05.01.2015 Views

Peran Kelembagaan Lokal pada Kegiatan Agribisnis di Pedesaan

Peran Kelembagaan Lokal pada Kegiatan Agribisnis di Pedesaan

Peran Kelembagaan Lokal pada Kegiatan Agribisnis di Pedesaan

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tabel 6.<br />

Pola Kemitraan <strong>pada</strong> <strong>Agribisnis</strong> Pa<strong>di</strong> <strong>di</strong> Desa Penelitian <strong>di</strong> Kabupaten Subang dan<br />

Kabupaten Praya Barat Daya, Tahun 2002<br />

Jenis mitra<br />

Jumlah modal<br />

(Rp.000)<br />

Jumlah mitra<br />

(Petani)<br />

Jumlah<br />

pinjaman<br />

(Rp.000)<br />

Tingkat bunga<br />

(%/tahun)<br />

Pedagang<br />

100 – 200 15 – 20 30 – 10.000 -<br />

sayuran<br />

Pedagang output 2.000 – 3.000 20 100 - 250 -<br />

Pengolah hasil 3.750 25 100 – 300 24<br />

Pelepas uang 5.000 20 250 – 1.500 42<br />

pelepas uang, meskipun harus membayar bunga yang cukup tinggi. Hal ini <strong>di</strong>sebabkan<br />

karena tidak dapat menjangkau lembaga pembiayaan formal, yang mensyaratkan<br />

adanya agunan yang berupa sertifikat. Padahal sebagian besar petani, terutama petani<br />

berlahan sempit tidak mampu mengurus pembuatan sertifikat karena biaya yang cukup<br />

tinggi.<br />

FREKUENSI PETANI MENURUT POLA KEMITRAAN<br />

Di lokasi penelitian banyak <strong>di</strong>jumpai kemitraan yang <strong>di</strong>lakukan oleh pedagang dan<br />

petani dalam kegiatan agribisnis komo<strong>di</strong>tas hortikultura yang <strong>di</strong>kaji. Pedagang yang<br />

terlibat dalam kemitraan tersebut dapat merupakan pedagang sarana produksi atau<br />

pedagang sayuran. Kemitraan pedagang-petani tersebut merupakan bentuk<br />

kelembagaan produksi yang tumbuh dengan sen<strong>di</strong>rinya dan tidak ada campur tangan<br />

pemerintah, baik dalam pembentukan kerjasama tersebut maupun dalam mekanisme<br />

kerjanya. Tumbuhnya kemitraan tersebut <strong>pada</strong> dasarnya <strong>di</strong>dorong oleh adanya saling<br />

ketergantungan dan saling membutuhkan <strong>di</strong>antara pihak-pihak yang bermitra. Misalnya,<br />

pedagang sarana produksi merasa perlu bermitra dengan petani untuk memperlancar<br />

penjualan sarana produksi yang <strong>di</strong>pasarkannya. Sebaliknya, petani juga merasa perlu<br />

bermitra dengan pedagang untuk mengatasi keterbatasan modal yang <strong>di</strong>miliki dan<br />

memperoleh jaminan pemasaran sayuran yang <strong>di</strong>hasilkannya jika petani bermitra dengan<br />

pedagang sayuran.<br />

Tabel 7 memperlihatkan bahwa sekitar 35 persen petani untuk seluruh komo<strong>di</strong>tas<br />

yang <strong>di</strong>kaji melakukan kemitraan dengan pedagang sarana produksi atau pedagang<br />

sayuran. Kemitraan pedagang-petani tersebut telah berlangsung cukup lama yaitu sekitar<br />

5 tahun atau sekitar 10 kali musim tanam. Hal ini menunjukkan bahwa kemitraan <strong>di</strong>antara<br />

mereka saling menguntungkan sehingga kemitraan tersebut dapat berlangsung dalam<br />

waktu yang cukup lama. Pada komo<strong>di</strong>tas cabai pernah <strong>di</strong>kembangkan secara formal<br />

12

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!