13.04.2014 Views

Ujicoba Penanaman Jenis Ramin (Gonystylus bancanus (Miq ... - ITTO

Ujicoba Penanaman Jenis Ramin (Gonystylus bancanus (Miq ... - ITTO

Ujicoba Penanaman Jenis Ramin (Gonystylus bancanus (Miq ... - ITTO

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

I. PENDAHULUAN<br />

c-<br />

I<br />

r-<br />

!<br />

r­<br />

I<br />

1.1. Latar Belakang<br />

Hutan Rawa Gambut (HRG)<br />

mengalami penurunan yang drastis sejak<br />

dikeluarkannya izin kegiatan pemungutan<br />

hasil hutan pad a tahun 1970-an.<br />

Berdasarkan catatan data tahun 1983,<br />

terdapat sekitar 20 juta hektar hutan<br />

gambut di Indonesia dan 12,5 juta hektar<br />

didalamnya merupakan HRG yang<br />

tersebar di Sumatera (41,1 %),<br />

Kalimantan (22,8 %), Papua (23 %),<br />

Sulawesi (1,6 %) dan Maluku (0,5 %)<br />

(Pustaka). Sampai dengan tahun 2002<br />

atau dalam kurun waktu 30 tahun luas<br />

HRG tersebut mengalami penurunan<br />

sebanyak 53,6% dari sebelumnya<br />

menjadi 6,7 juta hektar. Data ini didukung<br />

dengan rata-rata laju deforestasi hutan<br />

Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan<br />

Planologi Departemen Kehutanan tahun<br />

2007 yaitu mencapai kurang lebih<br />

1.089.560 hektar per tahun (Buku Statistik<br />

Kehutanan, 2008).<br />

Kerusakan HRG pada dasarnya<br />

disebabkan oleh banyak fa kto r baik<br />

kondisi ekonomi maupun perkembangan<br />

sosial politik Indonesia yang terjadi saat<br />

·ini. Beberapa aktivitas yang<br />

menyebabkan menurunnya potensi HRG<br />

antara lain: penebangan liar yang tidak<br />

terkendali, kebakaran hutan, pengalihan<br />

fungsi antara lain menjadi hutan tanaman<br />

industri, dan pengalihan fungsi menjadi<br />

areal produksi pertanian dan perkebunan.<br />

Holmes (2002) dalam Tacconi<br />

et.al (2004) menyebutkan beberapa<br />

penyebab langsung yang berkontribusi<br />

pada hilangnya hutan di Sumatera,<br />

Kalimantan, dan Sulawesi selama masa<br />

1985-1997, yang totalnya mencapai 17,4<br />

juta hektar (dari total hilangnya luasan<br />

hutan sebesar 20 juta hektar) yaitu:<br />

pembangunan Hutan Tanaman Industri<br />

(HTI) sebesar 1,9 juta hektar (11 %), alih<br />

fungsi menjadi lahan perkebunan sebesar<br />

2,4 juta hektar (14 %), musibah<br />

kebakaran hutan sebesar 1,74 juta hektar<br />

-<br />

(10 %), aktivitas investor kecil sebesar 2,4<br />

juta hektar (10 %), dan kegiatan petani<br />

pelopor sebesar 1,22 juta hektar (7 %).<br />

Selama 10 tahun terakhir,<br />

konversi lahan gambut menjadi areal<br />

perkebunan kelapa sawit, HTI untuk<br />

bubur kayu, dan lahan pertanian serta<br />

aktifitas penebangan kayu hutan alam<br />

yang tidak memperhatikan azas<br />

kelestarian diperkirakan telah merusak<br />

sekitar 6 juta hektar lahan gambut dan·<br />

mampu melepaskan sekitar 2 milyar<br />

karbon. Oleh karena itu emisi karbon dari<br />

lahan gambut di Asia Tenggara<br />

merupakan salah satu penghasil emisi<br />

gas rumah kaca terbesar di dunia (sama<br />

dengan 10 % emisi bahan bakar fosil di<br />

seluruh dunia, untuk jangka waktu yang<br />

sama). (Rio Declaration on Peatland and<br />

Climate Change, 2006).<br />

Maraknya aktivitas penebangan,<br />

terutama di hutan rawa gambut tidak lain<br />

disebabkan oleh keberadaan kayu-kayu<br />

bernilai ekonomi tinggi yang banyak<br />

mendominasi tegakan hutan seperti:<br />

nyatoh (Palaquium cachJearia), ramin<br />

(<strong>Gonystylus</strong> <strong>bancanus</strong> <strong>Miq</strong>.), bintangur<br />

(Calophyllum kunstlen), gelam (Me/aJeuca<br />

sp.), dan meranti gambut (Shorea<br />

pauciflora King.). Dari sekian banyak<br />

jenis tersebut, ramin merupakan jenis<br />

kayu yang banyak diminati oleh pasar<br />

domestik dan luar negeri.<br />

<strong>Ramin</strong> merupakan salah satu jenis<br />

kayu unggulan Indonesia dan sumber<br />

bahan baku beberapa produk industri<br />

perkayuan yang memberikan kontribusi<br />

nyata bagi pemasukan kas negara. Kayu<br />

ramin memiliki nilai ekonomi tinggi<br />

dengan volume ekspor kayu olahan ratarata<br />

mencapai 3.000 - 6.000 m3/tahun<br />

dan kuota produksi rata-rata mencapai<br />

11.627 - 14,082 m3/tahun (data ekspor<br />

deperin). Sampai saat ini kebutuhan<br />

produk industri berbahan kayu ramin<br />

masih tinggi. Sampai dengan bulan<br />

November tahun 2007 tercatat realisasi<br />

1

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!