Kelemahan Model EOQ:Hakikatnya model EOQ adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnissementara karena paradigma untung-rugi diterapkan pada mereka, sehingga penggunaanmodel ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat mengganggu proses produksi.4. Pengawasan PersediaanHakikat dari pengawasan persediaan barang adalah mulai bahan baku dipesan sampai produkjadi digunakan oleh konsumen, yang terdiri dari pengawasan fisik, nilai, dan biaya.Pengawasan barang meliputi pengawasan bahan baku, bahan pembantu, barang dalamproses, dan pengawasan barang jadi. Pengawasan bahan baku dan bahan pembantu dimulaidari bahan dipesan sampai dengan permintaan pemakaian bahan dalam proses produksi;pengawasan itu meliputi fisik (jumlah unit, kerusakan, keuangan, kehilangan, dan tingkatperputaran), biayanya, dan nilainya dala bentuk satuan uang.Pengawasan barang dalam proses meliputi produk cacat, produk rusak, produk hilang dalamproses produksi. Sedangkan pengawasan barang jadi meliputi rencana penjualan, jadwalpengiriman, dan pelayanan purna jual. Keempat jenis barang itu (bahan baku, bahanpembantu, barang dalam proses, dan barang jadi) jumlah persediaannya secara fisik harusdikendalikan, agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan. Kekurangan persediaan bahanbaku dan bahan pemabantu dapat mengakibatkan proses produksi terganggu, dankekurangan persediaan barang jadi akan mengakibatkan kesulitan memenuhi permintaankonsumen. Sebaliknya jika terjadi kelebihan persediaan, dapat mengakibatkan modal yangditanamkan dalam persediaan tersebut besar, dan biaya modalnya besar.5. Model Tepat Pada Waktu (Just In Time Atau JIT)Model JIT adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sejati; merekadididik, dibina, dan diperlakukan sebagai bagian dari perusahaan yang dipasok bahanbakunya. Pengertian JIT adalah persediaan dengan nilai nol atau mendekati nol, artinyaperusahaan tidak menanggung biaya persediaan. Bahan baku akan tepat datang pada saatdibutuhakan. Model yang demikian tentu saja pemasoknya adalah pemasok yang setia danprofesional. Dengan model ini terjadi efisiensi biaya persediaan bahan baku.Dalam hubungannya dengan barang jadi (finished goods) model JIT juga diterapkan, dimanaperusahaan hanya memproduksi sesuai dengan pesanan sehingga ia tidak mempnyaipersediaan barang jadi. Dampaknya adalah penghematan biaya persediaan barang jadi.Model ini dapat diterapkan jika semua pihak yang terlibat dalam proses produk mulai daripemasok sampai ke pelanggan memiliki motivasi kuat dalam pengendalian dan peningkatankualitas berkelanjutan.JIT bertujuan mengubah budaya perusahaan, yaitu usaha menjadi organisasi terbaik dari ataske bawah; setiap orang adalah pakar bagi pekerjaannya sendiri dengan mengendalikanberpikir kolektif dan kreatif. Hakikatnya, JIT adalah peningkatan proses untuk menghindarimasalah kronis, yaitu masalah yang ditimbulkan dari pemasok bahan baku yangmengakibatkan kerugian; masalah ini sulit diidentifikasi dan umunya dibiarkan, maka menjadipenyakit kronis yang sulit diobati. Hubungan kerja sama jangka panjang dengan pemasokharus dibina, pemasok tidak boleh dieksploitir demi keuntungan sesaat.Prinsip dasar JIT adalah bahwa perusahaan tidak memiliki persediaan besi (safety stock).Dengan tidak memiliki safety stock, perusahaan dapat menghemat biaya persediaan. Dalammodel ini pemasok menjadi mitra sejati yang loyal dan profesional karena setiap saat bahanwww.ekasulistiyana.web.id 60
aku diperlukan untuk proses produksi, pada saat itu pula bahan baku harus sudah ada ditempat proses produksi.Motivasi semua pihak yang demikian itu hanya bisa terjadi bila mereka berpikir kritis dialektik,artinya setiap akibat harus dicari sebabnya, dan setiap obyek dicari saling hubungannyadengan obyek yang lainnya. Ishikawa menemukan teori untuk menelusuri sebab yang dapatmenggunakan “Ishikawa Tulang Ikan”. Ia menjelaskan bahwa setiap kegagalan pasti adasebabnya, dan penyebab itu dapat ditelusuri dari tujuh aspek yaitu aspek: Tenaga manusia, kurang latihan, kurang pengetahuan, dan ketrampilan sehinggaproduktifitas rendah dan kualitas output rendah. Metode kerja, tanpa petunjuk kerja yang jelas sehingga pekerja (buruh) bekerja tidakmengikuti aturan. Peralatan, kurang perawatan, aus, dan teknologi sudah usang. Material, salah menentukan spesifikasi: kualitas dan jenis Lingkungan, kondisi kerja yang kurang menyenangkan atau kondisi kerja yang buruk yangmengakibatkan pekerja (buruh) tidak memiliki motivasi kerja. Pengukuran, kurang tepat mengadakan pengukuran hasil kerja. Kepemimpinan, gaya yang otokratik sehingga pekerja (buruh) tidak menghargaipemimpinnya (manajernya).Jika salah satu dari tujuh aspek rusak, maka outputnya rusak, apalagi ketujuh aspek tersebutrusak semua. Setiap kesalahan atau kegagalan harus diperbaikki secara terus menerus agarproduktifitas kerja dapat ditingkatkan, mutu dapat ditingkatkan, dan nilai persediaan dapatdikurangi. Di samping itu, perbaikan secara terus menerus juga dapat meningkatkanrancangan produk, perbaikan proses produksi, perbaikan distribusi, perbaikan promosi,perbaikan harga, dan perbaikan layanan purna jual. Hubungan input dengan outputberdasarkan gambar Ishikawa Tulang Ikan disajikan dalam gambar 12.3.Gambar 12.3.Ishikawa Tulang Ikan (dilengkapi)Pengukuran MetodeManusiaKepemimpinanOutputLingkunganBahan baku PeralatanKeunggulan JITKeunggulan JIT antara lain adalah: Menghilangkan pemborosan dengan cara memproduksi suatu produk hanya dalamkuantitas yang diminta pelanggan. Dampak persediaan, persediaan kecil, mungkin nol. Tata letak pabrik, dikelompokkan satu macam produk, atau sistem sel. Pengelompokkan karyawan, dalam satu jenis produk. Pemberdayaan karyawan, dilatih dan dididik terus menerus menyesuaikan denganperubahan alat kerja dan metode kerja. Pengendalian mutu total, semua orang bertanggung jawab terhadap mutu produk.www.ekasulistiyana.web.id 61