04.09.2015 Views

BAB III - Departemen Kesehatan Republik Indonesia

BAB III - Departemen Kesehatan Republik Indonesia

BAB III - Departemen Kesehatan Republik Indonesia

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PEMBAHASAN<br />

1. Karakteristik responden<br />

Dari hasil penelitian nampak bahwa sebagian besar (70%) responden dalam kategori usia<br />

produktif yaitu berusia 21 – 35 tahun, sehingga dalam penelitian ini didominasi kelompok usia muda. Bila<br />

dilihat dari kejadian anemia, maka responden yang mengalami anemia didominasi oleh responden pada<br />

kelompok umur 31-35 tahun yaitu mencapai 43,2%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua,<br />

kemungkinan untuk mengalami anemia lebih besar dibandingkan dengan responden yang berusia lebih<br />

muda. Hal ini selaras dengan bertambahnya usia, seseorang maka akan mengalami penurunan kemampuan<br />

yang dapat mempengaruhi kapasitas kerjanya (Depkes RI, 1995).<br />

Untuk tingkat pendidikan, sebagian besar (79%) responden berpendidikan menengah (SLTP dan<br />

SLTA). Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan rendah (Sekolah<br />

Dasar) mempunyai kecenderungan untuk mengalami anemia dibandingkan pekerja yang berpendidikan<br />

lebih tinggi yaitu menengah dan tinggi.<br />

Pendidikan bukan merupakan faktor yang dominan terhadap kejadian anemia pada pekerja wanita, karena<br />

meskipun mempunyai pendidikan yang tinggi akan tetapi bila perilaku yang mendukung terhadap<br />

pencegahan anemia masih rendah, misalnya tidak biasa mengkonsumsi sayuran hijau, tidak minum tablet<br />

tambah darah secara rutin selama haid, maka akan tetap mengalami anemia, sebaliknya bagi pekerja<br />

wanita yang mempunyai pendidikan rendah namun konsumsi makanan sumber zat besinya tinggi, maka<br />

akan terhindar dari anemia. Pendidikan juga akan menentukan tingkat pengetahuan seseorang, paling<br />

tidak kemampuan berpikir seseorang dengan pendidikan tinggi akan lebih luas. Pengetahuan atau kognitif<br />

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 1993).<br />

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh<br />

pengetahuan. Sehingga bisa dikatakan bahwa sebagai penyebab anemia, disamping pendidikan masih ada<br />

faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat pengetahuan, perilaku, sosial budaya, pendapatan, pola<br />

asuh dan lain-lain.<br />

Untuk status pernikahan, responden yang sudah menikah mencapai 71%. Pekerja yang sudah<br />

menikah mempunyai kecenderungan untuk mengalami anemia lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja<br />

yang belum menikah. Bagi pekerja wanita yang sudah menikah, maka secara tidak langsung mempunyai<br />

fungsi dan peran ganda. Disamping berfungsi untuk pencari nafkah bagi keluarganya, juga berperan<br />

sebagai seorang ibu rumah tangga yang secara kodrati akan mengalami kehamilan, melahirkan dan<br />

memberikan ASI bagi bayinya. Sehingga keadaan ini perlu diperhatikan agar perannya sebagai wanita<br />

sekaligus pencari nafkah dapat berjalan dengan baik. Keadaan inilah sebagai salah satu pemicu timbulnya<br />

anemia bagi wanita yang bekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga. Oleh karena itu perlu diperhatikan<br />

asupan zat besi baik dari makanan maupun tambahan zat besi.<br />

Kejadian anemia pada wanita pekerja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain perilaku untuk<br />

mengkonsumsi sayuran hijau dan minum tablet tambah darah selama masa haid. Pekerja wanita terutama<br />

pada usia produktif, diperlukan tambahan zat besi yang lebih besar dibandingkan dengan usia yang belum<br />

9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!