You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Mak Siti menghitung-hitung uang kertas lusuh di pangkuannya. Begitu<br />
lama, begitu lambat. Gajinya delapan puluh ribu rupiah per bulan. Separuhnya<br />
selalu ia kirimkan ke kampung. Ia masih punya tanggungan. Lalu sisanya<br />
dipakai buat hidup di Jakarta. Juga ditabung.<br />
Perempuan tua itu mengulung-gulung uang tersebut dan mengikatnya<br />
dengan karet. Lalu dengan tangan gemetar ia masukkan ke dalam plastik<br />
lusuh yang kemudian ia gulung-gulung lagi. Perlahan ia bangkit dan<br />
membungkuk di depan tempat tidurnya. Urat-urat tangannya menonjol ke<br />
luar kala ia mengangkat sebagian kasur dan meletakkan bungkusan uang itu<br />
di bawahnya.<br />
Perlahan pula ia kembali berbaring. Matanya yang mulai tak awas<br />
menatap langit-langit kamar. Ia kembali melihat Ka’bah. Ia melihat orangorang<br />
berkerumun di depan rumah Allah dengan pakaian ihram. Mak ingin<br />
menyentuh semua. Jari-jarinya bergerak dan tiba-tiba ia melihat kaligrafi<br />
bertuliskan asma Allah bertuliskan tinta emas menyinari kamarnya. Begitu<br />
cerlang, hingga ia merasa silau sesaat. Ia mendengar kembali gema suara itu.<br />
suara yang memanggil-manggil namanya untuk datang.<br />
Air mata Mak Siti jatuh ke atas bantal tempat kepalanya bersandar.<br />
Rindu itu menghentak-hentakkan batinnya. Apakah umurnya masih ada, jika<br />
kelak uangnya cukup berhaji? Mak Siti memejamkan matanya. Namun<br />
matanya yang keriput masih dapat menangkap sosok renta di kampungnya.<br />
Sosok yang senantiasa menunggu. Yang kini dirawat kemenakkannya. Mak<br />
Nyai, ibu yang melahirkannya yang kini berusia lebih dari delapan puluh lima<br />
tahun. Ibu yang berpuluh tahun memahat kerinduan yang sama dengannya.<br />
Terngiang-ngiang lagi di telinga Mak Siti, suara yang sangat lemah itu berbisik.<br />
“Siti..., aku ingin...ke rumah Allah....”<br />
(Dikutip dari cerpen Juragan Haji dari buku kumpulan cerpen Lelaki Kabut dan<br />
Boneka karya Helvy Tiana Rosa).<br />
(a) tentukanlah nilai-nilai kehidupan dalam cerpen!<br />
(b) apakah nilai-nilai tersebut diungkapkan pengarang secara tersirat atau tersurat?<br />
Jelaskanlah!<br />
4. Ceritakanlah kembali penggalan cerpen di atas di depan kelas!<br />
Bab IV Sekolah Kita 81