You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Tuhan, Siapakah namaMu?<br />
Yesua haMasiah adalah “KEBENARAN” nama Yahweh yang<br />
sudah hilang!<br />
Hal itu disebabkan karena LAI telah menganggap bahwa<br />
Kitab Suci yang menggunakan nama Allah, sudah menjadi<br />
kesepakatan gereja-gereja di Indonesia, sehingga yang menjadi<br />
dasarnya sudah bukan kebenaran “Nama Yahweh” lagi, yang<br />
seharusnya diutamakan, selain nama Yeshua tentu saja. Hal itu<br />
sesuai dengan hasil korespondensi Lembaga Alkitab Indonesia<br />
dengan seorang anak Tuhan yang bernama Sonny Londa yang<br />
tinggal di Australia yang sudah menanyakan masalah<br />
terjemahan yang rancu tersebut beberapa waktu lalu dan<br />
sampai sekarang LAI justru menutup diri untuk kebenaran yang<br />
sebenarnya sudah diketahuinya, mengingat LAI sendiri pernah<br />
mencetak Kitab Suci yang ada nama Yahweh / Yehuwa.<br />
Bahkan LAI menghambat penyebaran firman Tuhan<br />
dengan meng-copyright Kitab Sucinya, padahal firman Tuhan<br />
mengajarkan agar firman Tuhan dapat disebarkan sebanyak<br />
dan sejauh mungkin agar semakin banyak orang mengenal<br />
kebenaran. Bukankah usaha penerjemahan merupakan<br />
pelayanan kepada Tuhan, bukan bisnis untuk menghasilkan<br />
keuntungan? Kecuali jika diterbitkannya Kitab Suci yang baru,<br />
entah dari komunitas manapun, tidak mempunyai dasar<br />
kebenaran, sehingga menyesatkan dan mengubah isi yang<br />
benar dan memalsukan pengajaran kebenaran, baru ditindak<br />
lanjuti secara hukum agar kebenaran firman Tuhan tidak<br />
menyesatkan orang banyak, atau untuk bisnis yang ujungujungnya<br />
memperkaya diri sendiri, namun penulis melihat<br />
bahwa Kitab Suci yang diterbitkan oleh Bet Yeshua Hamasiah<br />
dan Jaringan Gereja-gereja Pengagung Nama Yahweh tidak<br />
menyimpang dari kebenaran, bahkan meluruskan hal-hal yang<br />
salah yang sudah berlangsung ratusan tahun! Seharusnya LAI<br />
justru berterima kasih dan bersyukur dengan diterbitkannya<br />
Kitab Suci tersebut, dan mengambil sikap positif, bukan<br />
sebaliknya malah memusuhi dan menutup diri.<br />
Suara mayoritas tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur<br />
kebenaran, melainkan kebenaran itu sendiri. Moshe ketika<br />
mengutus dua belas pengintai memasuki tanah Kanaan,<br />
sepuluh orang mengungkapkan hal yang sama di mana mereka<br />
mengatakan “Orang-orang Kanaan, kuat-kuat dan kota-kotanya<br />
112