4emagz-fix
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Cakrawala<br />
eMagz Edisi September 2015<br />
Membuat<br />
Pegawai Happy<br />
Dengan “EVP”<br />
“Employee Volunteer Program” atau disingkat<br />
EVP, dalam bahasa Indonesia umum bisa diartikan<br />
sebagai program kerja sukarela para pekerja. Lalu<br />
EVP mana yang akan dibahas dalam acara yang<br />
di adakan di Graha CorpU, Kamis (17/09/2015).<br />
“EVP saat ini masih cikal bakal, baru digagas kurang<br />
lebih 10 tahun yang lalu di Amerika” tegas Bagus Setiawan,<br />
Kadiv HCMS, pembicara utama dalam acara tersebut.<br />
Menurutnya program ini digagas pertama kali oleh para<br />
penggemar buku yang terinspirasi salah satu judul buku,<br />
“God as a stake holder”. Inti cerita dari buku ini adalah<br />
tentang seorang pekerja yang motivasinya dalam hirarki<br />
Maslow “Saya bekerja untuk mengabdi pada tuhan”.<br />
Artinya, pegawai dalam fase ini memiliki semangat kerja<br />
yang sangat tinggi, semangat yang jarang dimiliki oleh<br />
sembarang orang, bahkan seorang presiden sekalipun.<br />
Untuk lebih mudah memperkenalkan barang baru<br />
bernama EVP, Bagus mencoba memakai beberapa<br />
ilustrasi yang bisa lebih cepat dimengerti. Pertama ia<br />
ceritakan dalam sebuah acara diputarnya sebuah film<br />
tentang anak pegawai pabrik limun terbesar didunia<br />
yang ditanya dimana tempat ayahnya bekerja? Anak<br />
itu menjawab bahwa bapaknya kerja di tempat berbagi<br />
kebahagiaan. “Maaf pak film itu tidak relevan dengan<br />
acara ini, ucap peserta spontan,” ungkap Bagus.<br />
Dua minggu kemudian di acara yang berbeda, Bagus<br />
masih mencoba mengunakan ilustrasi yang sama. Kembali<br />
ia mendapat pernyataan bahwa film itu tidak relevan<br />
dengan acara. Bahkan menurutnya ada peserta yang<br />
mengibaratkan PLN ini seperti perempuan tak berdaya, kaki<br />
dan tanganya terikat, kemudian diperdaya ramai-ramai.<br />
Menurut mereka karena limun itu dijual berdasar harga<br />
pasar, sementara harga listrik sudah ditentukan regulasinya.<br />
“Kalau begitu slogan listrik untuk kehidupan yang<br />
lebih baik tidak akan pernah keluar dari mulut GM<br />
sekali pun, jika format pikirannya masih seperti itu,<br />
karena setiap ucapannya akan berpengaruh pada ribuan<br />
pegawai yang ada dibawahnya. Jika seperti ini secara<br />
budaya kita sudah tenggelam,” jelas Bagus, geram.<br />
Masih sedikit geram, Bagus merubah ilustrasinya, kali<br />
ini ia bertanya “Apakah bapak dan ibu ada yang kenal film<br />
SpongeBob?” Spontan tensi menurun, namun sebagian<br />
peserta tetap masih belum mengerti kaitanya dengan EVP.<br />
“Dalam film kartun ini beberapa tokohnya mewakili karakter<br />
sebagai berikut, Mr. Krabs sebagai kapitalis, Spongebobs si<br />
pekerja yang selalu riang, Patrick Star si pekerja galau, dan<br />
Squidward si penggeluh serta penggerutu,” papar Bagus.<br />
Lanjutnya, “PLN akan maju jika pengeluhnya sedikit,<br />
sementara PLN kita hari ini justru itu yang lebih banyak”.<br />
8