12.07.2015 Views

Konferensi dan Dialog Nasional - Elsam

Konferensi dan Dialog Nasional - Elsam

Konferensi dan Dialog Nasional - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

lembaga‐lembaga formal. Kemudian, keengganan untuk menyelesaian persoalan melalui Page | 26jalur formal, juga seringkali dipicu oleh kekuatiran kaum miskin <strong>dan</strong> perempuan akanmahalnya biaya untuk itu, terlebih bagi mereka yang hidup di wilayah‐wilayah terpencil.Pada titik inilah, revitalisasi hokum <strong>dan</strong> peradilan adat sebagai solusi penguatan aksesterhadap keadilan menjadi sangat signifikan. Terlebih lagi, pelaksanaan sistem hukum adatdi berbagai daerah di Indonesia, terutama di daerah‐daerah terpencil, memang masihmenjadi pilihan utama dalam menyelesaikan berbagai persoalan, terutama untuk kasuskasusperdata <strong>dan</strong> pi<strong>dan</strong>a ringan. Lagi pula, hal ini adalah bagian dari amanat konstitusikhusunya Pasal 18 B ayat (2) yang secara tegas menyatakan bahwa “Negara mengakui <strong>dan</strong>menghormati kesatuan­kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak­hak tradisionalnyasepanjang masih hidup <strong>dan</strong> sesuai dengan perkembangan masyarakat <strong>dan</strong> prinsip negarakesatuan republik indonesia, yang diatur dalam un<strong>dan</strong>g­un<strong>dan</strong>g”. Selain itu, berbagai aturanperun<strong>dan</strong>gan seperti UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Un<strong>dan</strong>g‐un<strong>dan</strong>g No41 Tahun 1999 tentang Pokok‐pokok Kehutanan, dll, juga telah mengatur secara tegastentang keharusan untuk menghormati masyarakat <strong>dan</strong> hukum adat. Bahkan Un<strong>dan</strong>gUn<strong>dan</strong>g No. 5 Tahun 1960 Tentang : Peraturan Dasar Pokok‐pokok Agraria secara tegasmenyatakan bahwa hukum agraria nasional didasarkan pada hukum adat tentang tanah,yang sederhana <strong>dan</strong> menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia.Namun, walaupun hukum/peradilan adat telah memiliki posisi sosiologis <strong>dan</strong> juridisyang kuat, Negara <strong>dan</strong> pemerintah cenderung mengabaikan atau jikapun ada terlalu sedikitmemberikan perhatian pada peningkatan pelayanan hukum/peradilan adat. Akibatnya,hukum/peradilan adat belum mampu memberikan rasa keadilan bagi masyarakat miskinsecara paripurna. Selain itu, kritik dari berbagai kalangan mengungkapkan bahwa dibanyak tempat, system hukum adat, pada derajat tertentu, belum sejalan dengan prinsipprinsipdasar HAM serta diskriminatif terhadap perempuan. Selanjutnya, belum a<strong>dan</strong>yajurisdiksi yang jelas antara hukum adat dengan hukum formal, mengkibatkan orang yangtidak puas dengan putusan hukum adat, bisa saja membawa lagi perkaranya melaluihukum formal. Hal‐hal tersebut tentunya akan berpengaruh pada kualitas keadilan <strong>dan</strong>akuntabilitas peradilan adat.Oleh karena itu, SAJI Project bekerja sama BPHN <strong>dan</strong> EPISTEMA akan mengambilbagian dalam <strong>Konferensi</strong> <strong>dan</strong> <strong>Dialog</strong> <strong>Nasional</strong> dalam rangka Satu Dasawarsa Amandemen

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!