You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
“Dia kawan sedarjah Cinta.”<br />
Kau tahu Mak masih menunggu kelanjutan kalimatmu. Tapi yang terjadi<br />
justru wajahmu kian membias merah. Astaga . . . apakah cinta itu . . . .<br />
“Kau cintakan dia, Cinta?”<br />
Cinta tak mengangguk. Juga tak menggelang.<br />
Mata Mak yang membelalak takjub, tak kuat kau pandang. Pelan-pelan<br />
kepala itu menunduk.<br />
“Tapi apa kau mengerti, Cinta, apa itu cinta?”<br />
“Entahlah Mak. Tapi Cinta suka berada dekatnya.”<br />
“Dan itu cinta?”<br />
Kau tak menjawab. Hanya wajahmu kian bersemu.<br />
“Apakah ia menyentuh?”<br />
Cinta terbelalak. kelopak matanya yang lentik dibuka lebar-lebar.<br />
“Tak bolehkah, Mak? Kami cuma pegang tangan. Kami . . . tak macammacam.”<br />
Mendengar nada suaramu yang tinggi, dan penuh protes, Mak sempat<br />
terdiam. Lama. Kau yang tersinggung, meninggalkan Mak di teras. Naik ke<br />
kamarmu di lantai dua.<br />
Usiamu enam belas. Dan itu pertengkaran pertama kita. Tidakkah kau ingat,<br />
Cinta?<br />
Percakapan itu berlalu bagai angin. Momen yang seharusnya Mak<br />
manfaatkan dengan lebih baik, andai Mak tak keburu apriori terhadap gejolak<br />
yang kau rasa. Sayang, kesempatan itu terlepas. Dan seperti angin, entah kapan<br />
Mak bisa menangkapnya kembali.<br />
Yang Mak tahu, sejak itu, kita tak lagi seakrab biasa. Pulang sekolah, kau<br />
sering melewatkan masakan Mak, dan tergesa-gesa mengunci diri di kamar.<br />
Mendengarkan lagu-lagu cinta Siti Nurhaliza, atau Dayang Fauziah. Mak<br />
bersedih. Lebih bersedih, karena tampaknya kedua orang tuamu tak menyadari<br />
perubahan dan gejolak rasa dirimu. Betapa kau butuh perhatian mereka, agar<br />
dunia cinta yang baru kau kenal tak menyesatkanmu. Tapi mereka tak pernah<br />
ada.<br />
Katakan Cinta, apa yang Mak bisa buat?<br />
***<br />
Jarak di antara kita kian terbentang, saat tujuh belas usamu. Mak bukan<br />
tak ingin memperbaiki sikap dan mencoba lebih mengerti. Tapi kesibukan dengan<br />
ketiga adikmu pun menuntut perhatian. Sementara dua orang tuamu sibuk dengan<br />
urusan mereka.<br />
Mak sedih. Kau seolah tak membutuhkan lagi nasihat orang tua ini. Asyik<br />
dengan dirimu sendiri. Tidak satu dua kali, Mak perhatikan kau sering pulang<br />
12 Asyiknya Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTs Kelas IX