Ujicoba Penanaman Jenis Ramin (Gonystylus bancanus (Miq ... - ITTO
Ujicoba Penanaman Jenis Ramin (Gonystylus bancanus (Miq ... - ITTO
Ujicoba Penanaman Jenis Ramin (Gonystylus bancanus (Miq ... - ITTO
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
~<br />
I<br />
I'<br />
I<br />
r<br />
r-<br />
I<br />
r-<br />
I<br />
,-<br />
r-<br />
I<br />
I'<br />
I<br />
r-<br />
I<br />
Pada sistem pengusahaan HRG<br />
dengan menggunakan sistem drainase<br />
atau pembuatan kanal-kanal, terjadi<br />
proses pengeringan permukaan lahan<br />
yang pada umumnya sangat rawan<br />
terhadap kebakaran, terutama pad a saat<br />
musim kemarau panjang. Kebakaran<br />
lahan gambut dalam skala luas dapat<br />
mengganggu keseimbangan ekosistem<br />
lahan gambut sekaligus berdampak<br />
negatif pada kelestarian ramin.<br />
3.2. Manfaat Kayu <strong>Ramin</strong><br />
<strong>Ramin</strong> merupakan jenis kayu yang<br />
hanya ada di Indonesia dan Malaysia<br />
serta merupakan jenis pohon hutan yang<br />
terancam eksistensinya di alam. Kayunya<br />
digunakan sebagai perabotan, kayu<br />
cetak, tongkat bilyar, tiang ranjang,<br />
pigura, tirai kayu dan barang-barang<br />
bernilai tinggi lainnya. Di pasar<br />
internasional harganya mencapai US$<br />
1,000 per meter kubik atau sekitar<br />
sepuluh juta rupiah. Fenomena ini<br />
membuat ramin menjadi salah satu jenis<br />
kayu yang dianggap paling berharga<br />
(Lasmini,· 2006).<br />
Estimasi volume tegakan ramin<br />
yang berasal dari Provinsi Kalimantan<br />
Tengah diperoJeh ± 23,11 juta m 3 ,· terdiri<br />
atas hutan rawa primer sekitar 8,90 juta<br />
m 3 dan hutan rawa sekunder sekitar 14,<br />
21 juta m 3 . Proses regenerasi alami<br />
ramin tergolong sangat lambat sehingga<br />
memerlukaan teknik pembinaan dan<br />
pemeJiharaan yang spesifik.<br />
3.3. Pengelolaan dan<br />
Pemanfaatan Kayu <strong>Ramin</strong><br />
PengeJoJaan dan pemanfaatan<br />
kayu ramin untuk kepentingan bisnis<br />
telah dilakukan sejak tahun 1970-an.<br />
Dari segi yuridis, ketentuan<br />
pemanfaatan kayu ramin pada masa itu<br />
tidak dapat dilepaskan dari ketentuan<br />
payung hukum yakni UU No. 5 tahun<br />
1967 tentang Kehutanan (yang<br />
kemudian diganti dan disempurnakan<br />
dengan UU No. 41 tahun 1999 tentang<br />
Kehutanan). Di dalam ketentuan UU<br />
No. 5 tahun 1967 tentang Kehutanan,<br />
pemerintah mendapat amanat untuk<br />
menyeimbangkan antara pemanfaatan<br />
dan pelestarian hutan secara umum.<br />
Untuk itu, pemerintah kemudian<br />
menerbitkan berbagai izin HPH dengan<br />
mengenakan kewajiban kepada<br />
pemegang izin HPH untuk melakukan<br />
upaya-upaya pelestarian hutan. lzin<br />
HPH dimaksudkan pula sebagai sarana<br />
pengendalian aktivitas pemanfaatan<br />
hutan dan produknya, termasuk kayu<br />
ramin. Selain itu, terbitnya UU No. 4<br />
tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup<br />
(yang kemudian dig anti dan<br />
disempurnakan dengan UU No. 23<br />
Tahun 1997 tentang Pengelolaan<br />
Lingkungan Hidup) semakin<br />
menegaskan pentingnya semua pihak<br />
untuk menjaga dan melestarikan<br />
lingkungan.<br />
Ketentuan khusus yang<br />
mengatur pengelolaan dan<br />
pemanfaatan ramin itu sendiri belum<br />
ada; bahkan saat mulai<br />
diberlakukannya HPH. Model<br />
. penebangan 'ramin mengacu pada<br />
ketentuan tentang silvikultur pad a<br />
umumnya yang diatur oleh SK Dirjen<br />
Kehutanan No. 35 tahun 1972 yakni<br />
tebang pilih Indonesia (TPI), tebang<br />
habis dengan permudaan alam (THPA)<br />
dan tebang habis dengan permudaan<br />
buatan (THPB). Ketentuan-ketentuan<br />
tersebut dianggap kurang memadai bila<br />
diterapkan untuk memanen ramin<br />
mengingat karakteristik khas ramin<br />
yang hidup di kawasan HRG. Pada<br />
tahun 2005, Menteri Kehutanan<br />
menerbitkan Peraturan Menteri<br />
Kehutanan No. P .30/Menhutl2005<br />
tentang Standar Sistem Silvikultur pada<br />
Hutan Alam Tanah Kering atau Hutan<br />
Alam Tanah Basah/Rawa. Hal ini<br />
dimaksudkan agar dalam<br />
pelaksanaannya di lapangan tersedia<br />
sebuah. pedoman untuk pengelolaan<br />
sumberdaya hutan, khususnya pada<br />
kawasan HRG sebagai tempat bagi<br />
tumbuh kembangnya jenis ramin<br />
9