12.07.2015 Views

Fatawa Vol.3 No.04

Fatawa Vol.3 No.04

Fatawa Vol.3 No.04

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

menanggalkan jabatan amirulmukminin. Satu lagi yang dianggapmenjadi faktor kekafiran Ali, menurutkhawarij, musuh-musuhnya tidakditawan dan harta-hartanya tidakdirampas sebagai ghanimah.Berikut adalah fatwa yangdisampaikan oleh Fadhilatusy SyaikhShalih bin Fauzan al-Fauzan tentangdua fenomena sebagaimana tersebutdi muka. Pertanyaan:Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzanditanya: “Termasuk persoalan yang memprihatinkansekarang ini adalah kami dapatisebagian orang berusaha mengkotak-kotakkankaum muslimin dan mereka merasa senangdengan perbuatan tersebut.”Jawaban:Seorang muslim tidak dibolehkanmenyibukkan dirinya mengomentari orang laindan memecah belah persatuan kaum muslimin.Memvonis atau menghakimi orang lain tanpa ilmutermasuk tindak pengrusakan yang dilarang. Allah berfirman.“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamutidak mempunyai pengetahuan tentangnya.Sesungguhnya pendengaran, penglihatan danhati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya”(Al-Isra : 36)Seorang muslim seyogyanya melakukanperbaikan dan menjaga persatuan kaum musliminserta berusaha merapatkan barisan mereka diatas panji-panji kebenaran. Bukan justrumemecah belah Ahlus Sunnah dan memilah-milahmereka menjadi beberapa golongan dankelompok. Yang mesti dilakukan seseorang jikamelihat kesalahan di tengah kaum musliminadalah berusaha memperbaikinya. Jika dilihatnyaada celah untuk berpecah justru wajib berusahamenyatukannya kembali. Inilah yang dituntut dariseorang muslim. Yaitu menyeru kepada persatuandan menutup celah-celah perpecahan. Usaha itumerupakan bentuk nasihat yang sangat agungbagi penguasa dan segenap kaum muslimin. Pertanyaan:Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya:“Seringkali kami memperhatikan segelintir penuntut ilmu terlalusembrono dengan mudahnya memvonis kafir kepada kaum muslimin.Sebagian lagi malah menuntut kaum muslimin supaya melaksanakanhukuman mati atas orang yang telah divonisnya kafir tersebutapabila penguasa (pemerintah) tidak melaksanakannya. Bagaimanapendapat Anda dalam masalah ini?”Jawaban:Pelaksanaan hukuman pidana merupakan wewenang penguasasemata. Tidak setiap orang berhak menegakkan hukum pidana ini.Sebab bila demikian prakteknya jelas akan terjadi kekacauan,kerusakan dan keresahan di kalangan masyarakat. Dan juga akanmenyalakan api pemberontakan dan fitnah. Pelaksanaan hukumanmerupakan wewenang penguasa muslim. Rasulullah bersabda.“Saling memaafkanlah di antara kalian, namun jika urusannyatelah diangkat kepada sultan (penguasa), maka Allah melaknatpemberi rekomendasi dan terpidana yang direkomendasi”Salah satu kewajiban dan wewenang sulthan dalam Dienul Islamadalah melaksanakan hukuman setelah diproses secara syar’i olehmahkamah syariat atas terdakwa pelaku kejahatan yang berhakmendapati hukuman, seperti hukuman atas orang murtad, pencuridan lain sebagainya.Walhasil, pelaksanaan hukuman merupakan wewenangsultan. Jika seandainya kaum muslimin tidak memilikisultan (pernguasa) maka cukuplah dengan melaksanakanamar ma’ruf nahi mungkar serta dakwah kepada jalanAllah dengan hikmah, pengajaran yang baik sertaperdebatan dengan cara yang terbaik. Individu-individumasyarakat tidak berhak melaksanakan hudud (hukuman).Sebab sebagaimana yang kami sebutkan, dapatmenimbulkan kekacauan, pemberontakan dan fitnah. Danjuga dapat menimbulkan mafsadat yang lebih besardaripada maslahatnya. Salah satu kaidah syar’i yangdisepakati bersama menyatakan : “Menolak mafsadatlebih didahulukan daripada meraih maslahat”.[Muraja’at fi Fiqhil Waqi’ wal Fikri ‘ala Dhauil Kitabi wa Sunnah]Vol.III/<strong>No.04</strong> | Maret 2007 / Shafar 142827

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!