03.05.2013 Views

Hal 40-58 - Badan Pemeriksa Keuangan

Hal 40-58 - Badan Pemeriksa Keuangan

Hal 40-58 - Badan Pemeriksa Keuangan

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

tulnya sudah berusaha membuat berbagai<br />

macam regulasi, termasuk asuransi<br />

TKI. Kementerian Tenaga Kerja<br />

itu mengharuskan seorang TKI yang<br />

akan dikirim ke luar negeri itu harus<br />

diasuransikan di periode prapemberangkatan,<br />

periode penempatan,<br />

dan periode pemulangan. Jadi, kalau<br />

selama periode pemberangkatan sampai<br />

pemulangan ada accident, atau<br />

ada berbagai macam risiko yang ditulis<br />

dalam polis, dia akan memperoleh<br />

penggantian dari pihak asuransi. Masalahnya<br />

kemudian, asuransi yang<br />

ditunjuk untuk bisa mengeluarkan<br />

produk asuransi TKI ini banyak sekali.<br />

Ratusan perusahaan yang tergabung<br />

dalam puluhan konsorsium.<br />

Akibatnya, mereka kemudian bersaing.<br />

Sayangnya, bersaing bukan di<br />

pelayanan tetapi di harga. Mereka<br />

berlomba-lomba memberikan diskon.<br />

Bahkan, ada yang berani memberikan<br />

diskon sampai 50% dari premi<br />

yang seharusnya dibayar sebesar<br />

Rp300.000. Jadi, PJTKI cukup membayar<br />

Rp150.000. Namun, dalam hitungan<br />

dia, tetap Rp300.000. Karena<br />

upaya menekan cost. Anda bisa bayangkan<br />

kalau asuransi saja sudah<br />

banting harga seenaknya, darimana<br />

nanti dia memperoleh untung. Pasti<br />

berusaha menghindari klaim. Begitu<br />

datang di Indonesia, TKW yang<br />

me ngadu tidak dibayar upahnya, diperkosa,<br />

ditanya mana bukti-buktinya.<br />

Sulit sekali, bagaimana membuktikan<br />

TKW pernah diperkosa. Akhirnya,<br />

hampir sulit sekali untuk bisa mengklaim<br />

asuransi itu.<br />

Oleh karena itu, pemerintah melalui<br />

kementerian tenaga kerja membubarkan<br />

konsorsium asuransi itu,<br />

diganti hanya satu konsorsium yang<br />

anggotanya kira-kira 9-10 perusahaan.<br />

Khusus pengiriman tenaga kerja<br />

ke Timur Tengah, bikin passport-nya<br />

harus ke Tangerang. Coba bayangkan.<br />

Padahal yang namanya kantor imigrasi<br />

ada di seluruh Indonesia. Dari NTB,<br />

dari Jawa Timur, dari Probolinggo<br />

dari mana, harus bikin passport ke<br />

Tangerang.<br />

Kenapa itu terjadi?<br />

Warta BPK<br />

Ada semacam kesepakatan antara<br />

PNB2TKI, Kementerian Tenaga<br />

Kerja, dan Kantor Imigrasi. Yang tidak<br />

jelas reasoningnya apa? Mereka tidak<br />

bisa menjelaskan kenapa mesti di<br />

Tangerang. Passport bisa dibikin dimana<br />

saja. Dan pihak Arab Saudi tidak<br />

melihat ini passport mana, yang penting<br />

Indonesia. Ini suatu hal yang tidak<br />

masuk akal. Juga ada masalah lain seperti<br />

pelatihan juga dari sisi perlindungan.<br />

<strong>Pemeriksa</strong>an ini adalah audit<br />

kinerja, bukan audit keua ngan neg-<br />

pemerintah selalu melihat<br />

persentase TKW yang<br />

bermasalah lebih kecil<br />

dibandingkan dengan yang<br />

berhasil. Bagi kami, kalau<br />

menyangkut manusia, tidak<br />

ada toleransi persentase. Satu<br />

nyawa harus kita perhatikan.<br />

ara, atau kerugian negara akibat hal<br />

itu. Petunjuk apa untuk mengarah<br />

ke arah kerugian negara?<br />

Ini audit kinerja seperti yang saya<br />

katakana tadi. Kami tidak mengaudit<br />

bagaimana pemerintah menggunakan<br />

uang, tetapi bagaimana pemerintah<br />

melaksanakan penempatan dan perlindungan<br />

TKI. Jadi, tidak ada hubungan<br />

dengan masalah kerugian negara.<br />

Apakah BPK akan mengarah ke<br />

sana?<br />

Tidak sama sekali. Ini tidak ada<br />

hubungan dengan pertanggungjawaban<br />

keuangan. Ini lebih pada bagaimana<br />

pemerintah melaksanakan kebijakan.<br />

Memang semua itu ada biaya,<br />

tetapi kami tidak melihat dari sisi itu.<br />

Saat ini ada TKI yang legal dan<br />

ilegal, tanggapan Anda?<br />

Sejauh ini, saya membicarakan<br />

yang legal. Kalau bicara yang ilegal sulit<br />

sekali yang mana. Di Malaysia misalnya,<br />

jumlah TKI yang ilegal jauh lebih<br />

banyak. Namun, sulit untuk membuk-<br />

tikan. Datanya juga sulit sekali. Namun,<br />

itu banyak sekali, terutama yang<br />

bekerja di sektor perkebunan. Di Arab<br />

Saudi juga banyak sekali. Ini lebih berbahaya<br />

lagi yang ilegal karena sama<br />

sekali tidak terpantau oleh kedutaan<br />

kita di sana.<br />

Siapa yang salah dengan adanya<br />

TKI Ilegal?<br />

Saya tidak tahu siapa yang salah.<br />

Yang jelas, adalah tugas kita semua untuk<br />

menyediakan lapangan pekerjaan<br />

bagi penduduk. Kalau memang kerja di<br />

kita memungkinkan, orang lebih baik<br />

memperoleh upah 5.000 di ne gerinya<br />

sendiri aman, daripada 7.500 di luar<br />

negeri tapi berisiko.<br />

Apa yang seharusnya dilakukan<br />

pemerintahw?<br />

Selama ini penyelesaian kasus-kasus<br />

TKI selalu parsial. Kalau ada masalah,<br />

ribut, kita selesaikan. Namun,<br />

tidak dikaji kebijakan secara menyeluruh.<br />

Dari mulai proses rekruitmen,<br />

regulasi-regulasi, kemudian bagaimana<br />

koordinasi dengan instansi lain, dan<br />

sebagainya. Selalu penyelesaiannya<br />

parsial. Ada masalah, ya selesaikan,<br />

tetapi tidak secara komprehensif.<br />

Makanya di dalam laporan kami<br />

dikatakan bahwa tidak ada suatu kebijakan<br />

yang komprehensif, yang menyeluruh<br />

mulai dari proses rekruitmen<br />

sampai masalah perlindungan di<br />

luar negeri. Oleh karena itu, kami menyarankan<br />

agar pemerintah melakukan<br />

evaluasi menyeluruh, tentang<br />

pera turan perundangan, kebijakan<br />

sistem dan mekanisme penempatan<br />

tenaga kerja ini. Dan, yang lebih penting<br />

lagi adalah law enforcement. Perusahaan<br />

pengerah TKI yang melakukan<br />

pelanggaran mesti ada sanksi yang<br />

tegas.<br />

BPK sudah memberikan rekomendasi<br />

agar pemerintah melakukan<br />

moratorium pengiriman TKI ke<br />

negara-negara yang tidak mempunyai<br />

UU tentang perlindungan tenaga kerja<br />

a sing dan/atau belum ada MoU dengan<br />

pemerintah RI. Namun, sejauh<br />

mana pemerintah dapat melakukan<br />

rekomendasi tersebut kita lihat saja<br />

nanti. (and/bw)<br />

MARET 2011<br />

49

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!