16FROM THE FIELDIbu Mary mengatakan,Program IFP memiliki waktuterbatas yang hanya 10 tahun.Tapi diharapkan bisa menjadimodel yang bisa diadop olehpara pemberi beasiswa lainnya.IFP ingin penerima beasiswainclusive, tidak terbatas padaetnis, bidang, umur, gender,dan sosial. Karena selamaini, yang menerima beasiswamalah banyak dari kalanganatas, yang umumnya telah siapsecara bahasa dan persiapanakademik lainnya.Program ini akan terushidup melalui website yangsedang dibuat. Kontennyaakan dibuat alumni sendiri.Sementara itu IFP juga sedangmembuat arsip semua alumnitersebut akan menjadi koleksiColumbia Univesity dan semuainformasinya bisa diaksesuntuk kepentingan penelitian.‘’Jadi jangan heran, kita selalubolak-balik minta data-dataalumni. Karena memang kitasedang mengumpulkan untukkepentingan tersebut,’’ ujar BuMary.Dalam pemaparannya,banyak sekali hal-hal menarikyang disampaikan Ibu Marymengenai fakta-fakta penerimabeasiswa IFP yang membuatpara hadirin cukup terkesima.Contohnya, 91 persen daripenerima beasiswa lahir di luaribukota atau kota metropolitan,82 persen merupakan generasipertama yang bersekolahtinggi, 73 persen menyatakanhidup dengan kondisi miskinpada saat berumur 16 tahun,50 persen adalah wanita, dan37 persen berusia lebih dari 35tahun.‘’Jadi PAT (pre acedemictraining, red) sangat pentingbagi para fellow mempersiapkanpendidikannya ke luar negeri,’’ujar Bu Mary.Lebih lanjut, hasil dariprogram IFP ini adalah: 91persen IFP Alumni berhasilmeraih gelar pendidikannya; 82persen kembali ke negaranya,90 persen yang masih di luarnegeri sedang melanjutkandoktoralnya; 93 persenadalah pegawai; 90 persenalumni melaporkan bahwapekerjaannya berhubungandengan sosial komitmen sepertiyang disampaikan di formuliraplikasinya.Di <strong>Indonesia</strong>, PenerimaBeasiswa IFP 1:100Menjadi catatan dariIbu Sisil dan rekan-rekan,bahwa IFP memiliki beberapakeistimewaan dibanding parapenyedia beasiswa lainnya.Kebanyakan, perguruan tinggilebih menekankan prestasiakademis, demikian jugapenyedia beasiswa yang lebihmengutamakan nilai IPK.Padahal selain itu, banyaksekali individu-individuyang besar dari pengalamanpengalamandi lapangan,yang lebih potensial untukdi’cerdas’kan karena merekabersentuhan langsung denganmasalah di lapangan. Penyediabeasiswa lainnya juga memilikiakses terbatas bagi kaumdisabel. ‘’Beasiswa yang lainumumnya memiliki persyaratanyang tinggi, terutama untukbahasa Inggris, padahal Englishis simply a tool,’’ katanya.Di <strong>Indonesia</strong>, persainganmendapatkan beasiswa IFPternyata 1:100. Ada 50.000 yangmelamar, dan hanya sekitar 300lebih yang dinyatakan menjadiIFP Fellows. Ke 300-an orangini, menurut analisa Ibu Sisildan rekan-rekannya, memilikikarakter; inquisitive mind, greatdisire or ambition to changethe situation, being responsiveto change, perseverance tosuccessfully complete the study,using every possible opportunityto establish network dan toempower themselves, abilityto set priorities, developingoral, written, and negotiationskill, and understanding thestrategies.Dari segala kelebihan IFP,ada salah satu fenomena sosialcukup menarik yang terjadi dikalangan alumni IFP yakni,perceraian yang umumnyaterjadi akibat perbedaantingkat pendidikan pasangan,suami atau istri. Namun yangkebanyakan terjadi adalah,ketika tingkat pendidikan istrimenjadi lebih tinggi dari suami.SOCIAL JUSTICE MAGZ VOL. 2 TAHUN 1 - SEPTEMBER 2012
FROM THE FIELD17Foto: ElisMenemukan Mutiara di Lautandan Jarum di Tumpukan JeramiIFP berbagi di @America Oleh Elis dan YusdianaBersamaan denganhari pendidikanNasional, 2 Mei 2012<strong>Indonesia</strong>n InternationalEducation <strong>Foundation</strong> (IIEF)bekerjasama dengan @America (American CulturalCenter) menyelenggarakanTalkshow and Discussion yangbertajuk “Visions into Actions”,Place, Central Business DistrictSudirman, Jakarta. Acara inisebagai wujud keprihatinanterhadap persoalankepemimpinan di <strong>Indonesia</strong>dan pentingnya memunculkanpemimpin-pemimpin lokal di<strong>Indonesia</strong>. Acara yang berdurasisekitar 1.5 jam ini dipandu olehwartawan senior Kompas, MariaHartiningsih. Menghadirkanpembicara internasional,Direktur IFP Asia dan RusiaDr. Mary Zurbuchen, juga tigaalumni Program Beasiswa<strong>Ford</strong> <strong>Foundation</strong> InternationalFellowship Program (IFP):Tolhas Damanik, difabel danbergerak di bidang pendidika),Mareska Mantik berfokuspada penguatan demokrasidi Indonesi, dan MuhammadJailani yang merupakan dDosenPerempuan.Acara yang terbuka untukumum ini diikuti oleh sekitar100 orang, diantaranya DirekturIIEF Dr. Diana Kartika Jahja,Country Representative <strong>Ford</strong><strong>Foundation</strong> Mr. David Hulse,Dosen Univesitas Ohio AmerikaProf. Gene Amarell, Presidium<strong>Indonesia</strong>n Sosial JusticeNetwork (ISJN), beberapaalumni dan fellow InternationalFellowship Program ((IFP), stafpengajar UI, anggota @americaVOL. 2 TAHUN 1 - SEPTEMBER 2012SOCIAL JUSTICE MAGZ