11.02.2017 Views

menuju-hati-khusu-kop1

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak<br />

(pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari)<br />

mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat.<br />

Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) <strong>hati</strong> dan<br />

penglihatan menjadi goncang”. QS.an-Nur.24/37.<br />

4. Selanjutnya seorang salik itu diduduk-kan diatas<br />

kursi-kursi ketauhidan. Artinya, dalam keadaan<br />

bagiamana-pun <strong>hati</strong>nya akan selalu mampu bertauhid<br />

kepada Allah Ta’ala .<br />

• Pertama : Bertauhid di dalam tujuan (tauhiidul<br />

qoshdi).<br />

• Kedua : Bertauhid di dalam perbuatan (tauhiidul<br />

fi'li)<br />

• Ketiga : Bertauhid di dalam pemilikan (tauhiidul<br />

milki).<br />

• Keempat: Bertauhid di dalam kejadian (tauhiidul<br />

wujud).<br />

*) Dengan terbukanya empat tahap pintu tauhid itu,<br />

menjadikan seorang hamba dapat terhindar dari<br />

perbuatan syirik, baik syirik di dalam tujuan amal, di<br />

dalam amal perbuatan, di dalam hak pemilikan dan<br />

syirik di dalam wujud. Selanjutnya menjadikan<br />

seorang salik itu mampu tidak takut dan tidak<br />

berharap lagi kecuali hanya kepada Allah Ta’ala. Itulah<br />

kekuatan aqidah yang tidak cukup hanya dibangun<br />

dengan penguasaan ilmu pengetahuan saja, namun<br />

juga harus dibangun dengan pelaksanaan amal ibadah<br />

yang istiqomah.<br />

Kalau orang hanya mengerti tentang tauhid secara<br />

teori saja. Bukan kekuatan tauhid yang dibangun<br />

dengan dzikir dan wirid yang istiqomah di dalam <strong>hati</strong>,<br />

maka tauhid itu dominan dilahirkan dengan ucapan di<br />

bibir saja, bahkan seringkali diaktualisasikan dengan<br />

mensyirikkan dan membid’ahkan amal ibadah orang<br />

lain. Akibatnya, disamping seperti maling teriak<br />

maling, karena sejatinya, tanpa terasa mereka<br />

sendirilah yang suka berbuat syirik dan bid’ah itu, juga<br />

statemen itu dapat meresahkan umat dan perpecahan<br />

masyarakat dimana-mana.<br />

Demikianlah yang banyak dilakukan oleh para<br />

pendatang baru di dalam komunitas masyarakat. Di<br />

komplek-komplek perumahan yang masyarakatnya<br />

heterogen. Sebelum mereka datang, aktifitas<br />

keagamaan di tengah masyarakat yang heterogen itu<br />

berjalan dengan damai. Namun setelah mereka datang,<br />

dengan mengatasnamakan amal ma’ruf nahi munkar,<br />

mereka malah memporakporandakan kedamaian<br />

tersebut dengan statemen “syirik dan bid’ah” yang<br />

mereka budayakan. Sebagai ciri khas yang paten akan<br />

keberadaan mereka di mana-mana.<br />

Seperti tentara-tentara setan yang bertugas mengadu<br />

domba manusia, bisanya mereka hanya menyalahkan<br />

kebiasaan yang dilakukan masyarakat setempat yang<br />

jelas-jelas telah menunjukkan hasil yang positif. Yaitu<br />

Menuju Hati yang KHUSU’ ~ 23<br />

24 ~ Menyatukan Qodo’ dan Qodar

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!