13.07.2015 Views

Belum Berdaulat, Indonesia Sudah Krisis Energi - Ford Foundation ...

Belum Berdaulat, Indonesia Sudah Krisis Energi - Ford Foundation ...

Belum Berdaulat, Indonesia Sudah Krisis Energi - Ford Foundation ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

SJ SOLUTION39dan produktif. Sektor pertanianmerupakan sektor produktif yangcenderung dikuasai oleh laki-laki.Peran perempuan dalam sektordomestik dianggap memiliki valueyang lebih rendah, apalagi dalamkonteks pasar bebas dimana“uang” merupakan penentu untukmenilai berharga tidaknya sebuahpekerjaan. Sehingga pekrjaanyang sifatnya produktif dianggaplebih penting/berharga dibandingyang domestik.Persoalan lain terkaitdengan faktor hukum atauagama khusunya mengenai hakkepemilikan lahan yang padaumumnya dimiliki atas namalaki-laki. Lahan ataupun assestlainnya merupakan faktor yangsangat penting bagi petanikhususnya untuk mendapatkanakses terhadap modal.System perbankan kita yangmengharuskan adanya jaminanasset (yang kebanyakan dimililaki-laki) mengakibatkan sulitnyaperempuan untuk meminjam kebank karena ketidakadaan assestyang dimili, kecuali atas ijinsuami/keluarga.Dalam sektor politik,rendahnya partisipasi dankepemimpinan perempuandiranah public, misalnya dalamassosisi atau kelompok petani,koperasi. Selama ini, layananpertanian biasanya diberikanmelalui farmer assosiation, jadiapabila perempuan tidak aktid,megnakibaktn rendahnya aksesterhadap fasilitas tersebut. Dalamkonteks ekonomi, pasar bebasmembutuhkan produk yangberkualitas dan kompetitif denganbiaya yag serendah-rendahnya,kondisi ini mengharuskan petaniharus menjadi punya pengetahuandan keahlian yang tinggi untukmemenuhi pasar yang kompetitiftersebut. Sehingga, dalamstruktur pasar bebas, perempuancenderung ada pada rantai nilaiyang paling rendah, yaitu padalevel produksi sebagai tenaga kerjayang paling murah, atau bahkantenaga kerja yang tidak dibayar.Menjawab pertanyaan apayang bisa kita lakukan sebagaiagen perubahan, ada beberapahal, dari hambatan tadi, kitadapat mengenali, ada dua strategimendasar, dapat melalui topdown, dan bottom up.Top down, kita dapatmempengaruhi kebijakandan regulasi yang berpihakpada perempuan, misalnyamempengaruhi pemerintahuntuk selalu menyiapkan dataterpilah ataupun regulasi lainyang berpihak pada petaniperempuan. Data terpilahyang harus ada, yaitu misalnyaperan, jumlah, analisa, mengenaiketerlibatan perempuan dalamsektor pertanian. Dari situ kitabisa menemukan intervensiyang plng tepat untuk mengatasihambatan-hambatan yang dialamiperempuan dalam pertanian.Intervensi perusahaan swasta jugamerupakan salah satu cara untukmenjangkau lebih banyak petaniperemupuan dalam extensiveservices, misal pengenalan pupukdll.Melalui bottom up dapatberupa pemperdayaan petaniperempuan. Mulai dari literasiatau edukasi . Misalnya denganmembuka kesempatan danpartisipasi yang lebih luas untukmengikuti berbagai pertemuan,misalnya dengan menyesuaikanjam-jam dan tempat kegiatan,perempuan akan dapat mengakseslayanan-layanan pertanian.Kemudian, hal yang bisa kitalakukan juga, adalah raisingawarness. Raising awarnessini dapat dilakukan denganbanyak cara, misalnya memberipetani perempuan dalam mediamedia,baik studi kasus, maupungambar.Sebagai seorang genderspecialist, selama 12 tahun ini,pekerjaan Lilis Suryani fokuspada peningkatan kapasitas,kekerasan berbasis gender,metodologi penelitian berkenaandengan feminisme danpermasalahan-permasalahangender pada berbagai sektorkegiatan seperti pertanian,pemanfaatan sumberdaya alam,pengurangan resiko bencana,analisis kebijakan, dan lainlain.Saat ini Lilis bekerjasebagai Ahli Gender Nasionaldi sebuah projek bernamaAgribusiness Market AndSupport Activity (AMARTA II)yang didanai USAID, berbasisdi Jakarta.VOL. 2 TAHUN 1 - SEPTEMBER 2012SOCIAL JUSTICE MAGZ

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!