05.04.2013 Views

Peternakan - BPTP NTB - Departemen Pertanian

Peternakan - BPTP NTB - Departemen Pertanian

Peternakan - BPTP NTB - Departemen Pertanian

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

sembarang tempat seperti di atas pohon, atau hanya sekedar diikat di taruh dibawah pohon atau tempat<br />

lainnya.<br />

Penyakit Ternak Sapi yang Umum di Desa Sanggalangit<br />

Sesuai dengan ciri-ciri atau gejala klinis penyakit yang diungkapkan oleh peternak, kami menduga<br />

penyakit yang sering berjangkit di daerah ini antara lain : BEF (Bovine Ephemeral Fever), Diare berdarah<br />

pada pedet dan Bali Ziekta.<br />

Timbulnya suatu penyakit dipengaruhi oleh banyak faktor. Permasalahan penyakit merupakan<br />

permasalahan yang sangat kompleks. Dari sekian faktor penyebab munculnya suatu penyakit, secara umum<br />

ada tiga faktor yang saling kait mengkait yaitu : faktor agen penyakit, hospes (ternak itu sendiri) dan<br />

lingkungan (Dharma dan Putra, 1997).<br />

BEF (Bovine Ephemeral Fever) atau penyakit demam tiga hari (Three Day Sicknes) (Kahrs,<br />

1981). BEF merupakan penyakit dengan masa inkubasi dan lama sakit yang singkat yang disebabkan oleh<br />

vurus RNA (Ribo Nucleic Acid), termasuk dalam famili Rhabdoviridae (Walker dan Cybinski, 1989 dalam<br />

Darminto, dkk 2003). Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 7-10 hari, dengan gejala klinis pada<br />

penderita BEF adalah demam tinggi yang mencapai 41 0 C selama 3 hari, depresi, lesu, nafsu makan<br />

menurun, saat demam terjadi konstipasi kemudian berlanjut dengan diare, persendian kaki membengkak<br />

disertai dengan kekakuan otot anggota gerak sehingga penderita menjadi pincang, kemudian jatuh /<br />

berbaring. Ternak biasanya sembuh dalam waktu 5-7 hari sejak munculnya gejala klinis. (Dharma dan Putra,<br />

1997). Tingkat morbiditas penyakit ini dapat mencapai 40 % namun tingkat mortalitasnya (angka<br />

kematiannya) rendah. Ternak yang terinfeksi BEF secara alami maupun buatan memiliki kekebalan sehingga<br />

tahan terhadap infeksi BEF untuk jangka waktu lama (Uren, 1989).<br />

Penyakit ini ditularkan melalui vektor lalat Culicoides spp dan nyamuk Culex spp. Kejadian<br />

penyakit ini seirama dengan meningkatnya jumlah / populasi vektor (Dharma dan Putra, 1997). Untuk<br />

menekan kasus ini, spraying terhadap ternak yang digemukkan sebaiknya dilakukan secara kontinyu dan<br />

sanitasi kandang dilakukan secara rutin.<br />

Penyakit Bali Ziekta (BZ). Penyakit ini diduga disebabkan oleh termakannya tanaman / hijauan<br />

yang mengandung Lantadine yang umumnya terkandung pada tanaman Lantana Camara atau di Bali sering<br />

disebut tanaman ”Krasi”. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Bali. Sapi yang terserang biasanya<br />

mengalami perlukaan (erosi) di beberapa bagian tubuh, yang umumnya bersifat simetris, namun pada<br />

umumnya tidak menyebabkan kematian, bahkan terkadang dapt sembuh dengan sendirinya (Abidin, 2002).<br />

Oleh karena itu pelatihan tentang tanaman-tanaman yang tidak baik diberikan untuk ternak perlu dilakukan<br />

kepada peternak melalui sekolah lapang.<br />

Diare berdarah pada pedet dilaporkan terjadi pada bulan Nopember, dan kasus terbanyak<br />

dilaporkan terjadi pada bulan Desember sampai Maret, yaitu pada saat musim hujan. Berdasarkan umur sapi<br />

yang terserang dan gejala berak darah ini, diduga penyakit ini merupakan penyakit koksidiosis. Koksidiosis<br />

ini disebabkan oleh protozoa dari Eimeria sp yang ditandai dengan adanya berak darah (Dharma dan Putra,<br />

1997). Koksidiosis pada sapi biasanya disebabkan oleh E. Bovis, E. Zurnii, E. Ellipsoidalis dan E.<br />

Auburnensis. Dengan adanya hujan perkembangan kuman ini menjadi sangat cepat. Permasalahan penyakit<br />

ini menjadi lebih kompleks karena kandang becek, pakan basah, tingkat kekebalan ternak belum optimal<br />

karena masih sangat muda, sehingga pedet yang terserang sering mengalami kematian. Gejala yang nampak<br />

pada ternak yang terserang bervariasi, tergantung pada umur sapi yang terserang. Pada infeksi ringan<br />

ditandai dengan adanya diare ringan yang berlangsung 5-7 hari. Pada infeksi berat, kotorannya terlihat<br />

bercampur dengan darah dan lendir. Penderita nampak depresi, nafsu makannya menurun sampai hilang,<br />

berat badan turun, dehidrasi, daerah sekitar anus menjadi kotor oleh adanya tinja. Kematian mungkin terjadi<br />

selama periode akut atau karena infeksi sekunder (pneumonia) (Dharma dan Putra, 1997). Penularan penyakit<br />

ini terjadi karena tercemarnya pakan atau minuman oleh ookiste. Hewan dewasa biasanya bertindak sebagai<br />

karier. Ternak / sapi muda yang berumur di bawah enam bulan sangat peka terhadap penyakit ini. Penyakit<br />

ini sebaiknya di obati dengan preparat sulfa, antara lain : Furazolidone, pyrimethamin dan sulfonamid.<br />

Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga sanitasi kandang dan lingkungan sekitar, penserita<br />

sebaiknya diisolasi dan diobati, menghindari pengandangan/pengembalaan antara ternak muda dan dewasa<br />

secara bersama-sama.<br />

Memperhatikan pola penyakit serta kondisi kandang di lokasi ini, perbaikan perkandangan menjadi<br />

kandang sehat yang berlantai keras lengkap dengan tempat pakan merupakan suatu keharusan.<br />

176

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!