INFO KAMPUS Rheza Harliman: Belajar “Menghargai” di Jepang “Magang itu bukan ajang untuk nyari duit, tapi ajang untuk belajar,” tegas Rheza Harliman, mahasiswa IT 2009 UMN yang berhasil magang di Tokyo Denki University, Jepang selama 3,5 bulan itu. Tak hanya itu, lelaki kelahiran Jakarta, 11 Maret 1991 ini juga berprestasi beberapa lomba karya ilmiah, salah satunya 16 besar. 04 • KKN VS MAGANG • MMXIII 22
ebelumnya, sulung dari 5 bersaudara ini ingin belajar di Kedokteran UI. Sayangnya, cita-cita itu tidak tercapai. Rheza pun banting setir. Berbekal kesenangannya memantau info terbaru soal teknologi, ia memutuskan untuk belajar di Fakultas Teknik Informatika. Walau ia sempat mengalami kesulitan dimasa awal kuliahnya, ia tetap enjoy saat belajar. “Jujur ya saat pendidikan selama SMP atau SMA saya sama sekali nggak dapat programming, Maka saya coba adaptasi sama sesuatu yang belum pernah saya coba sebelumnya,” tutur Rheza saat ditemui di perpustakaan kampus UMN. Lalu bagaimana ia bisa sampai ke Negeri Sakura? “Waktu itu kebanyakan senior juga pernah ke sana. Saya daftar ke Profesor Mulyawati, dia yang menjadi perantara. Kebetulan lolos. Magangnya itu bersifat student exchange, jadi di sana saya kuliah juga. Selain kuliah saya juga ada project yang harapannya bisa berguna untuk kampus,” cerita alumni SMA Notre Dame itu. Untuk project-nya sendiri, Rheza bersama timnya membuat prototype sebuah aplikasi chatting room bernama Avacha yang dilengkapi dengan avatar bergerak serta emoticons. “Sama menyediakan lima bahasa buat frasafrasa tertentu, kayak ‘halo’, ‘apa kabar, ‘selamat siang’, dan sebagainya. Lima bahasanya itu Inggris, Indonesia, Jepang, Finlandia, sama Nepal,” terangnya. Menyelesaikan magang di Negeri Matahari Terbit tentunya menorehkan banyak pengalaman baru bagi Rheza. Awalmya ia memang sempat mengalami kesulitan dalam beberapa hal, antara lain bahasa dan gaya hidup. Namun pengalaman teruniknya adalah mendapat teman baru yang aneh-aneh dari berbagai macam belahan dunia. Ketika ditanya kesan setelah magang di Jepang, Rheza menjawab, “Seneng sih, enak kok di sana. Yang agak merepotkan saat kembali ke sini, karena harus ikut UAS sama UTS-nya juga, nggak pake belajar jadi ya harus bisa nyusul, lah gimana caranya,” ujar penggemar sepak bola ini. Tak hanya itu. Bagi Rheza, proses magangnya di Jepang itu menyisakan banyak pelajaran. “Bagaimana menghargai waktu, terus menghargai yang lebih tua, dituntut buat jujur dan lebih sopan lagi dalam bersikap sama bertutur kata. Oh iya, menghargai listrik! Hahaha,” tutur anggota BEM UMN periode 2012-2013 tersebut. Mahasiswa yang sedang merampungkan skripsi ini berencana untuk melanjutkan pendidikan begitu lulus dari UMN. “Saya rencananya mau lanjut sekolah. Tempatnya masih belum tahu. Semoga sih bisa dapat di luar negeri. Ya jalanin dulu profesional berapa lama, baru jadi dosen,” angannya. Mengenai tema Ultimagz kali ini yaitu magang versus KKN, Rheza berpendapat bahwa KKN lebih bersifat sosial dibanding magang. “KKN itu kan pengabdian pada masyarakat. Positifnya kita berusaha memajukan masyarakat dalam berbagai aspek. Nah, KKN ini bagus banget kalau kita mau dibuat membumi lagi, yang katanya ada gejala primordialisme kampus yang membuat mahasiswa terpisah dari masyarakat. Sedangkan kalau magang jelas untuk mempersiapkan diri kita untuk jadi seorang profesional dibidangnya. Kalau mau egois ya pilih magang. Maksudnya, egois itu buat urut perut sendiri,” tutur Rheza. Rheza pun berpesan kepada para mahasiswa UMN, agar tidak mengharapkan imbalan saat magang, alih-alih memikirkan tantangan yang akan dihadapi di dunia kerja. “Coba sih gimana belajar nerima tekanannya (dunia kerja, -Red.), otomatis tekanan antara perusahaan sama universitas berbeda. Tekanan universitas tuh nilai, sedangkan tekanan perusahaan tuh produktivitas. Coba jangan berpikiran materialistis pas magang itu, karena udah bagus kalian dikasih tempat sama mereka,” tutup Rheza. 04 • KKN VS MAGANG • MMXIII Penulis: Arnoldus Kristianus Editor: Inasshabihah 23