka hukum -yang bisa dipegang- adalah apayang telah ada (dalam syariat)tersebut. Dan jika mengabarkantentang sesuatu yang menyelisihi(syariat), maka itu mustahil. Karenasetelah Rasulullah wafat, tidakakan diganti syariatnya yang telahditetapkan semasa hidupnya. Se-Vol.III/<strong>No.04</strong> | Maret 2007 / Shafar 142823

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!