tersebut sebab jika dipaksakankami khawatir terjadi hal-hal yangtidak dinginkan, selain itu akanmengakibatkan terganggunyasumber penghasilan keluargakami yang saat ini sebenarnyasedang mulai membaik.Kecemasan PKL MenjelangPenertibanKetegangan sempat tersiratmengiringi keluh-kesah PKL, ketikamereka bersikap keras menolakpindah ke lantai 2 pasar pagi. Di lainpihak PD Pasar, akhirnya tetapmengeluarkan surat edaran yangmengharuskan PKL pindah darilokasi semula. Untuk mengantisipasikemungkinan penertiban PD Pasar,pada Sabtu, 02 Oktober 04 sekitarPukul, 20.00 malam, Seluruh PKLPasar pagi tampak melakukan jagamalam. Mereka menyusun langkahdan gerakan menghadapi penertibanbesok pagi. Namun, sampai batastoleransi (03 Oktober 2004)Penertiban yang akan dilakukan olehpihak PD ternyata tidak terbukti.Keesokan malam, padaMinggu, 03 Oktober 04 Seluruh PKLPasar pagi masih melakukan jagamalam untuk yang kedua kalinya.Pada Senin, 04 Oktober 04 sekitar09.00-10,30 Sejumlah anggota DPRDmengunjungi lokasi PKL yang akanditertibkan dan melihat bangunanlantai 2 pada kesempatan itu,anggota dewan berdialog denganpara PKL. Dari hasil kunjungan itu,sejumlah DPRD menyatakanpemindahan PKL menjelang hariraya dinilai sangat tidak manusiawi.Mengingat PKL telah menunggu 11bulan untuk bulan puasa ini.Kalaupun memang PKL harusdipindahkan ke lantai 2, makamenurut anggota dewan investordan PD Pasar harus merenovasitempat tersebut terlebih dahulu agarmenjadi layak dan ramai untukberjualan.Pada Selasa, 05 Oktober 2004sekira Pukul, 20.00 wib. para PKLkembali bertemu di Mushola ImamBonjol menyikapi undanganpertemuan ke 4 di Aula PD Pasar,pada Kamis, 07 Oktober 04. Namun,Pertemuan lanjutan ke 4 itu, akhirnyadiurungkan karena dirut besertajajarannya tidak berada di tempatsehingga pertemuan diundurmenjadi keesokan harinya.Sementara itu, dihari yangsama ketika pertemuan gagal, PDPasar dan investor melakukanpresentasi tentang rencana renovasidan pengembangan kompleks pasarpagi didepan anggota DPRD.Mengetahui hal itu, maka sekitarpukul 13.00 wib. beberapa PKLmenyambangi gedung DPRD untukmeminta penjelasan hasil pertemuandengan PD Pasar dan Investor.Pertemuan keempat: Nasib PKLBelum JelasSesuai kesepakatan antara PKLdan PD Pasar, maka pada hari Jumat,08 Oktober 2004 sekitar Pukul, 10.00-12.00 wib. dengan mengerahkansekitar 25 becak, 60 orang PKLberangkat menuju tempatPertemuan di aula PD Pasar. Hasilpertemuan adalah PKL pindahsementara waktu di sebelah selatanPasar Pagi sampai lebaran selesai(H+7) dan kemudian pindah kelantai 2. Sedangkan penertiban akandilakukan mulai hari Sabtu-Senin.Terkait dengan itu, Jum,at, 08Oktober 2004, 5 orang perwakilanPKL ditunjuk untuk melakukanhearing tentang kepastian nasibmereka dengan beberapa anggotalegislatif.Di hari yang sama, sekitarpukul 15.00 wib., 3 orang intel dariPolresta menemui PKL dan memintamereka menandatangani suratperjanjian yang waktu itu dipertegasoleh Pejabat PD supaya polemik dipasar pagi usai. Namun karenabeberapa draff tidak disepakati PKL,akhirnya surat perjanjian itu gagalditandatangani. Biarpun begitu,pada sore harinya sekitar pukul 16.00WIB, tetap dilakukan Pemasangan10 unit tenda dari 20 unit yangdirencanakan di sebelah selatan.Tenda itu diperuntukan bagi PKL,mengingat bagian depan bangunanpasar akan direnovasi.Pada Sabtu, 09 Oktober 2004penertiban tidak terbukti. Padakesempatan itu juga Ketua RukunMinang, Mayor Nasrul dan Ketuasementara DPRD H. Dahrin, sertabeberapa petugas dari kodim,melakukan dialog dengan PejabatPD Pasar dan meminta merekamenunda relokasi sampai lebaranselesai.Begitu pula, pada Minggu, 10Oktober 2004 penertiban PKL belumjuga terjadi. Sekitar pukul 09.00 wib.pertemuan lanjutan digelar di kantorPasar Pagi antara perwakilan PDPasar, H. Dahrin, Ketua sementaraDPRD, Ibu Yani, Mandor Pasar Pagi,Mayor Nasrul, Ketua rukun minang,Bagindo Almarwi, wakil ketuaMinang, H. Agus, ketua IPP PasarPagi, serta Jul Saeful dan YunusTahar sebagai Kordinator PKL dansejumlah PKL.Dari pertemuan itu, disepakatibeberapa hal yakni :1. PKL tetap berjualan di tempatsemula sampai lebaran H+7.2. Pedagang kaki lima yangberjualan di joglo untuksementara dipindah karenadikhawatirkan mengganggu arusmatrial bangunan.3. Selama masa renovasi PKLdipindahkan ke selatan pasar pagidan diadakan evaluasi danperjanjian untuk mengetahuiapakah tempat tersebut layak danstrategis bagi PKL.Namun ketiga draff perjanjiantersebut belum tertuang dalamperjanjian bersama sehingga belumada kejelasan nasib PKL pascapertemuan. Dan sampai hari Senin,11 Oktober 2004 pun, tindakanpenertiban terhadap PKL tidak jugadilakukan. Sampai akhirnya sekitarpukul 17.00 wib., 10 unit tenda yangdidirikan oleh PD Pasar di bongkarlagi. Nasib PKL pun sampai kini,belum jelas.* *obeng/add.10
Memposisikan PKL di Kota <strong>Cirebon</strong>;BERKACA PADA KOMUNITAS PKLJALAN SUKALILAOleh : Obeng Nur Rosyid*ertumbuhan PKL (PedagangKaki Lima) di kota <strong>Cirebon</strong>saat ini berkembang pesat. PSituasi perekonomiam yangberangsur pulih dan mulaiterbukanya kesempatan kerjaseharusnya membuat lajupertumbuhan sektor informal inisemakin berkurang, namunkenyataannya malah semakinbertambah. Ditengarai akarmasalahnya adalah kurangnya minatmasyarakat untuk bekerja di desa,meningkatnya intensitas keramaiandan sektor ini menjadi alternatif bagikelas menengah ke bawah untukmencari barang kebutuhan denganharga relatif lebih murah. Selain itusektor pedagang kaki lima relatiflebih mudahdimasuki olehpelaku ekonomilemah yangn o t a b e n emenempati posisimayoritas dari sisijumlah. Seiringd e n g a nmeningkatnyajumlah pedagangkaki lima,pemerintahdihadapkan padas e j u m l a hdampak, yaitupersoalanketertiban,kebersihan,keindahan,pencemaran dankemacetanlalulintas.Keadaan ini pada satu sisi dianggapsebagai sesuatu yang sangatmengganggu, namun di sisi lainkegiatan perdagangan PKLmemberikan kontribusi yang sangatbesar dalam aktivitas ekonomi dankesejahteraan masyarakat terutamagolongan ekonomi lemah.Sejalan dengan pemikiranKadir dan Biantoro, (2000; 1), sektorinformal (baca: PKL) kinidiperhitungkan sebagai salah satualternatif bagi upaya pemecahanmasalah ketenagakerjaan. Hal inidimungkinkan oleh karena dalamproses perjalanan danpertumbuhannya hingga saat ini,dianggap pada awalnya sebagai“pengganggu”, ternyata mampumenunjukan paling tidak duamanfaat, pertama, dalam berbagaiketerbatasannya serta dalam suatupersaingan ekonomi kapitalistik yangketat, PKL telah menunjukkankemampuannya untuk tetapbertahan, meskipun dalam tahapyang kurang atau belum layak.Kedua, sektor informal (PKL) telahmenciptakan lapangan kerja barubagi mereka yang tidak memilikikesempatan bekerja pada sektorformal.Secara teoritis istilah PedagangKaki Lima merupakan peninggalanzaman penjajahan Inggris (AnNal,1983: 30). Diambil dari ukuranlebar trotoar yang waktu itu dihitungdalam feet sama dengan kaki; kirakira31 centimeter lebih sedikit. Lebartrotoar waktu itu 5 kaki (1,5 meter).Pedagang yang berjualan ditrotoartersebut kemudian disebutpedagang kaki lima (PKL).Sedangkan menurut Akhirudin,1982pedagang kaki lima adalah orangyang dengan modal relatif sedikitberusaha di bidang produksi danberjualan barang-barang (jasa-jasa)untuk memenuhi kebutuhankelompok konsumen tertentu didalam masyarakat. Aktifitasnyadilaksanakan pada tempat-tempatyang sangat strategis dalam suasanalingkungan yang informal.Memang keberadaan PKLsangat dilematis, seperti yang terjadidikota <strong>Cirebon</strong>. Pada satu sisi harusdilindungi karena sebagai salah satupelaku ekonomi yang dapatmembantu menciptakan lapangankerja minimal bagi dirinya sendiri11