05.01.2015 Views

Peran Kelembagaan Lokal pada Kegiatan Agribisnis di Pedesaan

Peran Kelembagaan Lokal pada Kegiatan Agribisnis di Pedesaan

Peran Kelembagaan Lokal pada Kegiatan Agribisnis di Pedesaan

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dalam banyak kasus hancurnya hubungan patron-client yang sekonyongkonyong<br />

mengakibatkan bertambahnya resiko petani kecil, yang terombang-ambing oleh<br />

kekuatan pasar bebas yang sangat sulit untuk <strong>di</strong>bendung. Demikian pula <strong>di</strong> dalam<br />

kelembagaan agribisnis, meskipun berbagai program kemitraan telah banyak<br />

<strong>di</strong>kembangkan <strong>pada</strong> berbagai komo<strong>di</strong>tas pertanian, namun sebagian besar kemitraan<br />

yang <strong>di</strong>programkan oleh pemerintah tidak dapat menunjukkan kinerja yang baik kecuali<br />

<strong>pada</strong> sebagian komo<strong>di</strong>tas perkebunan seperti PIR kelapa sawit.<br />

Kegagalan-kegagalan <strong>pada</strong> program kemitraan <strong>pada</strong> intinya terja<strong>di</strong> karena<br />

kemitraan yang <strong>di</strong>kembangkan cenderung tidak dapat memberikan manfaat finansial<br />

ke<strong>pada</strong> salah satu atau keduanya. Padahal manfaat itu merupakan pertimbangan utama<br />

bagi setiap pihak yang melakukan kemitraan.<br />

Struktur agribsinis yang bersifat <strong>di</strong>spersal atau tersekat-sekat sangat tidak<br />

kondusif untuk menciptakan sistem agribisnis berdaya saing tinggi yang mampu<br />

merespon <strong>di</strong>namika pasar secara efektif dan efisien. Hal ini karena <strong>pada</strong> struktur<br />

agribisnis demikian tidak terja<strong>di</strong> keterkaitan fungsional <strong>di</strong>antara para pelaku agribisnis<br />

(Simatupang, 1999; Pranadji, 1999; dan Irawan, 2001). Oleh karena itu <strong>di</strong>perlukan<br />

penataan struktur agribisnis dalam rangka meningkatkan daya saing komo<strong>di</strong>tas<br />

pertanian. Simatupang (1997) berpendapat bahwa penataan tersebut haruslah mengarah<br />

ke<strong>pada</strong> pembentukan Unit <strong>Agribisnis</strong> Industrial. Sebagai langkah awal pragmatis<br />

penataan struktur agribisnis tersebut dapat <strong>di</strong>lakukan dengan mengarahkan BUMN untuk<br />

bertindak sebagai pelopor (Kasryno, 1997). Sedangkan karakteristik utama yang harus<br />

ada <strong>pada</strong> setiap Unit <strong>Agribisnis</strong> adalah (Simatupang, 1997):<br />

(1) Seluruh fungsi yang <strong>di</strong>perlukan untuk memproduksi, mengolah dan memasarkan<br />

produk pertanian dapat <strong>di</strong>penuhi. Dengan kata lain, setiap unit agribisnis haruslah<br />

lengkap secara fungsional.<br />

(2) Seluruh komponen atau pelaku agribisnis melaksanakan fungsinya secara<br />

harmonis dan dalam satu kesatuan tindakan. Dengan kata lain kegiatan yang<br />

<strong>di</strong>lakukan oleh setiap pelaku agribisnis harus saling terkait secara fungsional.<br />

(3) Hubungan <strong>di</strong>antara seluruh pelaku agribisnis terjalin langsung melalui ikatan<br />

institusional.<br />

(4) Kelangsungan hidup dan perkembangan usaha <strong>pada</strong> masing-masing pelaku<br />

agribisnis saling tergantung sama lain.<br />

2

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!