31.01.2018 Views

Sriwijaya Magazine Februari 2018

Official Inflight Magazine of Sriwijaya Air February 2018 edition

Official Inflight Magazine of Sriwijaya Air February 2018 edition

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

DESTINATION<br />

75<br />

bitung bisa dijangkau<br />

dengan kurang lebih 1,5 jam<br />

berkendara dari Manado,<br />

ibukota Sulawesi Utara<br />

sekaligus pintu masuk udara ke<br />

Provinsi Sulawesi Utara melalui<br />

Bandar Udara Sam Ratulangi. Kondisi<br />

jalan menuju Bitung tergolong mulus<br />

dan dilingkupi pemandangan hijau.<br />

Kota ini juga sejuk karena terletak di<br />

kaki gunung Dua Sudara yang memiliki<br />

dua puncak bersebelahan.<br />

Begitu tiba, saya dan teman-teman<br />

sudah tak sabar untuk melihat Macaca<br />

Nigra atau yang lebih dikenal dengan<br />

sebutan Yaki dan primata terkecil di dunia<br />

yakni Tarsius Spectrum (Tangkasi). Kalau<br />

mau mudah, sebenarnya bisa saja saya<br />

mampir ke Kebun Binatang Tandurusa di<br />

Bitung untuk melihat Tarsius. Tapi kalau<br />

segampang itu, tentulah tak seru.<br />

Lagi pula saya ingin melihat tingkah<br />

satwa endemik ini di alam bebas.<br />

Biar lebih menantang, kami memilih<br />

langsung menuju ke rumah mereka<br />

yakni di Cagar Alam Tangkoko, Taman<br />

Wisata Alam Batuputih. Cagar Alam<br />

Tangkoko dengan luas 8.718 hektar ini<br />

berfungsi sebagai suaka bagi berbagai<br />

flora dan fauna langka, tidak hanya<br />

di Bitung namun juga Sulawesi agar<br />

tidak punah.<br />

Rumah Yaki dan Tarsius<br />

Setelah mengenakan lotion anti nyamuk<br />

untuk menangkal serangan gonone,<br />

yakni semacam mikroorganisme tak<br />

kasat mata yang banyak berdiam<br />

di kayu busuk dan sekitarnya, kami<br />

lanjut masuk ke dalam hutan. Jalan<br />

tak berapa lama, akhirnya kami mulai<br />

melihat gerombolan monyet hitam Yaki<br />

yang masih kecil-kecil.<br />

Mereka tampak sangat aktif dan tidak<br />

takut oleh manusia, seakan tahu bahwa<br />

mereka adalah tuan rumah di sini,<br />

sedangkan kami hanya tamu saja.<br />

Mereka yang bergerombol di jalan<br />

setapak mau tak mau membuat<br />

langkah kaki kami terhenti. Tak perlu<br />

lama kami pun langsung mengarahkan<br />

kamera ke arah mereka. Ada yang<br />

sedang sedang memanjat pohon, ada<br />

yang sedang mencari kutu di badan Yaki<br />

lainnya, ada yang sedang makan, ada<br />

yang juga hanya berkeliaran saja. Kami<br />

pun harus tak kalah gesit untuk mampu<br />

membidik gambar para Yaki ini.<br />

Sekali melihatnya saja, tak susah<br />

bagi saya untuk jatuh cinta dengan<br />

Yaki, terlebih ketika melihat bagian<br />

bokongnya yang berbentuk seperti<br />

love (tanda hati).<br />

A<br />

b<br />

c<br />

Tarsius, satwa<br />

endemik Bitung.<br />

Kuskus di Cagar<br />

Alam Tangkok.<br />

Yaki, monyet<br />

hitam yang<br />

terancam punah.<br />

| EDISI 84 | FEBRUARI <strong>2018</strong><br />

B<br />

C

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!