ultimagz-april

Saat melihat sketsa coretan gambarmu, aku lebih merindukanmu. Membayangkanmu
sedang menggambar dengan begitu serius sambil sesekali melirikku penuh pengertian
untuk tetap menemanimu menggambar. Kemudian, hal yang berikutnya kulakukan
adalah membuka buku jurnalku dan menguntai kata demi kata membentuk cerita.
Saat melihat dua lembar tiket pertunjukan pelukis pasir tertengger rapi di meja
belajarku... dan sampai sekarang tak pernah kita kunjungi. Padahal, kamu begitu antusias
mengajakku. Dan ketika kamu menyodorkan tiket itu padaku, matamu berpendar sangat
mengkilap.
Kamu lihat kan? Segala hal tentang dirimu merasuk begitu lekat dalam sanubariku.
Segala kebiasaan serta tingkah laku tertanam khusus dalam bagian memori dalam otakku.
Ditambah rasa rindu pada kehadiranmu yang membelit begitu kuat saat melihat
semua barang kenangan itu.
***
“Nama kamu Mentari kan? Kebayang nggak kalau sinar mentari itu meredup,
tumbuhan menderita banget karena kekurangan bahan dalam proses fotosintesis? So, give me
your shining smile, Sunshine!” protes Sam ketika mendapatiku tertunduk sedih beberapa menit.
Hal itu yang kerap kamu lontarkan ketika kamu mendapatiku kelewat lama menunduk
dalam-dalam dengan ekpresi sendu. Hebat ya, kamu dengan mudah mendeteksi kalau
aku sedang bersedih. Orang lain yang melihatku akan mengira kalau aku sedang mengantuk.
Seperti yang baru saja dilakukan Ibu Nana yang menuduhku mengantuk di tengah
penjelasannya soal dereta rumus kimia yang rumit itu. Dia datang ke mejaku, kemudian
menegurku.
Biasanya sebelum Ibu Nana menghampiri mejaku, kamu lebih dulu menegurku
dengan kata-kata khasmu. Sambil tersenyum begitu sumringah. Tidak seperti Ibu Nana dengan
suaranya yang menhentak kasar.
Aku sungguh berharap, rasa rinduku ini bisa menyelamatkanku.
04 • KKN VS MAGANG • MMXIII
48