Peternakan - BPTP NTB - Departemen Pertanian
Peternakan - BPTP NTB - Departemen Pertanian
Peternakan - BPTP NTB - Departemen Pertanian
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Bahan<br />
BAHAN DAN METODA<br />
Dalam penelitian ini digunakan empat belas ekor kambing lokal yang berumur antara 3 – 24 bulan<br />
yang menderita scabies secara alami dari tingkat ringan sampai sedang. Kambing-kambing tersebut secara<br />
klinik terindikasi mengidap scabies berupa gatal dan kemerahan pada kulit, kulit bersisik dan berlipat-lipat.<br />
Kambing-kambing tersebut adalah milik petani di Dusun Pejai, Desa Sukaraja, Lombok Timur. Selama<br />
penelitian pemilik dilibatkan untuk pemberian obat perlakuan setiap hari serta untuk pemberian pakan.<br />
Metoda<br />
Kambing-kambing diletakkan di kandang panggung. Sebelum penelitian ini, kandang ternak tidak<br />
diberikan panggung oleh petani. Ternak makan dan tidur di lantai tanah yang sering kali lembab dan basah<br />
oleh kotoran terutama bila turun hujan. Kambing yang terkena penyakit selain scabies selama percobaan<br />
diobati sesuai dengan penyakitnya. Pakan yang diberikan adalah pakan lokal berupa rumput lapangan dan<br />
hijauan yang tersedia di lapangan antara lain daun turi dan daun banten. Pada menjelang siang hari kambingkambing<br />
digembalakan di padangan rumput atau hutan lamtoro yang ada di sekitar desa. Kambing baru<br />
kembali ke kandang pada sore hari.<br />
Infestasi tungau Sarcoptes ditentukan dengan gejala klinik yang patognomonik untuk penyakit<br />
scabies ini. Derajat keparahan penyakit ditentukan berdasarkan luas daerah infestasi (ringan bila ≤ 1/3 bagian<br />
tubuh terinfeksi, sedang bila ≤ 2/3 bagian tubuh terinfeksi dan berat bila > 2/3 bagian tubuh terinfeksi).<br />
Kambing-kambing terinfeksi scabies dibagi dalam 4 kelompok perlakuan yaitu: kelompok yang diobati<br />
dengan vaselin belerang 3% (perlakuan 1), oli belerang 3% (perlakuan 2), bawang merah + cuka + oli<br />
(perlakuan 3) dan Ivermectin dengan dosis sesuai anjuran (Bernomex, Bernofarm, Indonesia) (perlakuan IV<br />
sebagai pembanding). Keberhasilan pengobatan dinilai dari perubahan klinis kulit yang terinfestasi serta<br />
penemuan tungau pada kerokan kulit.<br />
Pengamatan hasil pengobatan dilakuan setiap 2 minggu selama 4 bulan. Adapun pencatatan<br />
kesehatan mingguan dilakukan oleh asisten peneliti yang merupakan petani terlatih di desa setempat.<br />
HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
Dari empat kelompok perlakuan, tampak bahwa kambing yang diobati menggunakan obat standar<br />
dan obat-obatan alternatif sama-sama menunjukkan hasil kesembuhan yang positif walaupun kesembuhan<br />
dengan obat alternatif lebih lambat. Hal ini terlihat dari 14 kambing percobaan, hanya 2 kambing yang masih<br />
menunjukkan gejala klinis scabies pada pengamatan terahir (no 8 dan 9) dan 1 ekor kambing sedang menuju<br />
kesembuhan. Lambatnya kesembuhan kambing no. 8 dan 9 kemungkinan disebabkan oleh faktor pemilik<br />
yang kurang telaten memberikan obat setiap hari. Hal ini terlihat pada tabel 1 dan 3 dimana semua kambing<br />
lain dengan perlakuan yang sama mengalami kesembuhan kecuali no 8 dan 9 dengan pemilik yang sama.<br />
Kelompok yang diobati menggunakan Ivermectin injeksi paling cepat menunjukkan gejala ke arah<br />
kesembuhan yaitu dua minggu sejak injeksi pertama. Pada minggu kedua lesi scabies mulai kering dan dua<br />
bulan kemudian bekas lesi sudah tertutup bulu kembali.<br />
Diantara tiga kelompok perlakuan menggunakan bahan alternatif, kelompok III (oli – cuka 3% -<br />
bawang merah) secara umum memberikan respon kesembuhan paling cepat (tanda menuju kesembuhan<br />
mulai tampak rata-rata tiga minggu sejak pengobatan). Disusul dengan kelompok perlakuan I dan II<br />
(masing-masing vaselin – belerang 3% dan oli – belerang 3%) yang menunjukkan kesembuhan pada minggu<br />
ke enam. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel-tabel berikut<br />
151