Toxic Threads_Meracuni surga_26 April 2013
Toxic Threads_Meracuni surga_26 April 2013
Toxic Threads_Meracuni surga_26 April 2013
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Bab Tiga<br />
Mengungkap Ancaman<br />
Tersembunyi Bahan<br />
Kimia<br />
Sebuah investigasi yang dilakukan di tahun 2012<br />
oleh Greenpeace Asia Tenggara bersama WALHI<br />
Jabar, dibantu oleh Institute of Ecology, Universitas<br />
Padjadjaran dan Lab Afiliasi Kimia, Universitas<br />
Indonesia, menelusuri dampak polusi industri<br />
terhadap Citarum. Riset tersebut mengukur<br />
kualitas air sungai dan buangan limbah di 10 lokasi,<br />
mulai dari sumber mata air yang asri, hingga hilir<br />
sungai 68 . Beberapa titik pembuangan limbah tak<br />
bertuan (dikenal juga sebagai “pipa siluman”,<br />
bersama dengan air sungai dan sedimennya.<br />
Sampel diuji untuk kandungan logam berat,<br />
berbagai parameter polusi air pada umumnya, serta<br />
bahan kimia organik berbahaya.<br />
Hasil investigasi menunjukkan keberadaan bahan<br />
kimia dalam sampel limbah cair, termasuk logam<br />
berat seperti merkuri, kromium heksavalen, timbal<br />
dan cadmium. Sedimen sungai juga dianalisa dan<br />
hasilnya menunjukkan kandungan pada titik-titik<br />
sampling tertentu level kromium, tembaga dan<br />
timbal yang cukup tinggi. 69<br />
Berbagai bahan kimia organik berbahaya juga<br />
terdeteksi di sampel-sampel limbah cair dan salah<br />
satu sampel badan sungai, diantaranya :<br />
Phthalates, termasuk DEHP, DiBP, DBP dan DEP, 70<br />
yang terdeteksi pada lima dari tujuh sampel limbah<br />
cair. DEHP, DiBP dan DBP diklasifikasi sebagai<br />
“toksik terhadap sistem reproduksi”. 71<br />
BHT 72 terdeteksi pada 6 sampel limbah cair dan<br />
satu sampel badan sungai, serta ditemukan<br />
p-chlorocresol 73 , yang terdeteksi pada limbah cair<br />
pada satu lokasi. Kedua bahan kimia tersebut<br />
diklasifikasikan sebagai toksik bagi kehidupan akuatik. 74<br />
Hasil investigasi juga menunjukkan variasi ekstrim<br />
dari derajat keasaman pada sampel. Air dari 4<br />
(empat) sampel limbah dan 1 (satu) badan sungai<br />
bersifat sangat basa (antara pH 9 dan 10), sebuah<br />
karakteristik dari beberapa buang limbah industri,<br />
termasuk limbah tekstil. Fasilitas tekstil teridentifikasi<br />
dekat hampir disetiap titik sampling. Lebih lanjut,<br />
salah satu sampel limbah bersifat sangat asam,<br />
pH 3. Nilai pH diatas 9 dan dibawah 6 merubah<br />
reaksi kimia alami pada ekosistem akuatik dan<br />
membahayakan biota di dalamnya. Nilai BOD 75<br />
dan COD 76 juga sangat tinggi serta setiap lokasi<br />
sampling terkontaminasi surfaktan. Banyak dari<br />
surfaktan tersebut bersifat toksik, umumnya karena<br />
kemampuan mereka menurunkan tegangan<br />
permukaan air dan berdampak pada hewan yang<br />
bergantung badan air. Bahwa sumber dari polutan<br />
organik dan logam berasal dari industri tekstil tidak<br />
dapat dipastikan, namun fasilitas tekstil memang<br />
mendominasi daerah ini.<br />
Penelitian tersebut menjadi pengingat betapa<br />
seriusnya masalah yang dihadapi Sungai Citarum. Ia<br />
mengangkat isu pembuangan limbah bahan kimia<br />
berbahaya beracun, disamping kehadiran logam<br />
berat di sedimen Sungai. Investigasi pembuangan<br />
bahan kimia berbahaya industri di seluruh Indonesia<br />
merupakan hal yang penting dilakukan, sebagai<br />
langkah awal menuju eliminasi pembuangan bahan<br />
berbahaya beracun. Di lain pihak, evaluasi apakah<br />
sistem regulasi saat ini cukup memadai, begitu pula<br />
dorongan terhadap penegakannya menjadi hal yang<br />
juga genting.<br />
Sebagian besar sungai di<br />
Pulau Jawa tercemar secara<br />
berat oleh kombinasi dari<br />
limbah domestik yang tidak<br />
diolah dan terutama dari<br />
limbah industri yang tidak<br />
terkendali.<br />
Greenpeace International <strong>Toxic</strong> <strong>Threads</strong>: Mencemari Surga 21