11.02.2017 Views

menuju-hati-khusu-kop1

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

sebab turunnya pemberian-Nya yang terdahulu, Maha<br />

Agung hukum azali untuk bersandar kepada hukum sebab<br />

musabab”.<br />

Maksudnya, manusia boleh berdo’a, bahkan do’a itu<br />

adalah ibadah yang utama. Namun demikian, dengan<br />

berdo’a itu manusia hendaknya jangan hanya menuntut<br />

saja. Hanya ingat kekurangan sehingga menjadikan lupa<br />

kenikmatan yang sudah ada. Kalau demikian, dengan do’a<br />

itu boleh jadi manusia terjebak kepada kekufuran.<br />

Demikianlah Rasul saw. telah memberikan peringatan:<br />

“Kadang fakir, identik dengan kufur”.<br />

Hasil paling utama yang diharapkan dapat diperoleh<br />

dari ibadah dan doa’ itu, bukan hanya sekedar apa yang<br />

terkandung di dalam isi do’a yang dipanjatkan itu saja,<br />

namun juga seharusnya jauh lebih mulia dari itu. Yaitu<br />

bagaimana seorang hamba dapat mengenal atau<br />

berma’rifat dengan Tuhannya. Dengan ma’rifat itu,<br />

selanjut-nya supaya seorang hamba dapat mencintai-Nya.<br />

Sebab, buah ma’rifat dan cinta itu adalah rindu dan<br />

ridha kepada-Nya yang dapat menjadikan <strong>hati</strong> seorang<br />

hamba menjadi <strong>khusu</strong>’ kepada-Nya. Oleh karena itu,<br />

tujuan ibadah yang paling utama itu hanyalah, supaya<br />

seorang hamba sampai atau wushul kepada Allah Ta’ala.<br />

Allah Ta’ala telah menyatakan dengan firman-Nya:<br />

“Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala<br />

sesuatu)”. QS.an-Najm.53/42.<br />

Untuk supaya seorang hamba dapat berma’rifat<br />

dengan Tuhannya, ternyata banyak hal yang harus<br />

dipenuhi di dalam cara berdo’a itu. Tidak hanya sekedar<br />

menyampaikan permohonan saja, namun juga,<br />

permohonan itu harus mampu dilaksanakan dengan tata<br />

cara yang benar dan sempurna. Kalau tidak, maka do’ado’a<br />

itu akan sulit mendapatkan ijabah yang hakiki. Yaitu<br />

menghasilkan luasnya pemahaman <strong>hati</strong> atau yang disebut<br />

dengan ma’rifatullah<br />

Pasalnya, karena do’a itu adalah bentuk ibadah yang<br />

dilakukan seorang hamba yang hina di hadapan Tuhannya,<br />

sedangkan ijabah adalah rahasia qodo’ dan qodar-Nya<br />

sebagai hak Rububiyah, atau sama juga sebagai hak<br />

prerogatif dari seorang Raja Diraja. Oleh karenanya,<br />

tentunya tidak sama cara, ketika suatu permohonan itu<br />

harus diajukan kepada sesama teman biasa atau kepada<br />

seorang atasan misalnya, terlebih lagi diajukan oleh<br />

seorang hamba yang dha’if kepada Tuhan Semesta Alam<br />

yang Perkasa.<br />

Untuk supaya do’a-do’a itu lebih mendapatkan<br />

ijabah, permohonan itu harus dilaksanakan dengan tata<br />

cara yang utama. Pemahaman yang arif serta akhlak yang<br />

mulia di dalam tata cara berdo’a, adalah yang harus lebih<br />

diutamakan daripada isi permohonan itu sendiri, karena<br />

yang dihadapi dengan doa itu adalah Allah Ta’ala yang<br />

Maha Mulia.<br />

Imam Ibnu Athaillah ra. telah memberikan pelajaran<br />

yang sangat berharga kepada umat manusia. Yaitu supaya<br />

do’a seorang hamba tidak sia-sia, tidak sekedar<br />

Menuju Hati yang KHUSU’ ~ 91<br />

92 ~ Menyatukan Qodo’ dan Qodar

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!