12.07.2015 Views

blakasuta 08.pdf - fahmina institute Cirebon

blakasuta 08.pdf - fahmina institute Cirebon

blakasuta 08.pdf - fahmina institute Cirebon

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

menjadi alternatif sisi kehidupanlain disamping kerasnyakehidupan jalanan yang biasadisusurinya. “Al Mizan sangattoleran terhadap kita, bahkanterbuka bagi tumbuhnyakreativitas kawan-kawanpengamen jalanan khususnya diWilayah Majalengka", tuturNdang. Terbukti, Al Mizanmempasilitasi kreativitas senikawan-kawan pengamen lewatkomunitas Seni Sholawat Ki-Buyyut tambahnya.Ruang keterbukaan dankeakraban itulah, yang diakuiNdang jarang ditemukan padaPesantren-pesantren lain. Namun,jelas Ndang bukan karena alasankedekatan emosional semata,sehingga musyawarahdilangsungkan di pondok tersebut.Lebih dari itu, sebetulnya Ndangingin mengikis habis anggapanbahwa dunia Pengamen sebagaisatu serpihan kehidupanterpinggirkan yang seolah-olahtertutup; milik pengamen saja.Sehingga komunitas-komunitasluar tidak bisa menyentuhnya,termasuk pesantren.Anggapan pesantren tidaklazim akrab dengan kehidupanpengamen, kecuali misalnya ketikapengamen didudukkan sebagaikaum dhuafa, menurut Ndangharus dirubah. Sebaliknya,pengamen dengan setumpukpersoalannya dinilai Ndangmerupakan realitas sosial yangperlu disikapi oleh pesantren.Tetapi, bukan karena mereka tidakberdaya atau lemah. Melainkan,lebih pada alasan bila digalisebetulnya pengamen bisaberperan lebih banyak lagi dalamkehidupan sosial-kemasyarakatan,satu wilayah yang menurut Ndangjuga menjadi bagian dari garapanPesantren .Menguatkan: “Solidaritas-Kebersamaan”Di tengah suasanamusyawarah yang terkesan santaidan akrab itu, sempat disinggungsoal batas wilayah mangkal. Diakuiseluruh peserta musyawarah, tidakjarang diantara mereka sendirisering terjadi bentrok hanyadisebabkan melewati bataswilayah masing-masing. Untukmengurangi perselisihan yangterjadi, maka mereka sepakatuntuk lebih menguatkansolidaritas diantara parapengamen. Terkait dengan itu,semua Pengamen sepakatmembawa hasil musyawarah kaliini kepada forum pengamen yanglebih besar dengan melibatkankawan-kawan pengamen dibeberapa wilayah lain dalamjumlah lebih banyak lagi. “Kitaperlu konsolidasi dengan kawankawanlain, sebab kali ini banyakyang tidak hadir”, kata Asep (24),salah seorang pengamen yangkerap operasi di terminalCikampek.Selain itu, dibahas pula peransosial-politik kemasyarakatanpengamen. Selama ini, pengamendianggap komunitasterpinggirkan. Dalam relasi sosial,mereka tidak memiliki peran sosialyang jelas. Stgimatisasi miringkerap dilabelkan kepada mereka,mulai dari sebagai sumber masalahsosial, pemicu keonaran sampaidianggap bagian darikesemerawutan kota.Melekatnya stigmatisasimiring terhadap pengamen,menurut Iwan S. (35), pengamenasal <strong>Cirebon</strong> tidak terlepas daritidak adanya pengakuan formalterhadap profesi pengamen selamaini. Sehingga, lanjut Iwan aturanhukum atau UU dibikin hanyamenguatkan justifikasi bahwamereka termasuk bagian darikesemerawutan yang perluditertibkan. “Kepentingankepentingankita, lebih banyaktidak terakomodir”, ungkapnya.Kondisi itu, dibenarkan Aris (21),pengamen asal terminalCirendang-Kuningan, serayamenyebutkan bahwa hal itumembuat pengamen kering darikemauan politik atau kemauanuntuk berperan lebih banyak padawilayah sosial-kemasyarakatan. Disisi lain, Aris melihat kebijakankebijakanatau peraturan punkebanyakan masih belummemihak kepada mereka.Untuk itu para pengamensepakat akan terus berkonsolidasisesama kawan-kawan merekalewat satu wadah perkumpulanorganisasi pengamen seluruh JawaBarat yang nantinya akan merekabentuk. Selain itu, mereka jugaakan berupaya melakukan kerjakerjareal diwilayah peran-peransosial-kemasyarakatan lewatwadah tersebut agar eksistensiPengamen lebih diakui. **** add.19

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!