dan secara tidak langsung kepadaorang lain, mengurangi tindakkriminal, dan keberadaannya jugadibutuhkan oleh sebagianmasyarakat yang kemampuannyapas-pasan. Di sisi lainnya, PKL selalumenjadi obyek penggusuran karenadianggap mengganggu ketertibandan keindahan kota. Selain itu,p e r t u m b u h a n d a nperkembangannya tidak teratur,nampak liar, kumuh, melebar danada yang menggunakan fasilitasumum untuk berdagang (misalnyadi trotoar). Dari sini sering munculasumsi, bahwa pedagang kaki limaadalah sekumpulan pelaku usahayang harus ditertibkan, karenaselama ini acap kali melanggarberbagai peraturan daerah. Lalupernahkah kita berusaha untukmengerti bahwa pedagang kaki limaselayaknya diperlakukan samadengan pelaku ekonomi yang lain,baik akses informasi, permodalan,pembinaan maupun pengakuan?Mengingat berbagai peranstrategisnya tersebut, menjadi sangatmenarik-sekaligus penting, untukmenelusuri dan mengkaji kenyataanpedagang kaki lima. Sebuah surveydi lapangan bisa membantu banyakkalangan untuk mengetahui ragampotensi, peluang sekaligus persoalandan tantangan yang dihadapi parapedagang kaki lima. Terlebih sejauhini banyak kalangan yang menilaibahwa para pedagang kaki limasering kali menjadi salah satu sumberpersoalan di tingkat kota, terkaitdengan persoalan tata ruang dan tatawilayah maupun ketertiban umumyang sulit dipecahkan.Pada hari Rabu, 30 Juni 2004,Fahmina-<strong>institute</strong> <strong>Cirebon</strong> dibanturekan-rekan jaringan Fahmina<strong>institute</strong>dari komunitas PKL, becak,ibu rumah tangga, pengojeg, nelayandan pengamen, melakukan surveydan jajak pendapat untuk pedagangkaki lima di kawasan Sukalila.Survey ini dilakukan terkait denganrencana tim POKJA penataanpedagang kaki lima untukmelakukan penataan di kawasanSukalila. Jumlah angket yang disebaradalah 100 dengan sasaran depanPasar Pagi-lampu merah Asia-jalanSukalila. Kemudian data diolah danhanya 93 responden yang bisadianalisa lebih lanjut.Tujuan SurveyDi samping alasan di atas,survey dan jajak pendapat bertujuanuntuk mengetahui beberapa halterkait dengan: Pertama, pendapatpedagang kaki lima mengenaipersoalan penataan di kawasanSukalila. Kedua seberapa jauh paraPKL dilibatkan, baik dalamperencanaan maupun tahappembangunan. Ketiga, kondisisebenarnya PKL tentang keragamanjenis dagangan/jasa, jumlah,pendapatan dan kemampuan dalamhal interaksi sosial. Keempat, tingkatkepedulian pedagang kaki limaterhadap masalah lingkungansekitarnya, dan Kelima, menilaikebutuhan mendasar pedagang kakilima.Sedangkan alat analisis yangdigunakan pada survey ini adalah :1. Kondisi riil Pedagang Kaki Limadan keterlibatannya dalam halpenataan dengan subdimensi;a. Keikutsertaan PKL dalam halorganisasi, sumbangan danhubungan dengan pemerintah;b. Bentuk sosialisasi, kepentingandan pada sikap kepercayaannya;2. Modal sosial dengan subdimensia. Kepedulian sosial pedagangkaki lima terhadap lingkungansekitarnya;b. Menilai kebutuhan masadepan/keinginan dan harapanterhadap pemerintah kota.Kondisi Pedagang Kaki LimaSukalilaDari hasil survey di lapangan,ternyata sebagian pedagang sudahmerasa nyaman dengan kondisitempat berjualan (71,0%). Hal ini bisadimaklumi karena para pedagangsudah menempati kawasan tersebutlebih dari 5 tahun. Bahkan beberapapedagang mengaku sudah lebih dari10 tahun berada di kawasan Sukalila.sehingga para pedagang berharapkondisi ini tidak berubah. Sedangkan(25,8%) merasa tidak nyamandengan kondisi berjualan sekarangini. Hal ini terkait dengan harapansebagian pedagang yangmendukung wacana penataankawasan Sukalila karenamenganggap bahwa tempat yangsekarang tidak prospektif dandengan penataan mereka setidaknyapunya harapan baru. Sisanya tidakmenjawab (3,2%). Selain itupersoalan kepatuhanpunditanyakan, yaitu tentang retribusiyang dibayarkan, sebanyak 93,5%mengaku membayar retribusi dan5,4% mengatakan tidak membayarretribusi dengan alasan sepi danbelum mendapat uang. Lalu ada 3orang atau 1,1% memilih tidakmenjawab. Seperti kita ketahui,secara umum kontribusi pedagangkaki lima terhadap sumbangan kekas daerah sebenarnya cukup besar,pada tahun 2003 saja diperkirakansumbangan yang diberikan sekitarRp.198.180.000,-. Jumlah tersebutdidapat dari hasil investigasimengenai peta penyebaran PKL dikota <strong>Cirebon</strong>.Sedangkan mengenai jumlahPKL, pada tahun 2002 saja terdapatkurang lebih 2.085 yang tersebar ditiga rayon jalan, yaitu rayon jalan A,B dan C. Namun pada tahun 2003hasil penelitian penulis di 25 ruasjalan sebagai sample random,ternyata jumlah pedagang kaki limamengalami lonjakan cukup berarti,yaitu sekitar 3.338 dan tahun 2004 inidipastikan terjadi lonjakan kembali.Dari jumlah tersebut, hanyasedikit sekali yang mengaku masukdalam wadah paguyuban pedagangkaki lima. Kalaupun mereka masukdalam wilayah paguyuban ataukelompok-kelompok kepentingan,hanya sebagai anggota pasif. Sepertiyang terjadi dikawasan Sukalila,sebanyak 48,4% mengaku mengikutipaguyuban PKL. Namun tidak ada12
kegiatan terarah dan terencana baikjangka pendek maupun jangkamenengah tentang programpemberdayaan anggota. Sedangkan47,3% mengaku tidak pernah atautidak menjadi anggota paguyubanPKL dan sebanyak 4,3% memilihuntuk tidak menjawab. Persoalankurangnya pembinaan danpengawasan bahkan menjadi salahsatu variabel yang ditanyakan yaitu97,8% mengatakan tidak pernahmendapat pembinaan atau danausaha dari pemerintah. Ini bisa jadimenyebabkan PKL merasa bahwakegiatan mereka dilegalkan olehpemerintah sehingga jumlahnyaterus berkembang dan tidakterkendali. Lalu sebanyak 2,2%mengatakan mendapat pembinaandan pinjaman dana usaha daripemerintah.Mengingat banyaknyavariabel yang mempengaruhieksistensi pembinaan PKLdiperkotaan,maka adabeberapam o d e lpengawasandan pembinaan,diantaranya (1)arus urbanisasihendaknyadikendalikandengan jalanmenumbuhkanlapangankerja baru didesa misalnya menumbuhkanindustri rakyat dan kerajinan tangan.(2) pendidikan masyarakat desaperlu ditingkatkan (3) perlu dibentukorganisasi pedagang kaki lima. (4)perlu adanya bimbingan danpenyuluhan dari pemerintah yangmengarah kepada ketata laksanaanusaha. (5) diberikan vasilitas kreditpemerintah. (6) PKL yang sudah adaperlu diarahkan (7) semangatkewiraswastaan relatif tinggi dapatdipakai untuk tumbuhnya semangatberkoperasi misalnya koperasisimpan pinjam. (8) perlu adanyasuatu badan pemerintah yangkhusus menangani masalah PKL. (9)kepada pemerintah kota diharapkanagar menyediakan dan menertibkanTidakKONDISI RIIL PKL TERKAIT Ya % Tidak %Menjawab %Kenyamanan dengan keberadaankondisi tempat berjualanPembayaran retribusiKeangotaan dalam paguyuban /organisasi PKLMengandalkan penghasilan hanya dariberdagang sebagai PKLPerolahan pengawasan, pembinaan dandana usaha dari pemerintah kota66874586tempat-tempat yang akan menjadiendemik tumbuhnya PKL di wilayahyang belum ada PKL, sesuai dengantata kota.Di kawasan Sukalila parapedagang cenderung mengandalkanSIKAP PKL TERHADAPRELOKASI OLEH PEMKOT TERKAIT271.093.548.492.52.2Tahu/tidaknya perencanaanAda tidaknya sosialisasi dari PemkotSetuju/tidaknya rencana relokasi oleh pemkotPentingnya Keterlibatan PKLdalam Perencanan RelokasiEfek Positif Relokasi Terhadappeningkatan Pendapatan PKL24544491Ya161344642425.85.447.34.397.8penghasilan hanya dari berdagangsaja, yaitu sebanyak 92,5%, dan 4,3%mengatakan memiliki usaha lain ditempat tinggalnya atau bersebelahandengan usahanya yang sekarang.Lalu sebanyak 3,2% memilih tidakmenjawab.Terkait persoalan rencanapemerintah kota untuk menataPedagang Kaki Lima di kawasanSukalila, hasil survei menunjukkan82,8% mengaku tidak tahu dan hanya17,2% mengatakan mengetahuinya.Kalaupun mereka tahu, bukan daripemerintah melainkan dari mediaatau sesama pedagang. Hal inidisebabkan tidak adanya sosialisasiatau pemerintah belum mensosialisasikanrencana tersebut. Ini terkaitm a s i h314303.21.14.33.20.0banyaknyapersoalanyang belumdiselesai-kanbaik secarayuridismaupund e n g a ninstitusiterkait.Datas u r v e ymenunjukkan84,9%mengatakan bahwa PKL belummendapatkan sosialisasi tersebutdan 14,0% mengatakan sudahmendapatkan penjelasan, dan 11%memilih tidak menjawab. Terlepasdari persoalan tahu dan tidak tahu,Kondisi RiilTidak% Tidak %Menjawab %17.214.047.368.825.8777946246482.884.949.525,868.8013550.01.13.25.45.413