03.12.2012 Views

Rencana Pengembangan Industri Kreatif Menuju ... - Indonesia Kreatif

Rencana Pengembangan Industri Kreatif Menuju ... - Indonesia Kreatif

Rencana Pengembangan Industri Kreatif Menuju ... - Indonesia Kreatif

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

SDM yang ahli atau mau menekuni bidang ini menjadi sedikit. Melakukan subkontrak<br />

terhadap teknologi luar negeri, akhirnya menjadi pilihan saat ini. Khususnya teknologi<br />

dalam memproses dan membuat master film ‘suara digital’.<br />

� Prediksi akan terjadi transisi ke era digital, mengganggu rencana pengembangan<br />

Era digintal, dimana copy right lebih terlindungi, ditengarai akan terjadi dalam waktu<br />

dekat. Isyu ini sangat vital bagi industri film. Investasi laboratorium dengan teknologi<br />

yang digunakan saat ini sangat besar, bahkan Return on Investment baru tercapai setelah<br />

20 tahun. Artinya, besar kemungkinan terjadi, dimana ROI belum tercapai, tetapi<br />

teknologi sudah berubah.<br />

� Teknologi rekaman suara tidak terlalu berkembang di <strong>Indonesia</strong>.<br />

Dubbing atas film impor telah pernah dikerjakan di dalam negeri pada tahun 1990-an,<br />

yaitu film Sleeping Beauty dari Amerika dan pada tahun 2000-an, film Doraemon dari<br />

Jepang. Namun dubbing jarang dilakukan atas film impor yang diedarkan di bioskop di<br />

<strong>Indonesia</strong>. Padahal dubbing film <strong>Indonesia</strong> ke dalam bahasa asing merupakan salah satu<br />

alternatif bersaing pasar internasional.<br />

� Minimnya riset film mempengaruhi kualitas tema dan pembangunan bioskop<br />

Apa yang dicari konsumen film belum pernah secara persis diketahui. Ini disebabkan<br />

riset komprehensif perilaku konsumen film belum pernah dilakukan. Indikator-indikator<br />

seperti keberhasilan Bioskop XXI yang mengusung kenyamanan dan suasana eksotik,<br />

atau bioskop di dalam mall lebih berhasil daripada bioskop yang berdiri sendiri, trend<br />

film bertema horor, bisa dijadikan titik awal riset konsumen film. Riset ini akan sangat<br />

berguna bagi industri film, khususnya di rantai nilai kreasi, distribusi dan di sisi pasar.<br />

D. PILAR SUMBER DAYA (RESOURCES)<br />

Sumber daya alam tidak menjadi isyu sentral dalam industri film, video dan fotografi.<br />

Karena sumber daya utama industri film adalah ide kreasi.<br />

E. PILAR INSTITUSI (INSTITUTION)<br />

Pilar institusi yang kuat adalah institusi yang mampu memperkaya kreativitas, mendukung<br />

efisiensi dan inovasi, memperluas pasar lebih baik.<br />

Beberapa kondisi positif yang bisa menjadi kekuatan dan peluang pilar institusi industri<br />

film, video dan fotografi antara lain:<br />

+ Peluang regulasi penggandaan film impor.<br />

Jumlah copy film impor yang diimpor ke <strong>Indonesia</strong> per tahun sekitar 3000 copy. Jika<br />

penggandaan film impor diregulasi, pelaksanaannya harus di dalam negeri, ini akan<br />

mengoptimalkan kapasitas industri penggandaan film dalam negeri yang belum optimal<br />

digunakan saat ini. Sekitar 30% kapasitas yang tersedia, yang dimiliki saat ini, akan dapat<br />

dimanfaatkan secara berkesinambungan.<br />

Beberapa kondisi negatif yang bisa menjadi kelemahan dan ancaman pilar institusi industri<br />

film, video dan fotografi antara lain:<br />

� Lokasi syuting masih sulit untuk diperoleh. Terutama masalah perijinan<br />

218

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!