Toxic Threads_Meracuni surga_26 April 2013
Toxic Threads_Meracuni surga_26 April 2013
Toxic Threads_Meracuni surga_26 April 2013
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Bab Empat<br />
(kecuali phenols yang merupakan kategori umum).<br />
Karena bahan-bahan kimia tersebut tidak diatur,<br />
maka emisinya dan usaha reduksinya tidak<br />
dilakukan, serta tidak menjadi pertimbangan untuk<br />
peringkat biru, hijau atau emas pada program<br />
PROPER.<br />
Mengabaikan Aturan<br />
Tidak mengherankan bahwa tingkat kesadaran,<br />
partisipasi dan ketaatan pada hukum oleh industri<br />
masih sangat kecil. Jejak pendapat pada 2009<br />
menemukan hanya 47,% (83 dari 176) fasilitas<br />
industri di Kabupaten Bandung memberlakukan<br />
IPAL sebelum melakukan pembuangan. 90 Meski<br />
demikian, dari industri yang menggunakan IPAL,<br />
hanya 40% (33 perusahaan) yang memenuhi<br />
standar baku mutu air limbah. 91<br />
Baru-baru ini, total 29 perusahaan garmen dan<br />
tekstil menerima sanksi dari Badan Pengelola<br />
Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi<br />
Jawa Tengah, karena melanggar peraturan<br />
terkait kelestarian lingkungan dan pembuangan<br />
limbah industri, yang menyebabkan pencemaran<br />
lingkungan. Pemerintah menegaskan bahwa<br />
masih banyak pelanggaran peraturan lingkungan<br />
yang tidak terdeteksi. Saat musim hujan, dimana<br />
deteksi aktivitas pencemaran sulit dilakukan karena<br />
tingginya level air, kontaminasi menyebar lebih luas<br />
di kawasan yang terkena banjir. Meski demikian,<br />
detail mengenai jenis kontaminasi, dan apakah<br />
ditemukan berbahaya beracun, tidak tersedia. 92<br />
Di Jawa Barat, 14 perusahaan dari berbagai sektor<br />
industri –termasuk pembuatan garmen—menerima<br />
sanksi administratif dan kriminal karena mencemari<br />
Citarum dengan limbah berbahaya. Hanya saja,<br />
pemerintah mencatat bahwa masih ada sangat<br />
banyak kasus serupa di Sungai Citarum. 93<br />
Ada juga contoh air limbah yang dibuang secara<br />
ilegal, misalnya melalui pipa bawah tanah di<br />
Distrik Majalaya, dimana sulit bagi pihak berwajib<br />
setempat untuk menelusuri sumber pencemaran<br />
dan menentukan siapa yang melakukannya karena<br />
beberapa pabrik melakukan pembuangan dengan<br />
pipa yang sama. 94<br />
Contoh ini menggambarkan bahwa pembuangan<br />
limbah industri ke sungai-sungai di Indonesia<br />
tidak diawasi secara konsisten demi terpenuhinya<br />
standar, serta memperlihatkan bahwa pelanggaran<br />
sudah biasa terjadi, sanksi jarang dijatuhkan, dan<br />
bahwa pembuangan limbah ilegal juga terjadi. Jika<br />
praktek ini terus terjadi, bahkan dengan adanya<br />
perbaikan standar yang memasukkan bahan-bahan<br />
kimia berbahaya lebih luas dan pengawasan serta<br />
penegakan hukum yang tegas, pencemaran akibat<br />
bahan-bahan beracun akan terus terjadi. Prinsip<br />
“pengawasan pencemaran”, dimana pada “level<br />
yang bisa diterima” pencemaran masih dibolehkan,<br />
tidak cukup untuk melindungi kesehatan manusia<br />
dan lingkungan, terutama terhadap bahan kimia<br />
beracun yang persisten atau dapat terbioakumulasi.<br />
Diperlukan pergeseran paradigma dari pendekatan<br />
reaktif seperti sekarang ini menuju pendekatan<br />
preventif, dimana penggunaan bahan kimia berbahaya<br />
beracun dihilangkan dari sumbernya, melalui skema<br />
produksi bersih dan substitusi progresif dengan materi<br />
yang lebih aman.<br />
Greenpeace International <strong>Toxic</strong> <strong>Threads</strong>: Mencemari Surga 25